02: Wajah serupa yang sama

...Selamat membaca 🍊...

......................

"Bunda, kami ambil susu yang diatas meja ya. "

Beberapa tahun telah berlalu, terdengar suara lembut dari ruang dapur, terlihat kembar yang sudah beranjak menjadi anak anak, tampak mereka sedang mengambil segelas susu buatan bundanya, Wulan.

"Iya nak, diminum, kalian sarapannya udah semua kan? Bekalnya? " tanya Wulan.

"Sudah bunda. " jawab kedua kembar tersebut bersamaan.

Aleena dan Aleesya kemudian berlari ke luar dengan tas kecil mereka, Wulan menatap lari kecil kembarnya dan menggelengkan kepalanya dengan senyum, dan dirinya melanjutkan masaknya untuk bekal makanan suaminya di kantor.

"Bunda! "

"Ada apa, Aleesya? " tanya Wulan.

"Uang jajan, nanti Lesya sama Lena gak ada jajan. " jawab Aleesya menyodorkan tangan kecilnya kepada Wulan.

Bukan memberikan uang, Wulan hanya menggelengkan kepalanya dan tidak memberikan uang jajan untuk anak-anak nya.

"Ngga, Lesya sama Lena gak bunda kasih uang jajan, nanti kalian beli jajan sembarangan kayak kemarin lagi. " ucap Wulan.

"Ngga kok bunda, kemarin Lena yang mau, iya kan, Lena? " tanya Aleesya menatap ke arah Aleena.

Aleena hanya bisa menganggukkan kepalanya, dirinya bisa mengetahui bahwa kembarnya sangat menyukai jajanan dan dirinya berkorban untuk menjadi korban sementara pengalihan keinginan Aleesya.

"Aleena, kan bunda udah bilang, jangan ajak Aleesya buat jajan sembarangan. Sekali lagi kayak gitu, nanti bunda ngga suruh ayah kasih uang jajan lagi, loh. "

"Iya bunda, maafin Lena ya? " ucap Aleena.

"Iya, sekarang susul ayah ke mobil, bawain juga ini bekal punya ayah, belajar yang baik ya. "

Wulan kemudian membungkuk, dirinya kemudian mencium satu persatu pipi kedua kembarnya, Aleena kemudian salam dengan bundanya, sedangkan Aleesya sudah berlari duluan dengan bekal yang dipegangnya.

"Lesya, tunggu Lena! "

Kedua kembar tersebut berlari ke dalam mobil, mereka dibantu oleh Marsel untuk naik ke dalam mobil.

"Sudah siap? " tanya Marsel.

"Sudah! " ucap Aleena dan Aleesya bersamaan.

......................

Sepanjang perjalanan, Marsel hanya mendengar kedua kembar nya bernyanyi lagu anak anak, dirinya tersenyum ketika melihat kedua kembarnya dengan kompak bernyanyi dari kaca spion tengah.

"Giginya tinggal dua, Lesya. "

"Ngga ih, giginya tinggal tiga, Lena. " bantah Lesya.

"Kenapa jadi ribut, anak anak? " tanya Marsel.

"Ayah, burung kakaktua itu giginya tinggal tiga, kan? " tanya Aleesya kepada Marsel.

"Tinggal dua, nak, itu lagu jaman ayah dulu, ayah masih ingat kalau burung kakaktua itu giginya ada dua. Siapa yang bilang kalau giginya ada tiga? " tanya Marsel.

"Rafael, ayah, dia nyanyi sama kami pas libur kemarin, katanya gigi kakaktua itu ada tiga. "

Jawaban dari Aleesya yang polos tersebut membuat Marsel tersenyum, kembarnya sangat mudah tertipu oleh anak dari adiknya sendiri.

"Ya ngga papa, kalau giginya ada tiga, berarti di kasih bonus buat tumbuh lagi. " ucap Marsel.

Aleena dan Aleesya kemudian tertawa, mereka tertawa karena ucapan Marsel yang menjelaskan seputar lagu yang mereka nyanyikan tadi.

Sesampainya di sekolah dasar, Aleena dan Aleesya dibantu oleh Marsel untuk turun dari mobil, dengan semangat Aleesya ingin mendahului Aleena, sedangkan Aleena ingin bersalaman dahulu dengan Marsel.

"Lesya, jangan pergi dulu, salam sama ayah. " panggil Aleena.

Dengan langkah kecil, Aleesya kembali lagi ke arah Marsel, dirinya kemudian bersalaman dengan Marsel dan mencium pipi Marsel.

"Belajar yang baik ya, anak anak, nanti siang bunda yang bakalan jemput kalian untuk pulang. " ucap Marsel.

"Iya ayah, kami masuk dulu ya, dadah ayah. "

Aleena dan Aleesya bergenggaman tangan bersama dan melambaikan tangannya ke arah Marsel, Marsel melambaikan tangannya ke arah kedua anak nya.

"Halo kembar. "

Aleena dan Aleesya menatap ke arah sampingnya, ternyata itu Rafael yang sedang memanggil mereka.

"Rafa, kata ayah kami, kamu bohong! "

"Bohong? Rafa bohong soal apa? " tanya Rafael.

"Kata kamu kalau kakaktua giginya ada tiga, tapi kata ayah kami giginya ada dua, kamu bohong! " teriak Aleesya.

Rafael tertawa, kedua kembar tersebut ternyata percaya dengan tipuan nya, karena mengingat kedua kembar tersebut masih kelas 2 sekolah dasar, membuatnya mudah untuk menipu kedua kembar tersebut.

"Rafa, ini sepupu kembar yang kamu ceritakan itu ya? Wajahnya sama banget, tapi kamu kenal nama mereka masing-masing, Rafa? " tanya teman Rafael.

"Bisa, dari dulu Rafa sering bermain sama mereka pastinya Rafa kenal, lihat aja dari bulu mata mereka. " jawab Rafael.

Rafael mendekati Aleena dan Aleesya, dirinya kemudian mengenalkan perbedaan kedua sepupu kembar nya.

"Kalau yang Aleena bulu matanya tuh ngga lentik, biasa aja. Kalau yang Aleesya itu bulu matanya lentik sama tebal, alis mata mereka tebal kayak ayah mereka, tapi bulu mata mereka beda, gitu Fan. " jelas Rafael.

Teman Rafael, Fandi, bertepuk tangan ketika Rafael bisa membedakan sepupu kembarnya itu.

"Wah, Rafa hebat bisa bedain kembar, kalau Fandi ngga bisa bedain anak kembar, karena wajah mereka itu sama loh. "

"Iya dong, Rafa. " ucap Rafael membanggakan dirinya sendiri.

Suara bel sekolah mulai berbunyi, semua murid kemudian memasuki kelas mereka masing-masing.

......................

Waktu pelajaran yang akhirnya usai, ditambah dengan aktivitas yang sudah dikerjakan oleh para siswa siswi sekolah dasar, akhirnya mereka semua pulang.

"Lesya! "

Dari kejauhan, sebuah suara memanggil nama Aleesya dari jauh, Aleesya yang sedang menikmati jajanan kemudian menatap ke seberang, dari mobil tampak seorang anak laki-laki yang memanggil nya, Ardiansyah.

"ian! "

Aleesya berlari ke arah mobil Ardiansyah, dirinya kemudian berpelukan dengan Ardiansyah dan tertawa bersama.

"Pulang sama ian aja yok, Lesya. " ajak Ardiansyah.

"Kami ikut! " ucap Rafael dengan semangat.

"Ya sudah, ayo naik ke mobil, ian mau main ke rumah Lesya nanti. "

Aleesya dan Aleena beserta Rafael kemudian masuk ke mobil, mereka kemudian duduk di kursi masing-masing, terkecuali dengan Ardiansyah dan Aleesya, mereka duduk di satu kursi bersamaan.

Sepanjang perjalanan, tampak Aleesya dan Ardiansyah asyik mengobrol berdua, sedangkan Rafael dan Aleena melihat mainan milik Ardiansyah yang berada di jok belakang.

"ian, kalau Lesya sama Lena itu jalan sama sama, ian bisa bedain Lesya sama Lena ngga? " tanya Aleesya.

"Bisa, kalau Lesya itu cantik, tapi Lena juga cantik, eh tapi Lesya lebih cantik, ian suka temanan sama Lesya, Lesya cantik. " puji Ardiansyah.

Masih sekecil itu saja Ardiansyah bisa memikat hati Aleesya, sedangkan Aleesya juga senang ketika dipuji oleh Ardiansyah.

Sesampainya di rumah, para anak anak tersebut disambut oleh Wulan yang sedang duduk di depan teras.

"Bunda! " panggil Aleesya.

Wulan kemudian memeluk kembarnya, sedangkan Rafael dan Ardiansyah bersalaman dengan Wulan, dirinya kemudian menjamui anak anak tersebut dengan camilan yang dipunyai nya.

"Bikinin kami jus ya, bunda. " pinta Aleena kepada Wulan.

Semua anak anak tersebut asyik bermain bersama, hingga mereka duduk dan fokus saling berbagi cerita bersama.

"Tadi temannya Rafa bilang kita sama loh, tapi Rafa hebat, dia bisa bedain kami berdua loh, ian. " ucap Aleesya.

"Iya, ian juga bisa kok bedain Lesya sama Lena. "

Mendengar ucapan Ardiansyah, Rafael kemudian mendekat dan mendengar ucapan Ardiansyah yang membuatnya tertarik.

"Kalau Lena itu cantik, kalau Lesya itu cantik banget, ian bisa kan bedain. " ucap Ardiansyah.

"ian cuma bisa puji Lesya aja, gak bisa bedain. Lena juga cantik kok, dasar ian aja yang gak bisa bedain. " bantah Rafael.

"Ngga ih, Lesya emang cantik banget kok, Rafa tuh yang gak tau. " bantah Ardiansyah.

Wulan datang dengan membawa empat gelas jus buah untuk anak anak, dirinya kemudian melihat kedua anak laki-laki itu berkelahi.

"Hei, kenapa kalian berdua? " tanya Wulan.

"Ini, bunda Wulan, kata Rafa si Lesya tuh gak cantik, dia puji Lena aja yang cantik, si Lesya nya ngga. " ucap Ardiansyah dengan kesal.

"Ngga kok, Rafa cuma bilang kalau ian gak bisa bedain Lesya sama Lena, itu aja kok, bunda Wulan. " bantah Rafael.

Wulan melihat kedua anak laki-laki tersebut, dirinya kemudian tersenyum, ternyata hanya perdebatan biasa anak kecil ketika memuji seseorang, apalagi kedua anaknya yang sedang dilibatkan oleh Rafael dan Ardiansyah.

"Cantik semua kok mereka, lihat tuh, wajahnya aja serupa dan sama kan? Ardian aja sampai susah mau bedakan mana Lesya sama Lena. " ucap Wulan.

"Ngga, pokoknya Lesya yang cantik, bunda Wulan. " bantah Ardiansyah.

"Iya, Lesya nya cantik ya. Kalau Lesya cantik, bunda minta pesan sama Ardian dan Rafael, jaga kedua kembarnya bunda ya, entah itu Aleena atau Aleesya, bunda titip buat jagain mereka kalau udah gede nanti ya? " tanya Wulan.

Ardiansyah dan Rafael kemudian mengangkat tangan hormat, mereka menyetujui permintaan bunda Wulan mereka untuk menjaga Aleena dan Aleesya, walaupun nantinya Ardiansyah akan ribut lagi soal Aleesya kepada Rafael.

"Pintar, sekarang diminum jus nya ya. Nanti kalau lapar, panggil bunda, bunda mau jemur baju dulu dibelakang. " ucap Wulan.

"Baik, bunda. " ucap keempat anak tersebut secara bersamaan.

Mereka menikmati jus buah buatan Wulan, kemudian bermain bersama kembali.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!