03: Hukumanmu adalah hukuman ku

...Selamat membaca 🍊...

......................

Waktu telah berlalu, tahun berganti tahun, kedua kembar yang sebelumnya penuh dengan tawa dan tingkah usilnya setiap pagi belum pudar sama sekali, bedanya sekarang mereka sudah beranjak dewasa dan sudah menjadi anak remaja sekolah menengah atas.

"Bang, kembar sudah bangun? " tanya Wulan yang sedang memasak.

"Haduh sayang, kamu ngingetin mereka udah kayak mereka masih kecil aja? Kan mereka capek tuh, biarin aja tidur bentar. " jawab Marsel.

Kedua pasangan berkepala tiga tersebut tampak sedang berdebat di dapur, itu adalah Wulan dan Marsel yang sudah menjadi orangtua yang sesungguhnya.

"Bukan masalah capek atau ngga nya itu, bang, ini masalahnya kembar kita udah hampir terlambat masuk sekolah. Apa abang mau kembar bakalan gak dapat ilmu sehari kecuali ada berhalangan gak bisa sekolah? " tanya Wulan.

Marsel menatap ke arah jam dinding, dirinya menepuk keningnya dan segera bergegas ke kamar kedua kembarnya untuk membangunkan kembarnya yang tertidur.

"Oh iya, abang bakal bangunin kembar, Lena, Lesya... "

Di satu kamar bersamaan, Aleena dan Aleesya bangun bersamaan, mereka membereskan barang barang mereka sembari berkemas agar bisa cepat selesai.

'Kembar, kalian sudah kesiangan. ' panggil Marsel dari luar pintu.

"Iya, ayah, kami lagi siap siap. " ucap Aleesya.

Dengan tergesa-gesa, kedua kembar tersebut berlari keluar kamar bersamaan, mereka bergegas ke dapur untuk bersalaman dengan Wulan dan memutuskan untuk segera pergi tanpa sarapan terlebih dahulu.

"Kembar, kenapa kalian ngga sarapan dulu, nak? " tanya Wulan.

"Sudah mau terlambat, bunda, kami ngga mau harus nunggu depan gerbang gara-gara terlambat. " ucap Aleena dengan memakai sepatunya.

Wulan menggelengkan kepalanya, dengan sepiring nasi berisi lauk yang telah di masaknya tadi, dirinya menyodorkan satu persatu suapan ke mulut kembarnya.

"Bunda, disuap begini rasanya kayak masih kecil dulu. " ucap Aleena.

"Mau kalian bilang apapun, dimata bunda sama ayah, kalian itu anak kecil. Sudah, sekarang lanjutkan lagi makannya, jangan sampai kalian terlambat dengan perut kosong. "

Selesai makan yang disuapi oleh Wulan dan memakai sepatu, Aleena dan Aleesya bersalaman dengan Wulan dan Marsel, bergegas menaiki satu motor bersama untuk pergi ke sekolah bersama sama.

"Kami pergi ya, ayah, bunda. " ucap Aleena.

"Hati hati di jalan, anak anak. " ucap Marsel dan Wulan bersamaan.

......................

Kali ini Aleesya yang membawa motor, dengan Aleena yang memeluk perut kembarannya agar tidak terjatuh, mereka menikmati perjalanan mereka menuju ke sekolah.

"Len, kita bolos sehari, yuk? " ajak Aleesya.

"Ngga ah, nanti kita diabsen alpa sama guru yang ngajar, Lesya. Kamu udah kena beberapa kali loh, Lesya. " tolak Aleena.

"Iya deh, ini kamu semangat mau ke sekolah karena lihat Yoga ya? " tanya Aleesya.

"Hubungan sekolah sama Yoga apaan, Lesya? " tanya Aleena.

"Kan kamu tuh naksir sama dia, aku yakin kamu semangat sekolah karena ada Yoga, kan? " tanya Aleesya sekali lagi.

Tanpa menjawab, Aleena menepuk pundak saudara kembarnya itu, sedangkan Aleesya tertawa dengan mengendarai motornya.

Sesampainya di sekolah, memakan waktu 20 menit, akhirnya mereka telah sampai, Aleena turun dari motor dan Aleesya yang memarkirkan motor mereka.

"Lesya, aku duluan ke kelas ya. " ucap Aleena.

"Oh iya, Lena, ngga papa duluan, aku juga nanti mau ke kantin. "

Aleena terkejut dengan ucapan kembarnya, dirinya berjalan kembali ke parkiran dan menarik tangan Aleesya, Aleena tidak akan membiarkan kembarnya untuk bolos kembali dengan teman teman dari kembarnya itu.

"Ihh Lena, jangan tarik tarik gitu. " rengek Aleesya.

"Ngga, pokoknya kamu ngga boleh bolos lagi, Lesya, ayah kalau tahu ini bisa habis kamu dimarahinya. "

Aleena dan Aleesya memasuki ruang kelasnya, terlihat para murid yang masih bersantai, membuat kedua kembar itu kebingungan.

"Kok pada santai semua mereka ya? " tanya Aleena.

"Feeling yang agak bagus, tapi tidak sepenuhnya bagus ini—" tebak Aleesya.

"Ba! "

Aleesya terkejut, dirinya kemudian menghadap ke belakang dan melihat siapa yang mengejutkannya.

"Ishh, siap—"

Ucapan Aleesya terpotong, dirinya kemudian terdiam melihat di belakangnya, itu adalah Ardiansyah.

Aleesya kembali menormalkan sifat emosian nya, dirinya kemudian bersikap kalem dan menatap Ardiansyah dengan halus.

"Kenapa sih, manis? Kok marah marah terus sih? " tanya Ardiansyah.

"Eh, ngga kok, ngga marah, tadi tuh cuma kaget biasa aja, ian. Aku terkejut gitu sama Lena, makanya begitu. Aku ngga marah kok, suer. " jelas Aleesya.

Melihat bahwa saat itu tidak tepat untuk menimbrung, Aleena meninggalkan Aleesya yang sedang asyik bercerita dengan Ardiansyah, dirinya memutuskan untuk duduk di kursi nya tepat bersebelahan dengan teman laki-laki nya.

"Lena, pekerjaan rumah yang dikasih kemarin itu, kamu udah atau belum? " tanya teman sebelah Aleena.

"Ya, udah kok, belum saat dikumpulin aja, aku sudah ngerjainnya, Yoga. " ucap Aleena.

"Oh, boleh nyontek ngga? Aku belum sama sekali soalnya, masih bingung dengan penjelasan guru kemarin, Lena. " ucap Yoga dengan malu malu.

"Ngga ah, kamu harus kerjain sendiri aja, lagipula jam masuk bentar lagi loh, kita bakalan belajar. " tolak Aleena.

"Siapa bilang hari ini belajar, manis? " tanya Yoga.

"Eh, terus, kalau ngga belajar—"

"Guru rapat soalnya, kita jam kosong, gak bakalan ada guru kalau lagi rapat gitu. Ayolah, Lena, sekali ini aja. " mohon Yoga.

"Okelah, yang bagian ini aja, seterusnya kerjain sendiri ya. " ucap Aleena menyodorkan bukunya.

"Ngga ikhlas banget sih, Lena, berbagi itu kan dapat pahala. "

"Masalahnya kalau berbagi contekan kayak gini juga percuma, menambah pahala tuh ibadah sama sedekah, gimana sih. " bantah Aleena.

"Ah, boleh ya? "

Aleena menyerah, dirinya kemudian menganggukkan kepalanya dan menyerahkan bukunya tersebut dengan teman sebangku nya.

......................

Dering bunyi bel telah berbunyi, para siswa-siswi kemudian duduk, mereka sangat santai, sebagian duduk di atas meja dan mengobrol, selebihnya lari ke kantin untuk jajan dan dibawa ke kelas.

Aleena merasa bosan memainkan gawai nya, dirinya menatap ke arah belakangnya, tepatnya bangku tempat kembarnya dan Ardiansyah, tampak kembarnya yang sedang bersender di bahu Ardian dan berfoto bersama, ingin menegur tetapi tak ingin menyakiti perasaan kembarnya sendiri.

"Sial, guru MTK woi! "

Mendengar informasi mendadak dari penjaga pintu kelas, semua siswa-siswi kelas XII IPA 1 itu langsung duduk, mereka tidak menyangka bahwa guru yang dianggap mengikuti rapat itu akan masuk kelas.

Aleena mengambil langsung bukunya, Yoga yang sedang menulis langsung terkejut dan menutup langsung bukunya, para murid kemudian diam dan menatap guru mereka.

"Hari ini guru guru sedang rapat, kebetulan saya belum sama sekali dipanggil untuk menghadiri, saya akan minta satu persatu tugas yang saya berikan kepada kalian untuk dikumpulkan dan akan saya koreksi. Sekarang, silahkan bukunya dikumpulkan ke depan. "

Sebagian murid berubah ekspresi nya, sebagiannya lagi mulai mengumpulkan bukunya tersebut, Aleena melihat kembarnya yang sedang berdiskusi di belakang, tampak sekali mungkin kembarnya tidak mengerjakan tugas yang diberikan.

"ian, kamu sudah ngerjain tugasnya? " tanya Aleesya.

"Sudah kok, ini tugasnya mau aku kumpulin, kamu belum? " tanya Ardian.

Aleesya menggelengkan kepalanya, dirinya merasa cemas akan dihukum oleh guru matematika yang terkenal ganas itu.

Aleena menatap kembarnya yang tampak resah, dirinya kemudian berdiri dan menarik tangan Yoga dengan membawa bukunya, menuju ke meja guru dan menyerahkan bukunya.

"Aleena, seperti biasa, kamu selalu selesai mengerja—"

"Tidak, saya lupa mengerjakannya, ini milik kembaran saya, Aleesya. Saya tidak mengerjakannya, dan saya tidak membawa bukunya, begitupun teman saya yang berada di samping saya. " jelas Aleena.

Aleena kali ini mengalah dan berbohong, dirinya rela untuk dihukum karena mengingat kaki kembarnya yang sempat terkilir, tak tega rasanya jika dirinya melihat kembarnya yang akan berlari secara tertatih tatih karena menahan rasa sakit di kakinya.

"Baik, sekarang kamu sama temanmu lari di lapangan 6 keliling, mengerti? "

"Baik, saya akan laksanakan. "

Aleena keluar dari kelasnya bersama Yoga, sedangkan Aleesya menatap kembarnya yang pergi keluar karena hukuman yang harus ditanggung akibat dirinya, dirinya merasa bimbang untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepada guru matematika tersebut.

Aleesya merasa bimbang, kemudian bahunya dipegang oleh Ardian, tampak Ardian akan menyampaikan sesuatu kepada Aleesya.

"Kalau kamu ngerasa, susul aja kembarmu, kasihan tuh kalau dia harus tanggung hukuman mu. " ucap Ardian.

Aleesya memikirkan ucapan Ardian, baginya benar untuk benar-benar bertanggungjawab atas kesalahan yang telah diperbuatnya, dan sekarang waktunya Aleesya akan mengungkapkan yang sebenarnya kepada gurunya itu.

"Permisi bu. " ucap Aleesya dengan mengangkat tangannya.

"Ya, ada apa, Aleesya? "

Aleesya berjalan ke arah meja guru, dengan kakinya yang berjalan dengan baik tetapi masih terasa nyeri, dirinya berjalan ke arah gurunya dan menghampiri nya.

"Kenapa, Aleesya? " tanya guru matematika tersebut.

"Saya yang seharusnya dihukum, bu. " jawab Aleesya.

Guru matematika tersebut mengerutkan keningnya, dirinya masih merasa bingung dengan ucapan Aleesya, dan bertanya kembali seraya memastikan bahwa benar-benar mendengar ucapan Aleesya.

"Dihukum soal apa? "

"Saya pantas dihukum, saya sebenarnya tidak mengerjakan tugas yang ibu berikan kemarin, saya akan menerima hukuman dari ibu, untuk mengurangi hukuman yang ditanggung oleh kembaran saya. " ucap Aleesya.

"Jadi, sebenarnya Aleena yang benar-benar mengerjakan tugasnya, sementara dirinya bilang kamu yang mengerjakan tugas dari saya? " tanya guru matematika tersebut kepada Aleesya.

"Iya, keliling 6 kali kan, bu? " tanya Aleesya.

"Ya, silahkan, dan suruh kembarmu untuk berhenti dan masuk ke kelas kembali. "

"Baik bu. " jawab Aleesya.

......................

Di lapangan, tampak Aleena dan Yoga yang sedang berlari, dengan murid-murid lainnya yang ikut dihukum karena tidak mengerjakan tugas yang diberikan.

Aleena dengan semangat dan berusaha mengatur nafasnya untuk berlari, sementara Yoga sedaritadi mengeluh karena mengingat hukuman yang diberikan oleh guru matematika mereka.

"Semangat, Yoga. " ucap Aleena.

"Iya, aku bakalan semangat. " ucap Yoga.

"Aleena. "

Seseorang memanggil Aleena, Aleena menatap ke arah lorong kelas, tampak Aleesya yang berjalan ke arah nya.

"Loh, kenapa kamu disini, Lesya? " tanya Aleena.

Tanpa menjawab, Aleesya langsung berlari untuk mengitari lapangan, Aleena merasa cemas, karena kembarnya yang mengalami cidera pada kaki nya, membuat Aleena langsung mengejar kembarnya tersebut.

"Aleesya, Aleesya...! " panggil Aleena.

Aleesya menatap ke arah belakangnya, Aleena mengejarnya dengan wajah yang memerah dan nafas yang terengah-engah.

"Kenapa, ada apa, Aleena? " tanya Aleesya.

"Lesya, kan kakimu kemarin habis terkilir, harusnya kamu ngga usah ikut dihukum kayak beginian. Aku ikhlas kok buat gantiin kamu, kamu kembali lagi ke kelas, ya? " bujuk Aleena.

"Ngga, hukuman mu adalah hukuman ku, sekarang biarkan aku yang tanggung, terimakasih sudah berkorban untuk menanggungnya. " ucap Aleesya.

Aleena tersenyum, dirinya terharu karena kali ini kembarnya bisa bertanggungjawab atas kelalaian tugas yang dilakukan oleh kembarnya sendiri, yaitu tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah dari guru matematika nya.

Selesai dari hukuman, para murid yang terkena hukuman duduk di lapangan dan berteduh, mereka kecapaian dan ingin beristirahat sejenak, beralih alih ingin mengambil nafas terlebih dahulu.

"Ke kantin yuk, haus soalnya. " ajak Yoga.

"Tapi, nanti kita masuk ke kelas lagi, apa ngga papa? " tanya Aleena.

"Ya ampun, kembarku tersayang, sebentar lagi tuh kita mau langsung pulang karena guru mau rapat. Ayolah, sekali nakal tuh ngga papa lah, daripada kamu capek begini. Masalah nanti dimarahin, nanti aku minta tolong Ardian, kan papi nya itu pendonor dana terbesar di sekolah kita ini, bisa lah nanti kita minta Ardian untuk mewakili kita. " jawab Aleesya dengan santai.

Aleena berdengung, belum menjawab saja, tangannya sudah ditarik oleh kembar dan temannya sendiri untuk segera ke kantin.

"Ingat, hukumanku adalah hukuman mu, Lesya. "

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!