Valencia Bramantyo adalah gadis cantik berumur 30 tahun. Umur yang sangat cukup untuk berumah tangga. Tapi, Valen masih merasa nyaman untuk hidup sendirian. Dia tidak khawatir dengan apa perkataan orang jika ada yang bilang kalau dia perawan tua, tidak laku atau tidak normal. Baginya, dia sudah tidak kekurangan apapun.
Ya, Valen punya orang tua yang kaya raya. Dia juga bekerja di sebuah klinik kecantikan miliknya sendiri, dan juga dia cantik. Banyak sekali pria antri untuk dapat pergi kencan dengannya. Tapi, Valen selalu menolak mereka, karena dia hanya suka hidupnya bebas dan tanpa beban seperti sekarang.
Mendengar kata perjodohan, jelas saja membuat Valen marah dan kesal pada ayahnya. Kali ini Pak Bram sudah keterlaluan. Dia tahu persis ayahnya bukan tipe orang yang mudah diatur oleh orang lain. Tapi kenyataannya sekarang, Bramantyo yang biasanya dominan mudah sekali menyerah kepada pria berusia 27 tahun di bawahnya.
Valen tampak gelisah. Dia mondar mandir di kamarnya sambil memikirkan berbagai cara supaya perjodohan ini gagal.
“Apa gue nyamar aja jadi cewe jelek ya?” ocehnya sendiri. “Tapi, dia pasti sudah tau wajah aku. Kan aku terkenal.” Dia menggelengkan kepalanya. Ini bukan ide yang baik. Faktanya, Valen memang terkenal di media sosial bahkan dikalangan artis. Beberapa juga sering meng-endorse klinik miliknya, Beauty Skin. Jadi, Pasti pria itu sudah melihat instagramnya.
Memikirkan tentang hal ini membuat kepala Valen hampir pecah. Dia melihat jam tangannya lagi. Sudah jam 3 sore. Apa yang harus dia lakukan sekarang?
Valen akhirnya memilih duduk di depan meja rias. Dia memandang wajahnya cukup lama. Valen memiliki kulit putih mulus, hidung mancung, bibir yang tipis dan dagu yang sempurna. Jika ada kontes untuk mencari barbie hidup, dia pasti menang. Valen cantik dari lahir tanpa operasi dan itu pasti membuat semua wanita yang memandangnya jadi iri. Dengan wajah seperti ini, Calon suami Valen minimal juga harus good looking dan pintar.
Ponsel Valen berdering. Sebuah pesan wa masuk.
Valen mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang mengirim pesan.
‘Cafe Milan, jam 7.’
Valen hanya menelan ludah. Dia membuka profil picture dari si pengirim pesan. Pria itu berfoto ala KTP. Tanpa senyum. Rambutnya cepak dan menggunakan kacamata tebal yang membuatnya terlihat semakin aneh.
Seketika itu juga, Valen segera mengenyahkan pikirannya. Dia bergidik ngeri karena jika dia menikah dengan pria itu, maka semua orang akan menertawakannya. Jangankan menjalankan, membayangkan pun Valen sudah ilfeel sendiri.
Ponsel Valen kembali berdering, kali ini telepon masuk. Dia hampir saja melempar ponselnya karena terkejut.
Rea calling..
Valen bisa bernafas sedikit lega setelah melihat yang menelepon ternyata adalah salah seorang karyawannya.
“Kenapa Re?” jawab Valen segera.
“Bu, ini ada jadwal pasien yang batal, dan saya mau ijin untuk pulang bu..” sahut suara di ujung sana.
“Kenapa buru-buru pulang? Mau kencan?” Goda Valen. Sebagai bos, Valen memang terkenal ramah dan dia dekat dengan para pegawainya. Dia bahkan tau info perkembangan kehidupan pribadi mereka.
“Ya ampun ibu,,, saya kan baru aja putus bu...”
“Oh iya lupa.. “ ucap Valen sambil tertawa.
"Ya sudah, Bu. Terima kasih ya bu."
"Eh, tunggu Re.." teriak Valen. Dia tiba-tiba menemukan ide yang brilian. “Emm,, daripada kamu ga jelas mau ke mana, gimana kalau nanti malam kamu ikut saya,, saya mau kenalin seseorang sama kamu.”
“Sama siapa bu?” Tanya Rea penasaran. Tidak biasanya bos nya itu mengajaknya keluar.
“Udah ikut aja ya.. saya jemput kamu jam 6.” ucap Valen buru-buru. Dia mematikan teleponnya sebelum Rea protes atau menolak.
YES. Valen berteriak senang dalam hatinya.
Solusi yang bagus, mengenalkan Rea dengan pria aneh itu. Kalau mereka cocok, Valen bisa bebas dari perjodohan ini.
"Valen... kamu memang pintar.." katanya sambil bermonolog sendiri.
'Tok.. Tok..' pintu kamar Valen diketuk dari luar.
"Masuk saja tidak di kunci." teriak Valen dari dalam. Jika tidak ayahnya, pasti ibu nya yang datang. Dan ternyata, kali ini ibunya yang datang.
"Sayang, bagaimana?" tanya Ester sambil bergerak untuk memeluk putrinya. Ester dan Bram sudah putus asa dan tidak menemukan jalan keluar, jadi dia ke kamar untuk menemui Valen.
"Beres ma.. Semoga ini berhasil." Jawab Valen sambil tersenyum.
"Apa rencana kamu?"
"Valen akan comblang in dia sama Rea."
"Rea?" Ester melepaskan pelukannya. Dia seperti pernah mendengar nama itu, tapi dia lupa dimana.
"Pegawai Valen, ma. Yang sedikit aneh itu."
Ester segera teringat dengan gadis lusuh yang bekerja di klinik Valen. Dia satu-satunya pegawai yang penampilannya tidak menarik. Saat itu juga senyum di bibir Ester terkembang. "Ya, mama rasa dia cocok dengan Rea."
"Sudah sana, Siap-siap. Jangan berdandan terlalu cantik." pesan Ester, meskipun kata-kata nya itu tampak mustahil. Tentu saja mustahil, karena anak satu-satunya ini akan tetap terlihat cantik bahkan jika dia tidak menggunakan make up sekalipun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments