Saat hendak pergi, Abi mencekal pergelangan tangan Naina untuk menghentikan langkahnya.
"Mau kemana kamu?" tanya Abi seolah tak ingin Naina meninggalkannya dulu. Netra keduanya saling bertemu, menatap wajah satu sama lain. Ini adalah kali pertamanya, Abi peduli dan mau bertanya. Namun sikapnya tak membuat hati Naina langsung luluh. Hatinya masih terasa sakit setiap ia mengingat betapa teganya Abi padanya, dengan melampiaskan kekesalannya dan kecemburuannya pada istrinya yang lain dan membuat dirinya merasakan hukuman Abi.
"Aku mau kembali ke kamar lah, mau istirahat." jawab Naina dengan ketus.
"Buatkan aku kopi, dan temani aku lembur kerja." perintah Abi dan tak mengizinkan Naina untuk menolaknya. Naina hanya mengangguk. Setelah Abi melepaskan tangan Naina, Abi pun pergi ke ruang kerja dan Naina pergi ke dapur untuk membuat kopi.
Abi terlihat begitu sibuk memeriksa, mempelajari berkas-berkas dari kasus kliennya untuk sidang esok hari.
Naina masuk ke ruang kerja Abi dengan membawa secangkir kopi untuk temannya bergadang. Setelah meletakkannya di meja, Naina duduk di kursi berhadapan dengan posisi Abi.
Naina menemani Abi menyelesaikan pekerjaannya hingga larut malam, dan tak di izinkan kembali ke kamar sebelum pekerjaan Abi selesai.
Tangan mungil Naina yang sudah di asah ketrampilannya dalam melukis, membiarkan tangannya untuk mengukir dalam lembar kertas yang ada di depannya, Matanya berkali-kali melirik ke arah Abi yang terlihat begitu sibuk dan tak memperdulikan ke hadirannya.
Sekitar pukul sebelas malam, saat Abi selesai dengan pekerjaannya, Abi baru menyadari Istrinya sudah terlelap dalam tidur dengan kepala yang di topang kan pada lengannya sendiri dan tangan sebelahnya masih memegang pena di tangannya.
Abi memperhatikan wajah Naina yang terlihat begitu damai saat sedang tidur, matanya kemudian tertuju pada karya seni yang dilukis Naina untuk menghilangkan jenuh.
Sebuah lukisan yang mewakili kejenuhannya.
"Dia memang sangat berbakat." Kata yang keluar dari mulut Abi ketika ia menyadari mahakarya yang di buat tangan Naina memiliki makna yang sangat dalam akan dirinya yang kesepian karena terlalu di abaikan suaminya.
Abi bergerak dari tempatnya dan menghampiri Naina, tangan kokohnya mengangkat tubuh Naina untuk dipindahkan ke kamarnya.
Dengan pelan-pelan Abi meletakkan tubuh Naina di atas ranjang yang di lapisi kain bercorak warna biru, tak lupa menyelimuti tubuh istrinya yang terpaut usia delapan tahun.
Abi meletakkan tubuhnya sendiri disebelah Naina. Setelah hampir satu bulan, baru kali ini Abi tidur satu ranjang dengan Naina.
Saat pagi menjelang, keributan didalam rumah kembali terjadi, "Naina kamu ternyata sudah kelewat batas ya, aku mengizinkan kamu tinggal di sini karena kamu juga istrinya mas Abi, tapi kamu harus ingat mas Abi itu hanya milikku, tak boleh ada yang memiliki tubuhnya selain aku, dan kamu! berani-beraninya mengambil kesempatan dengan tidur bersama mas Abi, dasar pelakor." Lisa yang marah hampir menampar wajah Naina. Sebuah tangan kekar tiba-tiba saja menahan tangan Lisa.
"Jangan kasar dengan Naina, dia tidak salah apa-apa. Aku yang sengaja tidur di kamarnya. Itu semua karena kamu, bagaimana bisa wanita beristri mengunci kamarnya dari dalam sedangkan suaminya masih di luar."
Lisa pun terdiam tak berkata apa-apa lagi untuk menyalahkan Naina, Lisa sadar jika dirinya sampai memberi noda kebencian dalam hati Abi, dirinya akan sangat sulit untuk membersihkannya kembali. Lisa tak ingin kehilangan seluruh kemewahan dan juga kekuasaan yang saat ini ia miliki, lenyap begitu saja, karena hanya Abi, dirinya bisa menjadi seorang Model yang terkenal dan karena Abi juga derajat Lisa di angkat.
Namun semua pihak dari keluarga Abi tak ada yang menyukainya, saat ini Lisa hanya memiliki dukungan dari Abi.
"Maafkan aku mas, aku hanya kesal saja dengannya." Lisa bergelayut di lengan suaminya untuk di maafkan.
Sedangkan Naina sendiri hanya terdiam ia tak mau mengeluarkan kata-kata yang tak berguna. Dia tahu status hubungannya, yaitu hanya sebatas istri di atas kertas dan di hadapan sang kakek.
"Mas Abi, aku akan ke rumah sakit menjenguk kakek." pamit Naina lalu meninggalkan Abi yang masih bersama Lisa.
*
Sesampainya di rumah sakit, Naina langsung menghampiri sang kakek. Saat sedang menyuapi makanan Guntoro tiba-tiba bertanya pada Naina, "Apa Lisa bersikap baik padamu?" tanya Guntoro. Naina menghentikan tangannya yang sedari tadi menyuapi Guntoro.
"Mbak Lisa bersikap baik padaku, kakek gak perlu kuatir, mas Abi juga sekarang sudah bisa menerimaku sebagai istrinya kek." Saat menjelaskan Naina mengalihkan pandangannya agar Guntoro tak menyadari kebohongan dirinya.
"Syukurlah kalau begitu. Kakek juga akan berusaha untuk menepati janji kakek untuk menemukan keberadaan ibu kandungmu, tapi kamu harus bersabar sebentar."
"Iya kek, Naina akan menunggu hasilnya".
*****
Sebelum berangkat kerja Abi singgah di sebuah galery art milik sepupunya Jonathan.
"Abi, ada hal apa sampai kamu datang kemari seorang diri ke galery milikku, apa ada hal yang bisa aku bantu?" tanya Jonathan yang menyambut langsung sepupunya.
Sambil melihat-lihat lukisan, Abi berhenti di sebuah lukisan yang membuatnya sangat tertarik, sebuah lukisan seorang wanita yang sedang menggendong bayi dan air mata membasahi wajah sang wanita.
"Siapa yang melukis ini?" tanya Abi. Dia tahu Jonathan hanya membeli lukisan untuk di jualnya lagi karena Abi tahu Jonathan tidak bisa melukis dan bakat sang ibu tak dapat diwarisi Jonathan.
"Aku membelinya beberapa waktu yang lalu dengan seorang pelukis wanita. Tapi sayang pelukis itu sudah tidak mangkal lagi di sana, Aku sudah mencarinya tak sampai sekarang belum menemukannya." jelas Jonathan.
"Aku butuh perlengkapan melukis lengkap dan tolong kirim ke rumah dan aku juga mau lukisan ini kirim sekalian."
"Baiklah, nanti akan aku kirim. memangnya siapa yang butuh peralatan lukis, aku tak yakin kamu bisa melukis." ledek Jonathan, namun tak ditanggapinya dengan serius.
Jonathan adalah sepupu Abi, anak dari paman Josua, namun dari kecil Jonathan di rawat ibu sambungnya yang berstatus sebagai istri pamannya itu. hubungan keluarga dari pihak sebelah ayah sangat baik tapi tidak dengan keluarga sebelah ibunya, kebenciannya pada Abi membuat terjadinya konflik besar yang di timbulkan oleh Abi.
Setelah mampir dari galery, Abi melanjutkan untuk pergi ke kantor dengan mengendarai mobil sendiri. Karena rio, asistennya Abi belum kembali selama cuti untuk merawat keluarganya yang sakit.
Sesampainya di kantor, Abi di kejutkan dengan adanya Rio yang sudah menunggunya di depan pintu kantor.
"Selamat pagi pak, maaf saya tidak memberitahu bapak sebelumnya kalau saya akan kembali bekerja."
"Baguslah kalau kamu sudah kembali, agar pekerjaanku sedikit lebih ringan." jawab Abi tanpa basa-basi, lalu segera masuk ke kantor dan di ikuti oleh Rio dari belakang.
To be continued ☺️☺️☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments