...Penampilan adalah daya tarik yang memikat semua mata. Percantik dan pertampanlah dirimu seindah mungkin. Namun, hal itu tidak akan pernah bisa menyandingi keindahan hati. Cantik dan tampan adalah hal yang relatif. Melihat sesuatu hanya dari penampilan adalah langkah besar yang salah....
...2❤️🔥...
Seorang pria remaja dengan usia berkisar 18 tahun tengah fokus dengan ponsel di tangannya. Suara pertempuran dari game yang sedang ia mainkan mengusik pria lain yang jauh lebih tua darinya.
"Aissshhh Vans, jangan main game di sini. Aku sangat terganggu!" bentak Vihan dengan wajah kesal.
Akan tetapi, pemuda yang dipanggil Vans itu tidak bergeming sedikitpun. Seolah-olah ia tuli dengan bentakan dari Vihan sang kakak.
Vihan mengacak rambutnya frustasi. Ia tidak bisa fokus mengerjakan tugas kuliahnya karna suara game Vans yang rasanya sedang meninju gendang telinganya.
"Yes, I'm a winner!" teriak Vans saat game yang dimainkan berhasil ia menangkan.
Vans Dirgantara anak bungsu dari pasangan Ferdy dan Hana Dirgantara. Dua pembisnis yang cukup terkenal di bidang Fashion dan Kecantikan. Bahkan cabang perusahaan mereka hampir tersebar di seluruh kota.
Tapi, semua itu seakan berbanding terbalik dengan penampilan Vans yang menggunakan kaca mata besar, dengan rambut yang di sisir ke samping. Penampilan Vans sangat berbeda dengan Vihan. Vihan begitu mengutamakan Fashion dan penampilan. Ia ingin selalu terlihat tampan.
Vihan memiliki rahang dan garis wajah yang tampan, membuat dirinya terlihat sangat menly. Postur tubuhnya tegap dan tinggi dengan dada bidang dan sedikit otot yang membuat tubuhnya kekar. Hidungnya mancung mencuat keluar, dipadukan dengan bibir berbentuk love yang sangat seksi.
Vans sebenarnya tidak kalah tampan dari Vihan. Vans memiliki postur tubuh yang tinggi dan tegap namun tidak sekekar Vihan. Wajahnya terlihat manis dan menyejukkan mata dengan hidung mancung serta bibir merah seperti buah chery. Ciptaan yang hampir sempurna. Namun, sayangnya Vans mengidap penyakit mata Miopi, atau biasa di kenal dengan rabun jauh. Sehingga tanpa kaca mata ia tidak bisa melihat benda atau objek dengan jarak jauh.
Vihan menatap sang adik dengan galak, rasanya saat ini ia ingin menendang Vans keluar dari rumah ini. Jika bisa keluar dari bumi.
Vans tergerak melihat wajah sang kakak yang sudah merah padam seperti udang yang direbus selama bertahun-tahun. Di rumah memang dirinya selalu menjahili sang kakak, tapi percayalah ia bersikap seperti ini hanya dirumah. Jika diluar kandang mana berani dirinya melakukan hal seperti itu.
"Tertawa saja terus!" dengus Vihan lalu menatap layar laptopnya. Meski sangat kesal dengan kejahilan Vans. Tapi dirinya tidak akan bisa marah pada adiknya itu. Karna, ia sangat menyanyangi Vans.
"Wajahmu terbakar dan sangat jelek. Ha ... Ha ...." ejek Vans dengan tertawa terbahak-bahak. Di matanya wajah Vihan terlihat sangat lucu dengan bayangan banteng wanita memakai make-up. Perutnya rasanya digelitik oleh ribuan ulat, sangat menggelikan.
"Vans!" panggil sang ibu, Nyonya Hana sambil mendekat ke arah dua putranya.
Panggilan dari sang ibu membuat Vans langsung membungkam mulutnya rapat. Ia tidak mau jika sang ibu mulai mengoceh, mengomeli dirinya yang pastinya tidak akan selesai sampai satu bulan.
Vihan tersenyum miring, melihat Vans yang langsung menutup mulutnya rapat saat melihat sang ibu mendekat.
"Kelemahanmu sudah datang bocah nakal," umpat Vihan dalam hati.
Nyonya Hana duduk di samping putra bungsunya dengan wajah sumringah. Ia meletakkan sebuah map di tangan Vans. Hal itu membuat Vans mengerutkan dahinya.
"Apa ini mom?" tanya Vans penasaran menatap lekat map yang ada di atas pahanya.
"Surat pemecatan dirimu dari kartu keluarga Dirgantara," sosor Vihan dengan bibir mencebik, yang langsung mendapat tatapan tajam dari Nyonya Hana.
"Vihan kamu ini selalu mengganggu adikmu." Sebal Nyonya Hana tidak suka.
Vihan memutar kedua bola matanya malas. Seharusnya yang dimarahi bukan dirinya, tapi Vans. Karna bocah remaja itu sejak tadi menganggu dirinya. Tapi, begitulah kodrat seorang kakak selalu disalahkan saat berhadapan dengan seorang adik.
Nyonya Hana menatap Vans dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tangannya terulur membelai lembut puncak kepala Vans.
"Ini adalah formulir pendaftaran Sun Elite School. Mulai besok kamu sekolah disana," jelas Nyonya Hana.
"Mom, aku sudah sangat nyaman sekolah di sekolah yang dulu. Aku tidak ingin pindah," tolak Vans dengan merenggek kecil, seperti anak yang menolak untuk mandi.
"Momy dan Dady harus bekerja di kota ini. Jadi mulai sekarang kita harus menetap di kota ini sayang, jadi kamu juga harus pindah sekolah. Vihan juga pindah kuliah jadi kalian sama-sama pindah."
"Tapi Mo---"
"Ya sudah, kalau kamu tidak mau kamu tinggal sendiri saja di rumah yang dulu." Selosor Vihan dengan nada mengejek.
"Dasar kambing, kerjaannya cuma sewotin orang terus," balas Vans tak mau kalah.
Vihan menjulurkan lidahnya ke arah Vans, yang tentu saja membuat Vans semakin kesal. Ia tidak nyaman jika harus berkenalan dengan orang-orang baru. Terutama teman-teman di sekolahnya.
Bagaimana jika di sekolah itu, ia tidak diterima dengan baik dan dikucilkan. Ia bukan tipe laki-laki seperti Vihan yang sangat tampan dan hampir sempurna. Dia hanya laki-laki penakut dan cengeng.
"Jangan khawatir kamu pasti akan suka sekolah di sana!" seru Nyonya Hana mengusap rahang putranya yang terlihat sedikit gelisah. Ia tahu jika Vans tidak pandai beradaptasi dan bergaul dengan orang baru, sangat berbeda dengan Vihan. Tapi, ia juga tidak bisa melepaskan pekerjaannya begitu saja.
Ia berharap putranya akan senang bersekolah di Sun Elite School. Apalagi sekolah tersebut adalah sekolah terbaik di kota ini.
Nyonya Hana meninggalkan Vans, yang masih memilih duduk dengan wajah tertekuk. Percuma ia menolak dan berusaha membantah. Kedua orang tuanya tidak akan menyetujui hal itu.
Vans membuka map formulir pendaftaran yang ada di tangannya. Rasanya sangat berat untuk meninggalkan sekolah lama. Tapi, karna tuntutan pekerjaan kedua orang tuanya. Ia harus mengerti dan memaklumi. Ia tidak boleh menjadi seorang anak pembangkang. Pikir Vans mengumpulkan semangatnya dan menerima keputusan kedua orang tuanya.
"Sekolahnya sangat bagus dan fasilitasnya juga memadai. Baiklah, aku rasa tidak ada yang salah jika aku masuk sekolah ternama seperti ini," gumam Vans lalu beranjak dari duduknya.
Ia harus menyiapkan segala sesuatu untuk besok. Karna besok ia sudah mulai masuk sekolah. Vans berharap jika di sekolah barunya ia bisa menemukan teman-teman yang bisa menerima dirinya apa adanya.
Vans masuk ke dalam kamarnya, meletakkan map formulir di atas meja nakas. Lalu mematut dirinya di depan cermin.
Vans melepaskan kaca matanya. Senyum indah seketika terbit di bibirnya, yang membuat lesung pipi terlihat di kedua pipinya. Ia meletakkan kaca mata besarnya lalu segera bergegas naik ke atas tempat tidur.
Ia harus tidur tepat waktu, agar besok ia tidak bangun terlambat.
...----------------...
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Uluuuu Vans...
Jangan lupa
like
koment
gift
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments