...5...
Vans terlihat celingak-celinguk di depan kelas XB. Ia mendapat informasi jika gadis yang sudah membuat jantungnya berdebar-debar menempati kelas ini.
Sekolah Elite ini memang memiliki kelas sampai empat kelas, di mana masing-masing sesuai dengan urutan abjad.
Vans sebelumnya sudah bertanya pada beberapa siswa ataupun siswi akan kelas gadis cantik yang menabraknya tadi pagi. Ia ingin sekali melihat wajah cantik gadis itu lagi, seperti bintang yang merindukan bulan.
Vans memasukkan kepalanya lewat jendela kelas. Namun, kelas tersebut terlihat sepi. Mungkin karena jam istirahat. Wajah Vans tertekuk kecewa, ia menghembuskan nafasnya berat.
Puk!
Sebuah tangan kekar dan besar tiba-tiba menepuk bahu Vans dengan keras. Dapat Vans rasakan kulitnya perih karena tepukan itu. Vans memperbaiki kacamata besarnya lalu berbalik ke belakang.
Terlihat tiga pria dengan tubuh tinggi tegap tengah menatapnya seperti menatap mangsa kecil. Wajah pria yang paling depan terlihat sedikit seram dan dingin. Di mana telinga pria dengan gaya rambut ke atas itu bertindik dengan anting perak. Terkesan sangat Macco dan Manly.
Penampilan dua pria yang berada di belakang pria itu juga tidak kalah Macco dan Styles. Tidak seperti dirinya yang berpenampilan rapi dan sederhana.
Vans mengulum senyum ramah, lalu menepis tangan pria tersebut dengan pelan.
"Lo nepuk bahu gue keras banget, pasti akan ninggalkan jejak di bahu gue," ucap Vans dengan bibir tersenyum.
"Bbbbuaahaaaaa ... haaaa ...," tawa ketiga pria tersebut langsung pecah seketika. Sepertinya pria cupu di depannya tidak tahu siapa mereka.
Vans mengejitkan dahinya bingung, melihat ketiga pria di depannya malah tertawa. Memangnya apa yang lucu dari perkataannya?
"Lihat dia Bos, sepertinya dia anak baru!" seru pria dengan rambut berwarna coklat bercampur putih.
"Mangsa baru, sepertinya dia terlihat cukup kaya," timpal pria bertindik yang dipanggil Bos. Pria bertindik itu menatap penampilan Vans dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Maaf, tapi gue tidak mengerti dengan pembahasan kalian. Yah, gue memang murid baru di sekolah ini. Gue baru masuk hari ini. Nama gue, Vans Dirgantara. Kalian bisa memanggil gue Vans, gue harap kita bisa menjadi teman," sela Vans dengan polos.
Pria menggunakan jaket jins sobek-sobek terkekeh lucu melihat pria cupu yang tidak tahu jika bahaya sedang mengancam dirinya.
"Tapi, sayangnya kami tidak ingin berteman dengan murid culun seperti lo," balas pria bertindik itu dengan dingin.
Aura atmosfer di sekitar Vans seketika berubah menjadi berat, seakan aura membunuh dari pria bertindik di depannnya menekan atmosfer di sekitarnya.
Ketiga tatapan pria itu berubah menjadi tajam, seolah siap melahap tubuh Vans detik itu juga. Vans menelan salivanya paksa, ketiga pria di depannya terlihat sangat menyeramkan.
"Bos Justin, kita tidak perlu terlalu baik pada murid culun seperti dia. Gue udah laper banget, jadi eksekusi aja," seru pria dengan rambut berwarna coklat putih, yang ternyata adalah kacung Justin.
"Bener kata Denol Bos, sikat aja!" seru Billy kacung Justin yang mengenakan jaket jins.
Merasa dalam bahaya, Vans mengambil ancang-ancang untuk kabur. Namun sayang, gerakan tubuhnya terbaca oleh Justin.
Justin menarik kerah baju Vans dan menariknya ke atas, membuat tubuh Vans menjinjit ke atas.
"Lo, jangan berani kabur sebelum lo kasi kita jatah makan buat jam istirahat," hardik Justin dengan mencengkram kerah baju Vans, hingga pria itu merasa tercekik.
Billy dan Denol yang melihat Justin sudah mulai beraksi menyunggingkan senyum berkuasa. Yah, inilah mereka, pria paling di takuti di seluruh sekolah dengan kekejaman dan kebengisan mereka.
Para murid sering menjuluki mereka preman sekolah karena ketiga pria itu sering membuat rusuh, dan selalu menindas murid yang lemah, terutama murid culun dan cupu.
Setiap jam istirahat, mereka bertiga akan beraksi untuk memalak dan memukul salah seorang murid hingga babak belur. Dewan guru tidak bisa berbuat lebih karena sudah terlalu lelah menghadapi keonaran yang di ciptakan oleh mereka.
Dewan guru tidak ingin mengambil resiko karena ayah Justin berasal dari keluarga Antariksa. Keluarga terpandang dan menjadi donatur tetap di sekolah Elite ini.
Vans berdesis kesakitan, dadanya terasa sesak dan tidak bisa bernafas akibat cengkraman tangan Justin. Dengan bersusah payah, Vans mencoba melepaskan cengkraman tangan Justin. Namun, tangan pria itu seperti menempel dan tidak bisa di buka.
Bugh!
Justin melempar tubuh Vans ke samping hingga tubuh pria itu terpelanting ke lantai.
"Aaauhhhh," pekik Vans kesakitan saat tubuhnya membentur lantai keras dan juga dingin.
Beberapa murid yang menyaksikan aksi bulliing itu hanya bisa diam. Mereka tidak berani ikut campur dan menyinggung Justin sang preman sekolah yang sudah terkenal dengan kekejamannya.
"Apa yang kalian lakukan? kenapa kalian dorong gue!" protes Vans tidak terima, bahkan ia meninggikan suaranya.
"Waww, lo culun-culun ternyata juga punya nyali ya," cibir Denol dengan seringgai iblisnya.
"Gue ngak culun," sanggah Vans yang tidak terima dikatai seperti itu.
"Lo pernah ngaca ngak sih? Atau lo emang bodoh. Oh, gue lupa cowok kayak lo itu kan memang tolol," ejek Billi dengan menendang kaki Vans dengan cukup keras.
Bugh!
Seketika nyali Vans menciut seperti kerupuk sapi yang terkena air. Tiga pria di depannya memang sangat menyeramkan. Bahkan mereka bertiga berani memukul dirinya.
Kenapa ada murid sejahat itu di sekolah Elite ini. Seluruh murid memandangnya dengan tatapan jijik. Bahkan semua murid tidak ingin berteman atau dekat-dekat dengan dirinya.
Apa yang salah akan dirinya? hanya karena penampilanya yang memakai kaca mata dan berpakaian rapi ia harus mendapat diskriminasi sosial, bahkan di bulli.
"Geledah kantongnya, ambil semua uang yang dia miliki!" titah Justin mutlak pada dua kacungnya yang sedang beraksi.
Namun, sebelum Billi dan Denol bisa menyentuh Vans. Vans mengangkat tangannya memberikan isyarat untuk berhenti.
"Stop, gue akan kasi kalian uang. Plese jangan pukul gue," ucap Vans dengan takut, lalu merogoh beberapa lembar uang miliknya dan menyerahkannya pada Billi dan Denol.
Justin tersenyum puas karena mendapatkan apa yang ia inginkan. Sebenarnya ia tidak membutuhkan uang murid lain untuk sekedar jajan sekolah. Namun, ia merasa sangat senang saat melihat orang lain menatapnya penuh ketakutan. Ia merasa menjadi sosok yang berkuasa.
"Bagus anak baik!" seru Billi dengan mengcak rambut Vans.
Setelah berhasil memalak uang Vans, ketiga pria tersebut segera pergi meninggalkan Vans yang masih pucat dan sedikit ketakutan.
Sekolah macam apa ini? semua muridnya tidak menerimaku apa adanya. Semuanya memusuhiku. Batin Vans sedih.
Untung tadi pagi ia sempat sarapan. Sehingga ia tidak perlu khawatir jika ia tida jajan hari ini. Vans bangkit lalu berjalan menuju kelasnya dengan tubuh yang sedikit gemetar.
...----------------...
...****************...
Jangan lupa
like
koment
vote
gift
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
golddiamond
semangat yaa..
2022-12-09
1