Perusahaan Bima telah berhasil memenangkan tender, meski harus diwarnai dengan kecurangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Bima untuk menjatuhkan dirinya. Berkat kegigihan Aira juga, Bima jadi semakin kuat dan tak terkalahkan.
Mendengar laporan pengawalnya tentang apa yang menimpa sekretaris cantiknya selama mereka ada di pulau, Bima jadi marah besar dan hampir lepas kendali kalau saja sang pengawal setia tidak segera menenangkannya. Menghadapi musuh tidak harus dengan emosi. Ada banyak cara yang bisa dilakukan Bima untuk membuat musuhnya ketakutan hingga tak berani lagi cari gara-gara dengannya atau orang yang berhubungan dengannya.
"Nona Aira sudah bukan lagi wanita cengeng seperti beberapa tahun silam Tuan muda. Dia tumbuh pesat menjadi wanita tangguh yang tak mudah ditindas oleh siapapun. Anda tak perlu mengkhawatirkannya karena nona Aira bisa menjaga dirinya sendiri dengan baik." pengawal Bima menerangkan perkembangan kualitas dan kuantitas sekretarisnya.
"Siapa juga yang mengkhawatirkannya, aku hanya tak ingin punya anak buah lemah!" cetus Bima mulai galak. Ia berdiri di depan jendela apartemennya sambil membawa segelas anggur merah kiriman kakeknya dari Jerman.
"Oh ya ... ada pesan dari tuan ayah anda untuk segera melakukan kencan buta. Jika tidak, beliau akan menurunkan jabatan Anda dan menyita semua fasilitas mewah yang Anda punya. Ini adalah kesepakatan yang sudah Anda buat dengan Tuan besar Leopard ..."
"Aku tahu ... kau atur saja pertemuannya ..." sela Bima cepat dan tampak malas menanggapi ocehan pengawalnya.
"Apa Anda ... tidak melihat dulu foto dan data-data identitas wanita yang akan dijodohkan dengan Anda?" tanya pengawal itu.
"Tidak perlu, pergilah ... aku lelah," usir Bima jutek.
Tak ada yang bisa membantah ucapan Bima kalau ia sudah bicara seperti itu. Akhirnya, si pengawal pamit undur diri dan membiarkan Bima sendiri.
***
Keesokan harinya saat Aira hendak berangkat bekerja seperti biasa, Anita yang merupakan sahabat dekat Aira tiba-tiba saja datang dengan kondisi berantakan seolah hidup enggan matipun tak mau. Gadis itu seperti orang terkena stress akut. Pagi-pagi buta datang ke rumah orang dan malah duduk berselonjor di depan rumah Aira seenak jidatnya. Anita tidak mau pergi kalau Aira tidak mendengarkan dulu curhatannya. Padahal jelas-jelas gadis itu tahu kalau Aira sudah hampir telat bekerja.
“Kamu ini kenapa sih, Ta? Datang nggak diundang, pulang nggak diantar, udah kayak jelangkung aja! Ketempelan demit di mana sih, kamu?” tanya Aira yang kaget melihat kondisi aneh sahabatnya. Mana ia sangat buru-buru sekali hari ini. Jika terlambat semenit saja, bos galaknya bisa meledak-ledak.
“Huaaa … Aiii … tolongin aku dong, Ai … aku mau dijodohin ayahku sama anak dari seorang gangster paling terkenal di negara ini. Itu keluarga gengster kan paling ditakutin, Ai. Tapi mereka sudah milih aku jadi menantunya. Ini aneh loh, Ai … kan aku nggak pernah ketemu sama mereka semua, tapi kenapa mereka milih aku jadi menantu kedua dikeluarga gangster itu, Ai … huaaaa … aku nggak mau Ai, lebih baik mati daripada jadi menantu keluarga kayak gitu ….” Anita terus merengek-rengek dan meronta-ronta di depan Aira seperti anak kecil yang minta jajan pada ibunya. Ia bahkan tak peduli pada tatapan mata tajam tetangga Aira yang terus berlalu lalang melihat aneh tingkahnya.
“Halah, bilang aja kalau kau berat ninggalin Excel, pakai acara nggak mau jadi menantu keluarga gangster. Wkwkwkwk.” Bukannya menolong, Aira malah sengaja semakin memperburuk suasana hati Anita dengan meledeknya.
“Kok kamu gitu sih, Ai. Kamu udah nggak sayang aku lagi?” Anita mulai pasang wajah cemberut. “Mentang-mentang kamu sekarang udah jadi jagoan, kamu nggak inget siapa yang nyelametin kamu sewaktu di desa dulu saat kamu dikeroyok para preman kampung. Bahuku patah loh Ai, dan cedera hingga sekarang. Kalau dibuat nulis banyak nggak bisa,” rengek Anita sengaja mengenang masa lalu supaya Aira mau membalas budi atas perbuatan baiknya dengan menuruti permintaannya.
“Lah terus gimana? Kan kamu tahu sendiri keputusan ayahmu itu mutlak. Nggak bisa diganggu gugat. Aku cuma bisa ngasih saran kamu sabar aja menghadapi semua ini. Anggap aja cobaan hidup.”
Anita terdiam, yang dikatakan sahabatnya memang benar, Tapi gadis itu tidak mau meninggalkan kekasihnya yang bernama Excel hanya demi status sosial. Ia harus menemukan cara untuk memecahkan masalah ini dengan bantuan sahabat karibnya. Anita sungguh-sungguh tidak mau dijodohkan dan sudah cinta mati sama Excel. Seorang pemuda tampan yang sudah dipacarinya selama kurang lebih satu tahun.
“Ai, plisss … tolong gantiin aku buat kencan buta dengan tuan muda kedua dari keluarga gengster. Tolong Ai ….” Anita melipat kedua tangannya berharap sahabat dekatnya ini mau menuruti permintaannya dan membantunya.
“Enggak!” tolak Aira mentah-mentah. “Enak aja, kau yang dijodohin kenapa jadi aku yang kencan. Nggak! Aku nggak bisa! Kali ini aku nggak mau bantu kamu. Sorry Ta, mau kamu nangis gulung tikar di sini terserah, sudah cukup masalah yang kamu buat dan selalu saja aku yang menyelesaikannya. Kamu harus jadi cewek mandiri dan harus bisa mengatasi masalahmu sendiri. Kalau kamu nggak suka dengan perjodohan ini, tolak saja. Gampang, kan?” cerocos Aira panjang lebar dan sudah tak mau lagi mengalah pada sahabatnya yang selalu saja buat masalah.
Walau dalam hati, sebenarnya Aira tidak tega melihat raut sedih Anita. Aira hanya berharap sahabat masa kecilnya ini jadi lebih dewasa dan tidak terus bergantung padanya.
Sambil menutup hati dan telinga, tega nggak tega, Aira berjalan meninggalkan Anita sendirian di depan pintu rumahnya. Namun, baru juga beberapa langkah, sahabatnya itu berteriak kencang padanya.
“Kalau kamu nggak mau bantu aku Ai, lebih baik aku mati! Aku nggak main-main. Aku bakal mati sekarang juga! Lihat ini Ai, aku bisa memutus urat nadiku sendiri! Aku bakal jadi hantu gentayangan di rumah ini dan terus menghantui kamu karena kamu menolak bantu sahabatmu!” Anita bertindak nekat dan mengeluarkan pisau kecil dari dalam tasnya. Ia berharap dengan cara konyol ini Aira mau berubah pikiran untuk menolongnya kali ini.
Sontak Aira terperanjat dan bergegas merebut pisau tajam itu dari tangan Anita sebelum pisau tersebut sempat menyentuh pergelangan tangan sahabatnya. Untunglah tenaga Aira jauh lebih kuat sehingga ia bisa merebut benda tajam tersebut dan melemparnya jauh-jauh.
“Apa yang kau lakukan, ha? Apa kau sudah gila?” teriak Aira setelah berhasil menyelamatkan Anita dari ketidakwarasan otaknya. Masalah kerjaan di kantor sudah bikin Aira spaneng, sekarang ditambah masalah sahabatnya.
“Aku nggak punya pilihan lain Ai, ayah mengancamku akan mengirimku ke luar negeri jika aku tak menerima perjodohan ini sementara aku sudah menyerahkan segalanya untuk Excel. Satu-satunya pria yang aku cintai di dunai ini. Bukan karena ketampanannya Ai, tapi karena dialah orang yang memberiku warna dihidupku yang suram sejak ibuku meninggal. Dan kau tahu apa yang paling aku takutkan, Ai? Keluarga gengster itu pasti takkan terima jika mereka tahu kalau aku sudah … ehm … sudah tidak virgiin lagi. Kau pasti bisa menebak sendiri apa yang akan mereka lakukan pada keluargaku! Tolonglah aku Ai … jika kau bisa menyelamatkanku dari masalah ini, aku akan melakukan apapun yang kau inginkan.” Anita menangis tersedu-sedu dipelukan Aira dan mencurahkan seluruh isi hatinya.
Aira tertegun dan tak bisa berkata-kata. Ternyata, inilah alasan Anita tak mau dijodohkan dengan keluarga gengster ternama itu. Kekhawatiran sahabatnya ini memang sangat masuk akal. Mereka pasti mengira bahwa Anita adalah gadis polos yang tak tersentuh pria manapun tanpa ada yang tahu kalau tuan putri manja ini tak sepolos yang mereka lihat. Masalahnya jadi rumit sekarang. Aira juga tak akan membiarkan keluarga yang sudah menjaga dan memberikan banyak kebaikan pada Aira, hancur hanya karena perjodohan ini.
Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Batin Aira ikut menangis melihat sahabatnya menangis dipelukannya.
Aira sudah tak punya siapa-siapa lagi di dunia ini selain Anita dan keluarganya. Ini memang buah simalakama bagi Aira, tapi ia juga tak bisa diam saja kalau Anita bertindak nekat lagi seperti ini.
“Tenanglah, Ta … jangan menangis.” Akhirnya, Aira mencoba menenangkan Anita dan bersedia membantunya walau hatinya sungguh berat melakukan kebohongan ini. “Kapan kencan kalian? Aku akan menggantikanmu bertemu dengan tuan muda kedua itu dan membuat perjodohan kalian batal.” Aira memutuskan setuju dengan keinginan Anita. Sepertinya, ia juga sudah merencanakan sesuatu yang besar demi menyelamatkan sahabatnya.
BERSAMBUNG
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Mara
Hadir kembali kak...
lanjut baca dulu🥰
2023-02-27
0
inayah machmud
anita terlalu berani baru pacaran sudah jebol. ..
2023-01-31
0
inayah machmud
wah kaya nya aira beneran bakalan jadi jodoh nya kulkas 10 pintu. .. 🤭🤭
2023-01-31
2