Pernikahan Diam-Diam

Setelah semua sepakat untuk mempercepat pernikahan Tiara dan Rama, akhirnya diputuskan mereka akan menikah lusa. Pak Adi dan Rama sibuk mengurus berkas pernikahan. Tiara, Bu Lia, dan Bu Ina sibuk mempersiapkan acaranya. Mengingat kondisi kesehatan Pak Tirta yang menurun, pernikahan pun digelar secara sederhana dan hanya dihadiri keluarga inti saja. Resepsi akan digelar setelah kondisi memungkinkan. Hal itu juga atas permintaan Tiara karena semua serba mendadak dan Tiara ingin pernikahannya digelar secara diam-diam terlebih dahulu di rumah kakeknya.

Waktu pernikahan pun tiba, di sana hadir penghulu, orang tua kedua mempelai, dua kakak Rama beserta pasangan dan anaknya, Riza, Aksa, nenek kakek Tiara dari Bu Lia, dan tentunya Pak Tirta yang duduk lemah di kursi roda. Dekorasi tempat acara sangat sederhana didominasi warna putih dan cokelat muda senada dengan pakaian yang dikenakan oleh Tiara dan Rama. Kursi dan meja ijab qabul berwarna putih polos dengan sedikit hiasan tile dan bebungaan berwarna nude, sedangkan kursi tamu undangan berwarna cokelat kayu yang dihias dengan tile putih membuatnya semakin elegan.

Rama duduk di depan penghulu dan Pak Adi. Tiara pun sudah siap juga di sampingnya. Dengan sekuat tenaga, Pak Adi menahan diri untuk tidak menangis karen harus melepas dan memberikan tanggung jawab sang putri kepada lelaki yang akan menjadi menantunya. Pak Adi berharap, Rama akan menyayangi dan menjaga Tiara sepenuh hati walaupun pernikahan mereka atas dasar perjodohan.

Penghulu memberikan isyarat kepada Pak Adi untuk mengulurkan tangan setelah memastikan kedua mempelai sudah siap dan rida terhadap pernikahan mereka. Pak Adi pun mengulurkan tangan dan langsung disambut oleh Rama. Keduanya saling bertatapan sangat dalam, bahkan mata mereka bercakap dibanding kata yang keluar dari bibirnya.

"Saya nikahkan putri saya, Mutiara Salsabila, dengan engkau, Rama Putra Dewantara bin Arif Dewantara dengan maskawin tersebut dibayar tunai," ucap Pak Adi dengan suara sedikit gemetar.

"Saya terima nikahnya Mutiara Salsabila binti Adi Setiawan dengan maskawin tersebut dibayar tunai," sahut Rama dengan satu tarikan napas.

Saksi pun menyatakan sah dan semua orang yang menghadiri pernikahan itupun mengucapkan hamdalah. Suasana diliputi keharuan luar biasa yang bisa membuat sebagian di antara mereka sampai meneteskan air mata, terutama Bu Lia, Bu Ina, dan Pak Tirta. Setelah itu, penghulu melanjutkan doa untuk menutup acara ijab qabul tersebut.

Acara pun dilanjutkan dengan serah terima pengantin. Pak Adi mengajak Tiara berjalan ke deretan kursi undangan dan memang sudah disiapkan kursi khusus untuk mereka yang saling berhadapan. Tiara pun duduk di tengah Pak Adi dan Bu Lia, sedangkan Rama duduk di antara Bu Ina dan kakak laki-lakinya, Rio.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaksikan acara ini. Mari kita doakan, semoga Tiara dan Nak Rama selalu diberkahi Allah serta bahagia selamanya," tutur Pak Adi membuka acara serah terima pengantin.

Semua yang hadir di acara itu pun mengangguk. Semua mata tertuju pada Pak Adi yang berdiri di antata orang yang duduk memerhatikannya.

"Nak Rama, Anakku. Sekarang, Tiara sudah resmi menjadi istrimu sehingga tanggung jawab terhadapnya sudah sepenuhnya menjadi kewajibanmu. Nak, kami titipkan putri kesayangan kami kepadamu dengan penuh harap dan doa agar kamu bisa menjaga dan menyayanginya sepenuh hati. Bila ia salah, maafkan dan tegurlah dengan kelembutan. Bila ia tidak patuh dan menyimpang, bimbinglah ia dengan sabar. Tolong, jangan pernah pukul dia sebesar apa pun kesalahannya karena tidak hanya dia yang akan sakit hati, kami juga akan lebih hancur sebagai orang tuanya. Tolong, jangan khianati dia sekali pun dia banyak kekurangannya dan masih jauh dari sempurna. Bila kau sudah tak lagi mencintainya, jangan lantas kamu menyia-nyiakannya. Tolong, kembalikanlah kepada kami dengan cara yang baik," tutur Pak Adi sejenak berhenti setelah air mata mulai menjatuh dari sudut matanya.

Ini pertama kali Tiara melihat ayahnya meneteskan air mata. Tiara dan semua orang yang hadir pun turut merasakan haru hingga berkaca-kaca. Bahkan, Bu Lia sudah terisak lirih merasakan kecamuk batinnya ditambah dengan penuturan Pak Adi tersebut. Pak Tirta pun tak dapat membendung air matanya karena begitu terharu.

"Nak, tangan kami terbuka lebar untuk menerimanya kembali jika kamu sudah tidak sanggup menjaganya dan kami tidak akan menyalahkanmu karena kami sadar bahwa tidak semua yang menikah bisa berjodoh selamanya. Nak Rama, mulai saat ini Ayah dan Bunda percayakan putri kecil kami yang manja kepadamu. Melepaskan ia kepada lelaki lain saja sebenarnya sangat mematahkan hati kami karena takut tidak ada penjagaan sebaik yang kami lakukan. Tetapi, menikahkannya juga sudah menjadi kewajiban. Nak, putri kami telah memilihmu untuk menjadi teman hidupnya, maka temani ia dalam suka dukanya, temani dalam manis pahitnya. Tanggung jawab Tiara sepenuhnya kami serahkan kepadamu. Selamat berbahagia membangun bahtera rumah tangga, hadapilah badai dan rintangannya bersama-sama," lanjut Pak Adi dengan air mata yang berderai-derai.

"Untuk putriku, Mutiara Salsabila. Sekarang, kamu sudah menjadi seorang istri. Meskipun selamanya kamu akan menjadi anak kami namun baktimu saat ini sudah harus mendahulukan kepada suami dan percayalah bahwa rasa sayang kami tidak akan pernah berkurang untukmu. Patuhlah kepadanya dan jangan membantah selagi yang diperintahkan bukan hal keburukan. Mintalah izin dan rida kepadanya setiap ingin memutuskan ataupun mengerjakan apa pun agar segala yang kamu lakukan dilimpahi keberkahan. Jagalah harta dan kehormatannya sekali pun kamu sedang tak bersamanya. Jagalah aib suamimu biar senantiasa terjaga rumah tanggamu. Terima kasih telah memberi kami menantu yang baik. Terima kasih telah membantu menunaikan kewajiban kami sebagai orang tua. Ayah dan Bunda sangat bahagia, semoga kamu pun merasakan hal yang sama. Selamat menjalani tugas baru, semoga dimudahkan dalam segalanya. Doa Ayah dan Bunda akan selalu bersamamu," imbuh Pak Adi semakin sendu.

Acara serah terima itu pun berlangsung dengan khikmad dan mengharu biru. Tidak ada yang tidak meneteskan air mata selama mengikuti prosesi tersebut. Ditambah melihat Pak Adi dan Bu Lia yang terlihat begitu berat melepaskan putrinya namun mereka berusaha tabah dan mengikhlaskan semuanya.

Keharuan tentu tak luput juga dari batin Bu Ina. Bu Ina benar-benar terisak selama mengikuti acara itu. Bu Ina merasa lega karena akhirnya ketiga anaknya telah menemukan pasangan dan lengkaplah keluarganya. Ia juga begitu lega telah memenuhi satu wasiat terakhir suaminya.

Papa pasti sudah melihat dari atas sana. Papa pasti bahagia karena kami telah menunaikan amanatmu. Aku juga sudah lega. Ridailah mereka. Tenanglah di sana ya, Pa. Bu Ina membatin.

...****************...

Terpopuler

Comments

Coretan Lusuh

Coretan Lusuh

pesan seorang ayah. seseorang yang menjadi cinta pertama putri nya. luar biasa.

2022-12-25

0

anggita

anggita

mutiara salsabila..

2022-12-24

1

lihat semua
Episodes
1 Perjodohan Tak Diinginkan
2 Permintaan Pertama dan Terakhir Kakek
3 Pernikahan Diam-Diam
4 Malam Pertama
5 Rahasia Kita
6 Kulkas Tiga Pintu
7 Tiara Terluka
8 Sakit Membawa Berkah
9 Siapa Wanita Itu?
10 Merajuk
11 Tatapan Penuh Makna
12 Melelehnya Es Batu
13 Kepribadian Ganda
14 Bisul Pecah
15 Salah Paham
16 Mantan Calon Menantu
17 Perangkap Om Genit
18 Menyibak Tabir
19 Benda Pusaka
20 Saranghaeyo, Ahjussi
21 Gara-Gara Tamu
22 Gagal Bercocok Tanam
23 Ancaman
24 Om Bayu
25 Diare Oh Diare
26 Kopi Istimewa Dibuat dengan Cinta
27 Dik Tiara
28 Perdebatan Sengit
29 Siapa, Bang? Mantanmu Lagi?
30 Bantu Dukungannya
31 Wanita dari Masa Lalu
32 Kisah Pilu Nafisa
33 Katakan Cinta
34 Bukan Mengalah
35 Ada Apa dengan Rama?
36 Salah Langkah
37 Malu-Malu Meong
38 Telak
39 Restu Riza
40 Bukan Lupa, tetapi Tidak Tahu Saja
41 Sedikit Menyesal
42 Sekar Si Anak Kritis
43 Tak Terduga
44 Nampak Titik Terang
45 Yang Kedua
46 Antara Penyesalan dan Kebimbangan
47 Everything Will be Ok
48 Mencari Keputusan
49 Belum Menyerah?
50 Membuka Luka Lama
51 Perang!
52 Terjebak di Kandang Singa
53 Enigma Arjuna
54 Tragedi di Pagi Hari
55 Si Polos dan Si Bawel
56 Dalam Bahaya
57 Pak Supir Beneran Deh
58 Cemburu Boleh, Buta Jangan
59 Perilaku Saya Takkan Sekotor Mulut Anda!
60 Mengobati Luka
61 Yang Didamba
62 Kesal dan Sesal
63 Lelaki Normal
64 Sebelum Sembuh Seutuhnya
65 Perang Belum Selesai, Bung
66 Murka
67 Apa Lagi Ini?
68 Entah
69 Cinta Pertama dan Terakhir
70 Ungkapan Cinta
71 Cahaya di Rumah Rama
72 Tidak Semudah Itu
73 Belum Genap Sehari
74 Jebakan Nona Selvi
75 Kembali Berdrama
76 Manis Gula-Gula
77 Salah Bicara
78 Mak Comblang
79 Mendebarkan
80 Beda Selera
81 Wajah Paling Jujur
82 Kembalinya Teman Lama
83 Salah Sasaran
84 Misteri Kehamilan Selvi
85 Sedikit Mereda
86 Kado Pertama dari Suami
87 Mulai Malam Ini
Episodes

Updated 87 Episodes

1
Perjodohan Tak Diinginkan
2
Permintaan Pertama dan Terakhir Kakek
3
Pernikahan Diam-Diam
4
Malam Pertama
5
Rahasia Kita
6
Kulkas Tiga Pintu
7
Tiara Terluka
8
Sakit Membawa Berkah
9
Siapa Wanita Itu?
10
Merajuk
11
Tatapan Penuh Makna
12
Melelehnya Es Batu
13
Kepribadian Ganda
14
Bisul Pecah
15
Salah Paham
16
Mantan Calon Menantu
17
Perangkap Om Genit
18
Menyibak Tabir
19
Benda Pusaka
20
Saranghaeyo, Ahjussi
21
Gara-Gara Tamu
22
Gagal Bercocok Tanam
23
Ancaman
24
Om Bayu
25
Diare Oh Diare
26
Kopi Istimewa Dibuat dengan Cinta
27
Dik Tiara
28
Perdebatan Sengit
29
Siapa, Bang? Mantanmu Lagi?
30
Bantu Dukungannya
31
Wanita dari Masa Lalu
32
Kisah Pilu Nafisa
33
Katakan Cinta
34
Bukan Mengalah
35
Ada Apa dengan Rama?
36
Salah Langkah
37
Malu-Malu Meong
38
Telak
39
Restu Riza
40
Bukan Lupa, tetapi Tidak Tahu Saja
41
Sedikit Menyesal
42
Sekar Si Anak Kritis
43
Tak Terduga
44
Nampak Titik Terang
45
Yang Kedua
46
Antara Penyesalan dan Kebimbangan
47
Everything Will be Ok
48
Mencari Keputusan
49
Belum Menyerah?
50
Membuka Luka Lama
51
Perang!
52
Terjebak di Kandang Singa
53
Enigma Arjuna
54
Tragedi di Pagi Hari
55
Si Polos dan Si Bawel
56
Dalam Bahaya
57
Pak Supir Beneran Deh
58
Cemburu Boleh, Buta Jangan
59
Perilaku Saya Takkan Sekotor Mulut Anda!
60
Mengobati Luka
61
Yang Didamba
62
Kesal dan Sesal
63
Lelaki Normal
64
Sebelum Sembuh Seutuhnya
65
Perang Belum Selesai, Bung
66
Murka
67
Apa Lagi Ini?
68
Entah
69
Cinta Pertama dan Terakhir
70
Ungkapan Cinta
71
Cahaya di Rumah Rama
72
Tidak Semudah Itu
73
Belum Genap Sehari
74
Jebakan Nona Selvi
75
Kembali Berdrama
76
Manis Gula-Gula
77
Salah Bicara
78
Mak Comblang
79
Mendebarkan
80
Beda Selera
81
Wajah Paling Jujur
82
Kembalinya Teman Lama
83
Salah Sasaran
84
Misteri Kehamilan Selvi
85
Sedikit Mereda
86
Kado Pertama dari Suami
87
Mulai Malam Ini

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!