...Happy Reading...
...****************...
Aska Raidhana—anak dari pasangan Ranti dan Bahar itu begitu dilema dengan usul dari orang tuanya tersebut. Selain dia masih belum siap untuk menikah, dia juga tidak mau sembarangan memilih istri. Bagi Aska, menikah cukup sekali, dan itu harus dengan perempuan yang dia cintai.
Namun, bagaimana dengan Abian? Anak kecil itu sudah cukup menderita selama ini. Melihat Abian ceria seperti dulu adalah hal yang paling keluarga mereka inginkan. Aska merasa senang ketika mendengar Abian sudah mau berinteraksi dengan orang lain, tetapi kenapa harus tergantung juga kepada Rein? Dia hanyalah orang asing.
"Bian, kamu nggak boleh bersikap seperti ini! Kak Rein punya keluarga. Dia tidak mungkin tinggal bersama kamu terus." Aska bersikap tegas kepada Abian.
Abian melirik sinis pada Aska, lalu menulis lagi di kertas.
"KAK REIN YATIM PIATU, DIA TIDAK PUNYA KELUARGA."
"Nggak, Sayang. Walaupun Kak Rein yatim piatu, Kak Rein masih punya saudara di kota. Mereka butuh Kak Rein juga," sahut Rein yang juga membaca tulisan Abian.
Abian menulis lagi.
"KAK REIN, BOHONG. KATANYA WAKTU KECIL KAK REIN TINGGAL DI PANTI ASUHAN KARENA TIDAK PUNYA SAUDARA."
Rein tersenyum pelik sambil menggigit bibir bawahnya. Dia merasa serba salah. Hal yang dia ceritakan kepada Abian malah menyudutkan dia sekarang. Semua itu memang benar.
"Gimana kalau kamu yang ikut Om Aska ke kota? Dengan begitu kamu bisa lebih mudah kalau mau ketemu sama Kak Rein di sana. Kamu juga harus melanjutkan sekolah."
Abian sejenak berpikir. Menimbang usulan yang dicetuskan oleh Aska barusan. Tak lama dia pun menggelengkan kepala, lalu menulis lagi.
"BIAN MAUNYA TINGGAL SAMA KAK REIN."
"Bian!" Aska tak sengaja membentak keponakannya. Sikapnya yang tegas membuatnya spontan melakukan itu.
Abian pun sedikit ketakutan, tubuhnya beringsut mundur ke tengah tempat tidur. Lalu melipat kedua kakinya untuk dia peluk. Air matanya mengalir tanpa disuruh. Abian menangis sambil menyelusupkan wajah pada kedua tangannya yang memeluk lutut. Ranti pun memeluk cucunya. Air matanya juga tumpah di sana.
"Hayu keluar, Ka! Abah mau bicara." Bahar mengajak Aska keluar kamar Abian. Sepertinya ingin berbicara serius dengan anak bungsunya tersebut.
***
"Ini yang abah dan ambu takutkan, Aska. Abian terus bergantung pada Rein. Abah dan Ambu sudah membicarakan hal ini sebelumnya, makanya kami mengusulkan agar kamu mau menikahi Rein saja." Bahar berkata setelah berada di dekat kolam ikan, berdua dengan Aska.
"Aku nggak bisa, Bah. Menikah nggak semudah itu. Bahkan kita nggak tahu asal-usul perempuan itu. Bagaimana kalau dia sebenarnya orang jahat?" Aska dengan tegas menolak.
"Apa kamu, teh, nggak kasian sama Bian? Selama enam bulan dia nggak mau ngomong dan ber-interaksi dengan orang lain, tapi cuma Rein yang berhasil bikin Bian mau ngomong. Apa kamu mau Bian jadi orang bisu lagi?"
Aska bergeming. Dia juga merasa kasihan dengan Abian. Namun, ini menyangkut masa depannya juga. Masa harus dengan menikah dengan perempuan yang baru saja dikenalnya?
"Kata kamu Bian juga harus kembali ke kota buat melanjutkan sekolahnya, tapi kalau keadaannya balik lagi kayak dulu, Bian nggak bisa masuk sekolah lagi, atuh." Bahar kembali menyerukan keresahannya.
"Bagaimana kalau Rein yang nggak mau menikah dengan aku?" cetus Aska. Dan berhasil membuat Bahar terdiam seribu bahasa, "dia juga punya hak untuk menolak, bukan?" imbuh Aska merasa mempunyai jalan keluar atas masalahnya. Mungkin Aska akan membuat Rein tidak setuju untuk menikah dengannya.
"Nya ... itu mah kudu ditanyain dulu sama Rein. Mungkin aja dia juga setuju, kan?" Bahar menggaruk kepalanya, sedikit tidak yakin, "Rein itu orangnya baik dan tulus, Aska. Abah bisa melihat dari cara dia berinteraksi dengan Bian. Abah ini mantan preman, jadi tahu mana orang yang jahat sama bukan," pungkas Bahar lagi.
Aska mendengus, dia bahkan seorang polisi. Seharusnya dia yang lebih tahu masalah itu. "Apa Abah lupa, kalau anak Abah ini polisi? Aska lebih sering berurusan dengan orang jahat," sindir Aska.
Bahar berdecak, "Halah, segala bawa-bawa profesi, mentang-mentang jadi polisi. Abah nggak takut sama kamu. Kamu mau tangkap Abah, hah? Sini, lawan Abah kalau berani?" Bahar sudah memasang kuda-kuda. Entah kenapa lelaki paruh baya itu tidak pernah suka jika anaknya menyebutkan profesinya. Bukannya malah bangga, Bahar sepertinya sakit hati karena dirinya harus pensiun jadi preman gara-gara anak-anaknya nekat jadi abdi negara.
"Abah, Aska ... kalian mau ngapain?" Ranti berteriak tak jauh dari tempat Bahar dan Aska berdiri. Lalu berjalan cepat mendekati mereka berdua.
"Cicing (diam), Ambu, cicing! Ini urusan mantan preman sama polisi yang nggak sopan sama orang tua. Ambu jangan ikut campur!"
"Hadeh, mulai lagi, deh!" Aska berdecak pelan, tetapi masih bisa terdengar oleh Bahar. Hal inilah yang membuat Aska selalu malas untuk pulang. Sang ayah selalu memancing keributan.
"Tuh, coba lihat, Ambu! Anak ini emang beneran kurang ajar sama Abah. Awas, Ambu! Jangan dihalangin! Biar abah kasih pelajaran sama dia." Bahar semakin geram mendengar decakan Aska yang terdengar pelan.
"Ih, si Abah. Siapa juga yang ngehalangin?" seru Ranti sambil mencebikkan bibir dan mendengus kesal. Suaminya selalu bersikap kekanakan.
Bahar berdiri tegak, lalu menatap istrinya. "Kenapa nggak dihalangin? Ambu mau Abah berkelahi sama Aska?" tanyanya yang membuat Ranti menggelengkan kepala.
"Tau, ah. Abah, mah, bikin suasana tambah ruwet aja. Itu si Bian kumaha (gimana)? Masih nggak mau ngomong juga dia," keluh Ranti kebingungan.
"Ya, kumaha, atuh? Abah juga nggak tahu. Anak kamunya juga nggak mau nikahin Rein."
"Bener, Aska? Kenapa masih nggak mau?" Ranti langsung beralih pada anaknya.
Aska menghela napas kasar. "Apa nggak ada cara lain, Ambu? Aku nggak bisa menikah dengan perempuan sembarangan. Lagipula Aska ini seorang polisi. Harus ada prosedur yang harus dijalani kalau mau menikah. Kalau mendadak begini, Aska bisa kena sanksi," terang Aska menolak dengan sopan.
"Gimana caranya coba? Kamu pikirin sendiri, atuh! Ambu, mah, udah nggak punya ide lain."
"Biarin, atuh, kena sanksi. Lagian abah juga nggak setuju kamu jadi polisi," celetuk Bahar yang hanya ditanggapi cebikkan bibir oleh Aska.
Aska berpikir keras, mencari jalan keluar lain selain menikahi Rein. "Bagaimana kalau kita sekeluarga pindah ke kota? Nanti suruh Rein juga tinggal bersama kalian di rumah pribadi A Dhana, sampai Bian terbiasa dengan keadaannya. Biar nanti aku tinggal di asrama dinas. Biar nggak timbul fitnah dari tetangga di sana." Usulan itu yang muncul di otak di Aska.
"Abah yang nggak mau," sanggah Bahar menginterupsi.
"Kenapa, Bah?" tanya Aska penasaran.
"Abah nggak bisa ninggalin ikan-ikan abah. Nanti mereka mati kelaparan. Mereka nggak bisa keluar dari kolam buat cari makan sendiri."
Aska mendengus sambil mengusap wajahnya kasar. Alasan abahnya selalu saja menyebalkan. "Kolam, kan, bisa dititipin sama Mang Umar, atuh, Bah!" serunya dengan emosi tertahan. Umar adalah adiknya Bahar.
"Eh, nggak boleh. Si Umar, mah, suka nggak tahu diri. Bukan ikannya yang dikasih makan, tapi dia yang makan ikannya. Nanti abah pulang, ikan abah tinggal sepasang. Abah nggak mau!" Bahar bersikeras menolak.
"Udah, atuh, Aska. Nikah aja sama Rein, ya? Daripada ribut kayak gini. Ambu, mah, pusing. Aduh ...."
"Ambu kenapa?" Aska langsung panik ketika melihat ibunya hendak jatuh sambil memegang kepala. Spontan dia menahan tubuh ibunya tersebut.
"Kepala Ambu pusing," ucap Ranti sambil meringis.
Aska tidak tega melihat ibunya seperti itu. "Ya, udah, Aska setuju. Tapi kita juga harus tanya sama Rein. Apa dia mau menikah sama aku?"
"Beneran, Aska? Kamu mau menikahi Rein?" Aska menganggukkan kepalanya atas pertanyaan Ranti. Dan dia pun jadi heran, kenapa jawaban itu seolah menjadi obat penawar dari rasa sakit yang ibunya rasakan.
Ranti bahkan berjingkrak kegirangan sambil memeluk tubuh Aska, lalu beralih beralih memeluk suaminya. Keduanya berjingkrak pun bersama.
"Hayu, hayu, kita tanyain Rein. Semoga dia setuju juga," ajak Ranti dengan semangat.
...****************...
To be continue....
...Dukung author dengan like, favorit, sama komentarnya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ
mau donk mau🤣🤣🤣🤣Aska mau ya nikah sama Rein q yakin Rein juga g nolak kalo nikah sama Aska🤭🤭🤭🤭
2023-01-15
1
🏘⃝Aⁿᵘ3⃣ ⏤͟͟͞R •𝕯• Kᵝ⃟ᴸ
wkwkwk..jgn2 sakitnya modus nih supaya Aska mau dinikahin..🤭
2023-01-13
2
🏘⃝Aⁿᵘ3⃣ ⏤͟͟͞R •𝕯• Kᵝ⃟ᴸ
iya atuh Bah..masa tiba2 mau dinikahkan aja..minimal saling mengenal dulu lahh
2023-01-13
2