Bertemu Sosok Tampan

Pagi yang cerah membuat senyuman manis terbingkai indah di bibir Rein. Gadis cantik itu tengah berdiri di dekat jendela. Di luar sana terlihat Abian yang tengah membantu kakeknya memberi pakan ikan di kolam yang berada di samping rumah tersebut.

Rein merasa kasihan Abian. Ia seperti melihat dirinya yang ditinggalkan oleh kedua orang tuanya waktu kecil dulu. Umurnya saat itu kira-kira sama dengan Abian. Namun, Abian masih beruntung karena masih punya keluarga lain, sedangkan dirinya terpaksa dititipkan di panti asuhan oleh tetangganya, karena tidak punya saudara lain yang mau menampung dirinya.

Namun, Rein juga merasa bahagia karena sudah diasuh oleh ibu panti yang begitu penyayang. Ia seperti mendapatkan keluarga baru di panti asuhan. Namun, sayangnya kebahagiaan itu harus hancur gara-gara perkara sengketa kepemilikan tanah tempat rumah pantinya berdiri. Anak dari pemilik tanah yang sudah memberikan tanah itu hendak menjual tanahnya kepada pihak lain. Rein dan keluarga di panti mau tidak mau harus pergi.

Ibu panti berusaha mencari tempat tinggal untuk anak-anak asuhnya. Uang yang tersisa hanya cukup untuk mengontrak sebuah rumah kecil yang tidak layak dihuni oleh enam belas orang anak-anaknya. Namun, apa boleh buat. Untuk sementara mereka hanya bisa tinggal di sana.

Rein yang saat itu berusia 15 tahun adalah anak yang paling tua di antara anak-anak asuh yang lain. Sebagai anak tertua, ia merasa mempunyai kewajiban untuk membantu ibu pantinya mencari uang tambahan. Walaupun sang ibu melarang, Rein tetap berusaha mencari pekerjaan.

Rein memutuskan untuk mencari uang di jalanan. Ia bisa menjadi pengamen atau menjadi penjual asongan. Yang penting bisa mendapatkan uang. Dari sanalah ia bertemu dengan Daren. Lelaki yang beda usia setahun lebih tua darinya itu sudah berprofesi menjadi pencuri kecil saat itu.

Daren mengajak Rein untuk mengikuti jejaknya jika mau mendapatkan uang dengan cepat. Rein awalnya menolak, tetapi kata-kata Daren membuatnya jadi sependapat. "Kita ini hanya mengambil hak kita sebagai anak yatim piatu dari harta orang-orang kaya itu. Soalnya mereka suka lupa jika ada haknya anak yatim di antara harta mereka."

Tanpa berpikir dosa, Rein belajar mencuri dari Daren. Ia berbohong kepada ibu pantinya, jika ia menghasilkan uang dengan berdagang asongan dan membantu pedagang makanan mencuci piring kotor. Rein melakukan semua itu setelah dirinya pulang sekolah.

Saat Rein masuk sekolah menengah atas, dia satu sekolah dengan Daren. Mereka pun berteman dengan Marvel yang waktu itu terkenal anak yang sangat bandel. Namun, kepintaran Marvel di atas rata-rata. Di umurnya yang masih remaja, dia sudah pandai meretas dunia maya. Marvel adalah korban brokenhome yang mencari tempat pelarian untuk menghindari keluarganya yang berantakan. Marvel sangat senang berteman dengan Rein dan Daren. Bahkan dia juga sering ikut mencuri bersama mereka. Dengan keahlian Marvel, setelah mereka lulus sekolah, Daren pun mengusulkan untuk menaikkan level pencuri abal-abal menjadi perampok profesional.

"Kamu lagi mikirin apa, Neng?" Suara Ranti mengembalikan pikiran Rein yang sempat kembali ke masa lalunya.

Rein tersentak lalu menolehkan kepala ke asal suara. Di ambang pintu sudah berdiri Ranti yang memperhatikannya sejak tadi. "Aku lihat Abian sama Abah, Mbu. Mereka terlihat senang sekali memberi makanan ikan."

Ranti berjalan lalu ikut berdiri di samping Rein di sisi jendela. Ia pun tersenyum melihat suami serta cucunya di luar sana. "Makasih, ya, Rein. Udah bikin cucu Ambu bisa tertawa kayak dulu lagi," ucapnya tulus sambil memegang tangan Rein.

"Sama-sama, Ambu. Rein juga mau ngucapin makasih karena udah mau ngerawat Rein sampai sembuh."

"Ambu harap kamu nggak jadi pergi, Neng. Ambu takut kalau Bian akan merasa kehilangan lagi." Ranti mengungkapkan keresahannya. Dua hari yang lalu, Rein berkata akan kembali ke kota. Kakinya sudah bisa berjalan seperti sediakala. Jadi, sudah waktunya dia kembali ke rutinitasnya. Rein memikirkan adik-adik pantinya yang mungkin sedang kesulitan, karena sudah dua bulan dia tidak memberikan uang.

"Maafkan Rein, Ambu. Tapi Rein harus kembali ke kota. Ada sesuatu yang harus Rein kerjakan di sana."

"Bukannya kamu yatim piatu. Anggap saja kami ini orang tua kamu, Rein," pinta Ranti memohon.

"Rein udah nganggep Ambu sama Abah itu seperti orang tua Rein sendiri. Kalian adalah orang-orang baik, tapi Rein benar-benar harus pergi."

"Kak Rein mau pergi?" Suara itu membuat atensi kedua perempuan itu teralihkan. Keduanya tersentak, menatap Abian yang tidak diketahui kapan datang.

"Abian," lirih Rein. Ia berjalan mendekati anak itu, tetapi Abian langsung lari menuju kamarnya.

"Abian, tunggu, Nak!" Sontak Rein dan Ranti mengejar sambil memanggil namanya, tetapi anak itu tetap pergi meninggalkan mereka.

"Ada apa ini?" Suara bariton menghentikan langkah Rein dan Ranti. Semilir angin tiba-tiba terasa berembus meniup wajah Rein yang terpesona dengan ketampanan seseorang yang berdiri di hadapannya. Kedua netranya seakan lupa untuk mengedipkan mata. Hingga suara Ranti mengaburkan pandangannya.

"Aska, akhirnya kamu pulang juga, Nak! Bian marah lagi, dia nggak mau kalau Rein pergi," terang Ranti kepada anak bungsunya yang baru saja kembali. Ternyata kedatangan Abian ke kamar Rein untuk memberitahu tentang kedatangan Aska.

Tatapan Aska pun beralih pada Rein. Menatap sengit perempuan tersebut. Rein tersenyum kecut, tiba-tiba saja ia merasakan hawa dingin menerjang tubuhnya, sampai-sampai ia harus memegang leher, untuk memastikan betapa dinginnya hawa di sekitar.

"Kenapa dia mau pergi?"

Pertanyaan itu sebenarnya ditujukan pada Ranti, tetapi tatapan Aska masih tertuju pada Rein.

"Anda nanya saya?" tanya Rein sambil menunjuk wajahnya.

"Ambu, kenapa nggak jawab?" Aska beralih pada ibunya.

"Oh, nanya sama ambu? Kenapa nggak nanya langsung aja, atuh, Aska. Kan, orangnya ada di depan mata."

"Tapi aku maunya Ambu yang jawab," sahut Aska.

Rein menelan ludahnya kelat. Orang di hadapannya ini terlihat dingin dan waspada. Ranti memang sering bercerita tentang anak bungsunya yang tinggal di kota, tetapi Rein tidak pernah melihat wajahnya yang ternyata sudah dewasa.

Rein melihat foto Aska dalam foto keluarga yang menggantung di ruang tengah rumah Ranti. Di foto itu, Aska masih berumur sekitar belasan tahun. Foto keluarga itu diambil di hari pernikahan anak pertama Ranti, yakni ayahnya Abian.

"Ehm ... maaf, Mas, Ambu. Apa nggak sebaiknya kita lihat Abian dulu?" Rein menyela perbincangan mereka.

"Iya, ih, bener. Kalau Bian nekat bisa gawat." Ranti langsung berlari mengabaikan Aska. Lelaki itu pun mengikuti ibunya.

***

"Bian, anak pinter. Kenapa mogok ngomong lagi? Kan, kemarin-kemarin udah mau ngomong. Kok, sekarang diem lagi?" Rein sedang berusaha merayu Abian yang kembali memendam suaranya.

Abian mengambil pulpen dan juga buku yang sering dia pakai untuk berkomunikasi sebelumnya.

"BIAN MAU NGOMONG, KALAU KAK REIN JANJI TIDAK AKAN PERGI!"

Rein menatap tulisan yang ditulis oleh Abian. Begitupun dengan Aska, Ranti, dan Bahar yang baru saja masuk ke kamar Abian.

"Gimana ini, Aska? Kamu mending turutin kata Ambu yang kemarin aja." Ranti berkata sambil mengguncangkan bahu Aska.

Aska bergeming. Ia tentu saja tahu maksud dari permintaan ibunya saat di telepon waktu itu. Aska bingung, dia tidak bisa melihat Abian kembali seperti dulu. Namun, dia juga tidak bisa menikah dengan perempuan asing, yang sekarang tinggal di rumah orang tuanya itu.

...****************...

Tbc ....

Terimakasih atas dukungannya. Kalian luar biasa 🤗

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Oh anak' panti.masih jadi tanggungjawab Rein sampai sekarang,Aku pikir udah gak..

2024-11-07

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Oh ini asal usul Rein jadi perampok?

2024-11-07

0

m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ

m͒0͒π͒&͒3͒🤗ᵇᵃˢᵉ

jadi ini ya awal Aska nikah sama Rein... karna g mau Bian mogok ngomong lagi

2023-01-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!