Bab 5

Bell tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak 45 menit yang lalu. Kini Kia terlihat duduk sendiri di dekat pos satpam sekolahnya. Gadis itu sedang menunggu supir baik hati yang menggantikan peran sang Papi di dalam hidupnya.

Ia ingin sekali naik kendaraan umum ataupun ojek online untuk cepat sampai di rumah, namun Pak Ujang sudah mewanti-wanti Kia untuk sabar menunggunya di sekolah melalui sambungan telepon. Kia pun menurut, ia tak mau membuat Pak ujang marah ataupun kecewa padanya. Meskipun sekolah makin terlihat sepi. Baik para siswa dan para guru sudah meninggal sekolah mereka itu.

Mungkin hanya tersisalah segelintir guru yang masih ada di sekolah, dengan urusan mereka masing-masing. Terbukti dengan masih adanya beberapa mobil yang terparkir di parkiran khusus untuk karyawan dan guru.

"Kia, masih lama di jemputnya, ya?" Tanya salah satu satpam yang bernama Udin pada Kia yang sedang duduk di kursi panjang yang ada di Pos satpam itu.

"Iya nih kayanya Pak Udin, sepertinya Pak Ujang kejebak macet, jadi lama deh." Jawab Kia seadanya.

"Kalau gitu, Pak Udin titip pos dulu ya, Pak Udin kebelet mau kebelakang, nunggu Pak Joni lama banget belum balik-balik ke Pos sejak tadi."

"Siap Pak Udin. Posnya bakal Kia jagain kok tenang aja, gak akan Kia bawa kabur."

"Hahaha... Kia bisa aja godain Pak Udin, ya udah Pak Udin tinggal dulu ya, sudah gak tahan nih soalnya." Pak Udin pamit dengan segera. ia meninggalkan Kia seorang diri di Pos Satpam.

Tak lama dari Pak Udin pergi sebuah mobil sedan yang terlihat cukup mewah datang dari arah parkir khusus guru, mobil itu ingin keluar namun pintu gerbang sekolah masih tertutup, mobil itu berhenti tepat di depan kursi panjang yang sedang di duduki oleh Kia. Kia yang menyadari mobil itu ingin keluar, langsung saja berdiri ingin membukakan pintu gerbang untuk mobil itu, namun baru beberapa langkah berjalan menghampiri pintu gerbang, pintu mobil itu terbuka.

Seorang pria yang hari ini mampu membuat jantung Kia berdenyut keluar dari pintu pengemudi mobil sedan itu. Ia datang menghampiri Kia dan menahan Kia untuk tidak perlu repot-repot membukakan pintu untuknya.

"Kia, tidak usah repot-repot membukakan pintu untuk saya, saya akan tunggu sampai Pak Satpam datang saja." Cegah Arka, yang malah duduk di kursi panjang yang tadi Kia duduki dan malah mengajak Kia untuk duduk bersamanya.

"Sini duduk sama saya, Kia!" Ajak Arka dengan menepuk-nepuk kursi panjang yang ia duduki.

Dengan langkah ragu Kia berjalan kembali ke arah kursi panjang itu. Kia berusaha mengatur deru nafasnya, karena jantungnya kembali berdetak tak menentu di dekat Pak Arka. Kia duduk di kursi dengan mengambil jarak cukup jauh dari posisi Arka duduk. Ada rasa canggung karena dia seorang guru dan perasaan lebih yang ia rasakan pada guru itu menjadi salah satu alasan kuat dia menjaga jarak.

"Kok duduknya jauh banget sih, kaya orang marahan saja. Sini duduk disamping saya jangan malu-malu! atau saya saja yang duduk di samping kamu, ya KIa." Protes Arka yang kemudian menggeser posisi duduknya mendekati posisi duduk Kia. Bukan hanya dekat tapi Arka sampai menempel bahunya dengan bahu Kia.

'Duh Pak Arka, jangan dekat-dekat dong! Gue makin deg-degan nih. Jantung tolong kondisikan, berdetaklah yang waajar ya! Jangan sampai dia tahu perasaan gue.'

"Kia kenapa belum pulang? Semua murid-murid sudah pulang semua loh, para guru juga sudah pulang hanya tinggal Pak Tomo saja di dalam." Tanya Arka yang memandang wajah Kia dengan jarak yang cukup dekat.

"Belum di jemput Pak, makanya Kia belum pulang." Jawab Kia jujur dan cukup singkat untuk menutupi kegugupannya.

Kia terus mengayunkan kakinya untuk mengurangi kegugupannya, dan apapun yang Kia lakukan tak luput dari perhatian Arka.

"Oh belum di jemput, saya kira Kia lagi sengaja nungguin saya." Balas Arka yang membuat Kia membulatkan matanya.

Kia sangat terkejut mendengar ucapan Arka yang penuh percaya diri barusan.

'Ya ampun ternyata Pak Arka orangnya kaya gini hahaha PD banget sih Pak, gue lagi beruntung aja nih nungguin Pak Udin ketemu Pak Arka disini.'

"Bapak bisa aja, emangnya kalau Kia nungguin Bapak, Bapak mau antar Kia pulang?" Tanya Kia yang memberanikan diri menggoda guru tampannya itu tanpa rasa canggung lagi.

"Pasti dong saya anter, tapi anternya kerumah saya saja ya?" Jawab Arka dengan senyumnya yang makin membuat Kia terpesona.

"Yah, jangan dong Pak, nanti Bi Ratmi sama Pak Udin nyariin." Balas Kia yang membuat Arka tertawa.

"Ohh.. gak mau ya, dibawa ke rumah saya? Padahal di rumah saya itu lagi buka lowongan."

"Lowongan apa Pak?"

"Lowongan jadi istri saya." Arka menatap wajah Kia yang terkejut dengan jawaban Arka. Kia terdiam sejenak menelaah maksud kata-kata Arka barusan.

'Maksud Pak Arka apa sih? Gak ngerti gue.' batin Kia.

"Udah jangan terlalu dipikirin terlalu dalam kata-kata saya tadi. Ngomong-ngomong Kia nungguin di jemput siapa, kalau saya boleh tau? Pacarnya ya?" Tanya Arka yang memberanikan diri memancing Kia menceritakan hal pribadinya.

"Kia nunggu di jemput Pak Udin, Kia mana punya pacar Pak Arka. Papi gak pernah izinin Kia pacaran, Kia dianter jemput terus sama Papi dan Pak Udin, jadi mana ada cowok yang mau deketin Kia." Jawab Kia jujur namun wajahnya langsung berubah muram.

'Apalagi sekarang Kia gak punya kesempatan untuk punya pacar lagi, karena Kia sudah punya calon suami.' batin Kia.

"Wah sayang sekali gadis cantik seperti Kia gak punya pacar, kalau saya ngelamar jadi pacar Kia boleh?" Tanya Arka yang memasang wajah serius, malah membuat wajah Kia makin muram.

'Kalau Kia gak di jodohin Kia pasti mau di jadiin pacar sama Pak Arka, gak perduli ini pertanyaan beneran ataupun bukan, jangankan dijadiin pacar, dijadiin istri aja Kia mau, soalnya Kia juga suka sama Pak Arka.Suka banget malah,' batin Kia menjawab apa yang ia rasakan sedang mulutnya berusaha menutupi perasaannya.

"Pak Arka bercandanya gak lucu ah...Jangan ghosting Kia dong Pak," Kia memukul pelan pergelangan tangan Arka yang malah di membuat Arka menangkap tangannya dan akhirnya mengenggam tangan Kia.

"Kalau saya gak bercanda gimana Kia? Saya sangat tertarik sama kamu loh, walaupun kita baru ketemu pertama kali hari ini. Apa yang saya rasakan ini, mungkin bisa di bilang saya ini sedang jatuh cinta pada pandangan pertama sama kamu." Ujar Arka yang menatap dalam manik mata Kia yang mulai berkaca-kaca.

'Ya Tuhan, Pak Arka serius apa bercanda ya? Gue mau nganggep ini bercanda tapi kok muka dia serius banget. Kalau ini bener berarti kita merasakan perasaan yang sama, tapi gimana dengan perjodohan aku dan Kak Aldo?'

"Hehehe... Pak Arka udah ah bercandanya! Nanti Kia jadi baper beneran nih jadinya." Kilah Kia yang lebih memilih menganggap ungkapan perasaan Arka adalah sebuah candaan. Namun pada kenyataannya Arka memang merasakan apa yang Kia juga rasakan.

Perasaan cinta yang hadir begitu saja pada Kia yang menjadi alasan mengapa Arka selalu berdiri di depan meja belajar Kia. Saat ia sedang menerangkan materi pelajaran yang ia ajarkan hari ini di kelas Kia. Dua jam terus memperhatikan gadis yang mencuri perhatiannya, cukup untuk Arka meyakinkan dirinya sendiri tentang sebuah rasa cinta yang tumbuh dengan cepat di hatinya pada gadis cantik yang bernasib malang yang bernama Kiandra. .

"Saya gak bercanda Kia, saya jujur berkata apa adanya. Kenapa kamu menganggap saya bercanda? Apa kamu gak suka ya sama saya, ya? Apa kamu keberatan jika jadi pacar saya, karena umur saya yang jauh diatas kamu? Umur saya tidak tua-tua banget loh Kia." Tanya Arka kembali yang makin menggenggam jemari Kia dan menatap dalam manik mata Kia yang malah meneteskan buliran bening.

'Kia suka sama Pak Arka, bahkan cinta malah, bagi Kia umur gak jadi masalah. Kia gak keberatan jadi pacar Pak Arka malah Kia dengan senang hati mau jadi pacar Pak Arka, tapi Kia gak bisa Pak.Kia gak mau nyakitin Pak Arka, karena Kia sudah dijodohin dan Kia akan menikah setelah lulus sekolah nanti.' Kia terdiam tak bisa menjawab pertanyaan guru yang ia cintai itu. Ia hanya bisa menjawab semua pertanyaan Arka didalam hatinya saja.

"Jangan menangis Kia! Maafkan saya jika ada kata-kata saya yang menyakiti perasaan kamu tadi," ucap Arka yang jemarinya menghapus air mata Kia yang sudah membasahi pipi putih mulus Kia.

Blush!

Sentuhan Arka membuat hati Kia berdesir, Kia hanya meggelengkan kepalanya menanggapi ucapan Arka. Kia menikmati sentuhan tangan Arka di pipinya. Sudah lama ia tak merasakan belaian tangan Mami dan Papinya yang ia rindukan. Nyaman, namun mampu membuat hatinya berdesir, itulah yang ia rasakan sekarang.

'Tuhan, bolehkah aku lari dari kenyataan hidupku? Aku ingin dia yang ada dihadapan ku menjadi teman hidupku bukan Kak Aldo, pria yang Mami dan Papi jodohkan pada ku.'

"Kenapa diam saja Kia? Kalau kamu belum mencintai saya, saya akan membuat kamu mencintai saya." Tanya Arka.

'Pak Arka tak usah repot-repot membuat Kia cinta sama Pak Arka, karena Kia sudah cinta sama Pak Arka.'

"Kia bingung mau jawab apa." Kia akhirnya bersuara yang malah membuat Arka tersenyum.

"Kenapa Kia bingung? Kia hanya tinggal jawab Kia mau atau tidak jadi pacar saya, hum? Kita akan seperti teman mu Dira dan Pak Tomo." Tanya Arka yang membuat mata Kia seketika membola.

"Jangan melotot seperti itu! nanti mata kamu keluar loh." Ucap Arka yang mengusap kedua mata Kia yang terbelalak dengan telapak tangannya yang besar, agar tidak memelototinya.

"Kok Bapak tau sih mereka pacaran? Gak ada yang tahu hubungan mereka kecuali Kia dan Nadya." Tanya Kia yang masih dengan keterkejutannya.

"Tentu saya tahu Kia, Tomo itu sepupu saya. Malah mereka itu suka pacaran di apartemen saya kalau malam Minggu." Jawab Arka sambil tersenyum penuh arti pada Kia. Kia kembali dibuat terkejut oleh jawaban Arka.

"Jadi bagaimana Kia mau atau tidak?" Tanya Arka kembali yang seakan mendesak Kia.

"Pak Arka, maafkan Kia.... karena Kia ..." Jawaban Kia terputus karena Arka menempelkan satu jarinya pada bibir merah jambu milik Kia, membuat Kia menghentikan ucapannya.

"Jangan teruskan! Saya sudah tahu semua Kia, saya akan memperjuangkan kamu. Sebelum janur kuning melengkung di depan jalan rumahmu, itu artinya masih ada kesempatan saya untuk memiliki mu tapi jika kamu sudah terlanjur menjadi milik pria itu, saya akan tetap menunggumu, kalau perlu sampai kamu jadi janda. Apapun keadaan mu, saya akan tetap menerima kehadiran mu dengan tangan terbuka. Percayalah perasaan saya tulus sama kamu Kia." Potong Arka yang malah membuat tangis Kia pecah.

"Pak Arka...Pak Arka serius?" Kia memberanikan diri memeluk tubuh atletis pria yang duduk di sampingnya.

"Saya sangat serius dengan ucapan saya." Jawab Arka dengan pasti.

Kia menangis sejadi-jadinya dan Arka membiarkan gadis yang membuat dirinya dengan mudah jatuh cinta itu menangis di dalam pelukannya.

"Menangislah Kia, puaskan hatimu untuk menangis di dalam pelukan saya. Mulai hari ini saya akan menjadi sandaran hidup kamu, saya harap kamu jangan lagi menangis di belakang gedung sekolah yang sepi itu. Itu sangat berbahaya Kia." Ucap Arka saat menenangkan tangis Kia.

Ya, Arkalah seseorang yang mengintip dan terus memperhatikan Kia sejak awal hingga Kia meninggalkan belakang gedung sekolah yang sepi itu untuk mencurahkan isi hatinya.

"Non Kia..." Panggil Pak Ujang yang berdiri di depan keduanya yang sedang berpelukan.

Pak Ujang menatap penuh tanda tanya keduanya.

"Non Kia kenapa menangis?" Tanya Pak Ujang ketika Kia melepaskan pelukannya dari tubuh Arka. Kia sibuk menghapus aitr mata yang membasahi pipinya, sampai tak sempat menjawab pertanyaan Pak Ujang.

"Dia menangis karena menceritakan kedua orangtuanya pada saya Pak, perkenalkan saya Arka guru baru di sekolah ini." Arka membantu Kia menjawab pertanyaan Pak Ujang, namun dengan jawaban bohong.

Untungnya Pak Ujang langsung mempercayai jawaban Arka dan tak lagi banyak tanya pada Kia, Arka lantas memperkenalkan dirinya pada Pak Ujang. Setelah berkenalan, mereka terlibat obrolan pendek sesaat hanya sekedar ramah tamah, setelah itu Pak Ujang dan Kia pun pamit pulang terlebih dulu.

Arka terus menatap kepergian gadisnya itu sampai bayangan mobil yang di naiki oleh Kia menghilang dari pandangan matanya.

Terpopuler

Comments

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

Kin pikir Kia udah ngomong terus terang ternyata cuman dalam hatib🤣🤣

2023-06-08

0

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

serius atau hanya candaan aja nih 😂😂

2023-06-08

0

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩

duhh pak arka bikin KIA degdegan aja nihh,

2023-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!