Bab 4

"Ah i-iya Pak, bapak panggil saya?" Tanya Kia yang gelagapan mendapati guru ganteng dihadapannya mengambil kertas mewarnainya.

Ya Arka mengambil kertas mewarnai milik Kia, dan kembali duduk di tempatnya sembari mengamati sejenak kertas mewarnai milik Kia yang ia ambil lalu memasukkannya kedalam sebuah map yang ada di atas mejanya.

Arka kembali mengabsen murid-muridnya satu persatu hingga selesai. Ia memulai materi pelajaran yang ia sampaikan dengan lugas dan tegas membuat para siswi berdecak kagum kepadanya.

Seperti biasa diakhir penyampaian materi, seorang guru pasti akan memberikan tugas pada murid-muridnya begitu pula dengan Arka. Ia meminta sekertaris kelas untuk me membantunya menulis tugas yang ia berikan di papan tulis.

"Siapa sekertaris di kelas ini? Bisa tolong bantu saya untuk menuliskan soal tugas yang akan saya berikan di papan tulis!" Ucap Arka yang berdiri pada salah satu meja murid paling depan dengan pandangan mengedar mencari siapa sekertaris di kelas 2 AP 1.

"Kia Pak, sekertarisnya." Sahut salah satu siswi yang duduk di paling belakang.

Arka tidak menyadari bahwa ia sedang berdiri tepat di depan meja muridnya yang menjabat sebagai sekretaris kelas dimana tempat ia mengajar saat ini.

Sementara itu Kia sejak tadi hanya diam tertunduk, ia sedang berusaha mengatur nafas dan detak jantungnya yang terus bergetar dan berdetak tak menentu sejak sang guru tampan ini berdiri menjelaskan materi tepat di depan meja belajarnya sejak awal Arka memulai mata pelajaran yang ia bawakan pada hari ini.

"Duh jantung gue gak tau diri banget, tolong kondisikan dong! Jangan begini dong ampun deh norak banget si nih di deketin aja udah berdenyut dan berdebar-debar rasanya jantung gue kaya mau copot nih. Kenapa di deketin Pak Arka jantung gue berdenyut getar-getar ser-seran gini ya? Mana doi nyari gue lagi coba, duh mendadak gugup gagap gigip nih." Batin Kia merutuki jantungnya yang tersetrum kharisma seorang Arka.

"Ok, mana yang namanya Kia? Maaf saya belum bisa menghapal nama-nama kalian. Tolong yang namanya Kia maju ke meja saya untuk ambil lembar tugas dan bantu saya menuliskan tugas di papan tulis!" Tanya Arka dengan pandangannya yang masih mengedar ke seluruh murid di hadapannya mencari sosok Kia yang ternyata ada di hadapannya.

"Saya Pak." Kia mengangkat tangan dengan kepala yang masih menunduk.

"Oh kamu ternyata ada di depan saya, maaf ya Kia,saya tidak menyadari keberadaan kamu." Ucap Arka ramah dengan senyum mempesona yang menghiasi wajah tampannya.

Ia menatap Kia yang masih saja menundukkan pandangannya. Andai saja Kia melihat senyum mempesona yang terbit di wajah tampan Arka mungkin saat ini dia tengah pingsan karena tak kuasa menahan debaran jantungnya yang tersetrum kharisma seorang Arka.

"Kia, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Arka yang merasa aneh dengan sikap Kia yang selalu menghindari kontak mata dengannya.

"Ba-baik saja kok saya Pak." Jawab Kia yang tergagap.

Jawaban Kia yang tergagap membuat kedua sahabatnya mengukir senyum penuh arti, saling melihat satu sama lain kemudian melirik sahabatnya yang masih saja menundukkan pandangannya.

"Gue yakin lo lagi ngerasain yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama Kia." Batin Dira yang sedang menebak apa yang dirasakan sahabatnya itu.

"Gue gak rela lo nikah dengan cowok gak jelas rupa dan wujudnya Kia, apalagi lo belum pernah pacaran. Gue akan comblangin lo dengan Pak Arka. Gue yakin jodoh itu ada ditangan Tuhan dan gue berharap lo gak berjodoh dengan cowok yang dijodohin sama lo Kia, karena gue punya feeling gak enak tentang perjodohan lo." Batin Nadya.

"Oh, saya kira kamu sakit atau tidak suka saya ada di kelas ini." Ujar Arka yang mencoba menebak-nebak keadaan Kia tapi sayangnya tebakannya salah.

"Ti-tidak Pak saya tidak sakit dan saya suka kok bapak ada di kelas ini." Jawab Kia yang masih tergagap sembari menerima selembar kertas berisi tugas soal yang akan dia tulisnya dipapan tulis dari tangan Arka.

"Sepertinya dia merasa malu pada ku, dia masih saja menghindari kontak mata dengan ku. Gadis yang lucu." Batin Arka yang masih memandangi Kia yang mulai menulis di papan tulis.

Dua jam pun berlalu, bel waktu istirahat pun berbunyi, tanda berakhirnya jam pelajaran bersama Arka pun datang. Seluruh siswi merapikan buku-buku pelajaran mereka ke dalam tas sebelum mereka keluar menikmati jam istirahat, begitu pula dengan Arka setelah merapikan buku-bukunya Arka pamit meninggalkan kelas 2 AP 1 dan kembali keruang guru.

Kantin

"Kayanya ada yang nervous sama guru tampan ya Nad?" Sindir Dira yang melirik Kia yang tengah sibuk memasukkan bakso kedalam mulutnya.

"Iya Dir, kayanya ada yang mau ngikutin jejak lo Dir, pacaran sama Pak guru muda dan tampan bonus tajirrrrr hahahaha." Sahut Nadya yang mengiyakan sindiran Dira untuk Kia.

Kia pura-pura tuli dan tak menggubris sindiran kedua temannya. Ia terus melahap bakso di hadapannya hingga tandas tak tersisa.

"Jatuh cinta bikin laper kayanya ya Dir, makan bakso kaya makan kacang, di kunyah apa di telan bulet-bulet ya tuh bakso Dir?" Nadya kembali menyindir Kia yang sudah menghabiskan bakso di hadapannya dengan secepat kilat dan langsung menyeruput segelas es teh manis hingga tersisa es batu di dalam gelas.

"Behhh Nad, gak cuma laper jatuh cinta juga bikin haus... Bener-bener deh Pak Arka bikin sahabat kita kelepek-kelepek nih." Seloroh Dira yang mendapat lirikan tajam dari Kia.

"Brisik lo semua." Ucap Kia yang kemudian bangkit dari kursi duduknya dan meninggalkan kedua sahabatnya dengan perasaan kesal karena terus menyindirnya dengan maksud menggoda sang sahabat yang diketahui pasti menyimpan rasa pada guru baru itu.

"Jiah... Dia ngambek... Berarti bener dong kata-kata kita tadi ya Kia?" Ucap Dira yang mengeraskan suaranya ketika Kia meninggalkan mereka tanpa pamit mau kemana.

"Woi Kia, kalau jatuh cinta jangan disembunyiin! Ga baik nanti lo bisa makan hati dan memperkaya pemikiran perusahaan teh botol." Pekik Nadya yang membuat Dira memutar bola matanya dengan jari yang ia sematkan dia atas dagu saat mendengar ucapan Nadya yang tak masuk akal di pikirannya.

"Memperkaya perusahaan teh botol maksud lo apa Nad?" Tanya Dira yang nampak terlihat bodoh.

"Ya kan, iklannya apapun makanannya minumnya teh botol." Jawab Nadya sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Dasar oneng, makan hati perasaan lo samain sama makan hati makanan, dasar orang bener-orang bener." Balas Dira yang mendorong lengan Nadya hingga tubuhnya terhuyung sambil tertawa.

Sementara itu, Kia yang merasa kesal dengan kedua sahabatnya itu pergi ke belakang gedung sekolah yang sepi hanya untuk menghilangkan rasa kesalnya dengan cara berteriak dan menendang sesuatu ke segala arah.

"Aaaaaaa... gue gak mau jatuh cinta dan gak boleh jatuh cinta, gue ini perempuan yang sudah punya calon suami, sadar diri Kia, Lo akan nyakitin orang yang Lo cintai Kia, kalau Lo terusin perasaan Lo sekarang, bukan hanya Lo yang sakit hati tapi juga dia." Pekik Kia sekuat tenaga. Ia yakin tak ada yang mendengar teriakannya karena seperti yang ia tahu tak ada satupun orang yang berminat untuk mendatangi belakang gedung sekolah seperti dirinya yang suka menyendiri semenjak kepergian kedua orang tuanya di belakang gedung kosong ini sehabis makan di kantin.

"Kenapa Pak Arka pakai datang kesekolah ini segala sih, bikin gue ngerasain rasa sialan ini di hati gue? Harusnya yang ngajar di sekolah ini tuh yang udah tua-tua aja,kalau perlu kakek-kakek yang udah sepuh jangan yang bening tampan kaya Pak Arka. Kan gue jadi jatuh cinta sama dia." Omel Kia pada dirinya sendiri.

Kia tak bodoh, ia menyadarinya betul getaran dan kegugupan yang ia rasakan, saat berdekatan dengan Arka di kelas tadi adalah perasaan ketertarikannya pada pesona Arka, dan bibit-bibit cinta di hatinya telah tumbuh begitu saja, meskipun ini adalah kali pertama dirinya bertemu dengan Arka.

Dibalik ke ketampanan dan kesempurnaan fisik Arka, ada sikap pembawaan Arka yang ramah dan meneduhkan hati setiap orang yang berjumpa dengannya, yang membuat Kia dengan mudahnya jatuh cinta pada sosok guru baru tampan itu, apalagi senyum yang terbit diwajah tampan Arka yang begitu mempesona, senyum itu bagaikan magnet yang menarik hati Kia untuk semakin mengagumi sosok Arka yang sangat sempurna dimata Kia.

Kesal dengan perasaan yang ia rasakan, Kia menendang kaleng bekas yang kosong untuk meluapkan rasa kesal pada dirinya sendiri.

"Enyahlah kau rasa cinta sialan. Jangan menyulitkan hidup gue yang udah sulit." Ucap Kia sebelum menendang kaleng kosong dihadapannya. Ia masih merutuki perasaan cinta yang ia anggap akan menyusahkannya di kemudian hari, karena ia sudah di jodohkan oleh mendiang kedua orang tuanya.

"Hiks...kenapa sih Mami sama Papi jodohin Kia? Kia kan jadi gak bisa kaya orang-orang Mih, Pih. Kia juga pengen ngerasain indahnya jatuh cinta. Jalan kesana kemari sama pacarnya. Tapi sayangnya Kia gak bisa kaya mereka. Hidup Kia gak seberuntung mereka. Dan ini semua karena Papi sama Mami, boleh gak sih Mih, Kia jadi anak durhaka sekali aja? Kia mau tolak jodoh yang mami sama Papi siapkan untuk Kia," Kia akhirnya menangis sambil berjongkok, ia terus menyalahkan mendiang kedua orang tuanya.

Cukup lama Ia menangisi jalan hidupnya yang tak bisa sepertinya teman-temannya karena sudah di jodohkan oleh anak sahabat kedua orangtuanya itu.

Semenjak kepergian kedua orangtuanya, Kia jadi lebih sering kebelakang gedung sekolah hanya untuk menangis seorang diri, meluapkan segala rasa di hatinya ditempat yang sepi seperti di belakang gedung sekolah. Ia tak ingin menangis di rumah meskipun itu bisa ia lakukan, ia tak ingin membuat Bi Ratmi dan Pak Ujang mengkhawatirkan kondisi dirinya yang belum bisa move on dari kepergian kedua orangtuanya.

Kia terlihat sangat sedih dan terus menangis dalam waktu yang cukup lama, hingga suara bell masuk pun terdengar ia masih sibuk dengan tangisannya yang tak kunjung usai. Ia menyambut rasa cinta yang tumbuh pertama kalinya dihidupnya dengan kesedihan bukan dengan kebahagiaan, sebab sebelum hatinya ingin melangkah, hatinya sudah tercekal dengan sebuah perjodohan.

"Aaaaaaa gue benci jalan hidup gue. Gue mau mati aja ni rasanya!!! Makin berat aja hidup gue gara-gara rasa sialan ini yang muncul tiba-tiba tanpa gue undang." Pekik Kia lagi yang kemudian menghapus air mata terakhirnya.

Setelah ia menghapus air matanya, Kia segera menarik senyum manis di bibirnya. Raut wajah sedih yang ada di wajah Kia langsung hilang begitu saja ketika ia kembali memasang senyum palsu yang terlihat begitu manis untuk menutupi segala kesedihannya.

Kia beranjak dari tempat dimana ia berjongkok saat ini, ia berdiri dan merapikan pakaiannya yang sedikit berantakan karena berjongkok tadi.

"Ok hari ini cukup segini dulu, terimakasih untuk tempatnya ya para penunggu yang baik hati. Terimakasih sudah mau mendengarkan keluh kesah gue, bye-bye...gue belajar dulu ya, besok gue pasti datang kesini lagi." Ucap Kia sebelum meninggalkan belakang gedung sekolahnya.

Seseorang di balik tembok yang sejak tadi mendengar dan memperhatikan apa yang Kia lakukan hanya tersenyum penuh arti dan ikut pergi dari tempat itu, ketika memastikan Kia sudah meninggal pelataran di belakang gedung sekolah yang sangat sepi dan nyaris tak terjamah oleh orang-orang terkecuali Kia dan dirinya hari ini.

Terpopuler

Comments

🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

ati2 beneran ada penunggunya loh

2023-07-16

0

🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

ati2 ada yg dgr

2023-07-16

0

🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

🍁𝐂liff❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

🤣🤣kl telan bulet2 kesek dir

2023-07-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!