Pernikahan Penuh Luka season 1 [Cinta Pertama Kiandra]

Pernikahan Penuh Luka season 1 [Cinta Pertama Kiandra]

Bab 1

Di sebuah restoran sederhana, nampak terlihat begitu ramai muda-mudi yang menggunakan seragam SMK yang setara dengan SMA. Mereka berkumpul memenuhi undangan traktiran makan siang, bersama teman sekelasnya.

Seorang gadis belia yang baru saja menginjakkan usianya yang ke 17 tahun pada hari ini.Ya, Kiandra hari ini sedang merayakan ulang tahunnya. Ia terlihat begitu bahagia. Canda dan tawa menghiasi wajah cantik natural yang dimiliki oleh Kiandra.

Saat ini, Kia belum memulai acara ulang tahunnya, karena ia sedang menunggu kehadiran kedua orang tuanya, yang  sudah dalam perjalanan menuju restoran tempat di mana acara ulang tahun Kiandra dilangsungkan. Mereka datang terlambat karena mereka ingin membeli kado terlebih dahulu, untuk putri mereka satu-satunya.

Bagaikan petir yang menyambar di siang bolong. Ketika Bi Ratmi yang datang lebih dahulu dari kedatangan kedua orang tuanya, ia berlari menghampiri Kia, kemudian memeluk tubuh Kia sembari menangis tersedu-sedu.

"Non Kia yang sabar ya Non... Non Kia tidak sendirian masih ada Bibi dan pak Ujang," ucap Bi Ratmi di sela tangisannya yang tak dimengerti oleh Kia.

Bi Ratmi datang bukannya memberikan ucapan selamat padanya malah berbicara sambil menangis yang membuat Kia tak mengerti.

"Bibi ngomong apa 'sih? Sendirian apa maksud Bibi? Kia kan punya papi sama mami, Bi," tanya Kia yang belum mengetahui telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap kedua orang tuanya.

"Non Kia, Bibi harap Non Kia kuat jika Bibi beri tahu kalau nyonya dan tuan sudah tiada Non, mereka mengalami kecelakaan saat menuju ke sini. Pak Ujang baru saja menelepon Bibi dari rumah karena ada pihak kepolisian yang datang memberitahukan kabar buruk ini Non, sewaktu Bibi dalam perjalanan ke restoran ini menyusul keberadaan Non Kia sesuai perintah Tuan dan Nyonya." Bi Ratmi menjelaskan sembari menangis sesenggukan.

Kia yang mendengarnya seketika diam membisu, ia seolah tak percaya dengan apa yang diucapkan Bi Ratmi mengenai keduanya.

"Bi... Jangan bercanda! Jangan mengerjaiku dengan hal yang tak lucu! Ini sungguh tak lucu Bi," ujar Kia dengan nada bicaranya yang meninggi satu oktaf.

"Bibi tidak bercanda dan tidak sedang mengerjai Non, Bibi bicara apa adanya Non. Pak ujang sulit menghubungi Non untuk memberitahukan kabar buruk ini karena ponsel Non Kia masih dalam panggilan lain." Ucap Bi Ratmi meyakinkan Kia yang masih tertegun tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Benar apa yang di ucapkan Bi Ratmi, sejak tadi Kia memang sibuk menjawab panggilan telepon dari teman-temannya karena ada sebagian teman Kia yang tak dapat hadir di acara perayaan ulang tahunnya itu dan memilih mengucapkan selamat pada Kia melalui panggilan telepon.

"Katakan pada Kia, ini semua tidak benar Bi! Tidak mungkin Papi dan Mami pergi di hari bahagia Kia Bi. Katakan Bi semua ini tidak benar! Kalian hanya ingin mengerjai ku, bukan?" Pekik Kia yang berujung tangis yang pecah memilukan hati orang yang mendengarnya.

Buugh...!

Tubuh Kia terjatuh begitu saja ke lantai, Kia tidak pingsan, ia hanya terduduk lemas setelah mendengar kabar duka tersebut, Kia menolak untuk  percaya, namun kenyataan malah sebaliknya.

Teman-temannya yang tadinya riuh, asyik mengobrol dan bercanda satu sama lain, langsung terdiam dan suasana restoran menjadi senyap dan sepi, hanya terdengar suara isakan tangis Kia yang tengah duduk tersungkur di lantai. Tubuhnya lunglai seakan tak ada tulang yang lagi menopang tubuh mungilnya.

Semula teman-teman Kia terlihat bingung melihat Kia yang duduk tersungkur dilantai sembari menangis tersedu-sedu. Timbul tanda tanya di benak mereka dengan apa yang terjadi pada temannya yang sedang berulang tahun hari ini.

"Non, bangunlah Non! Jangan seperti ini! Sebaiknya kita segera kerumah sakit untuk menjemput Jenazah Nyonya dan Tuan, Non," ajak Bi Ratmi yang berusaha membangunkan dan memapah tubuh mungil Kia yang terduduk lemas di lantai.

Teman-teman Kia yang semula tak mengetahui apa yang terjadi pada Kia pun akhirnya mengerti setelah mendengar ajakan Bi Ratmi pada Kia ke rumah sakit untuk menjemput Jenazah kedua nya.

Teman-teman Kia langsung mendekat dan menghampiri Kia. Mereka memeluk tubuh temannya itu secara bergantian seakan ikut larut dalam kesedihan yang Kia alami saat ini. Kedua sahabatnya berusaha menguatkan Kia dengan memeluk tubuhnya erat.

"Yang sabar Kia, gue turut berduka cita atas kepergian kedua nya lo, Kia." Ucap Nadya yang memeluk tubuh sahabatnya itu.

"Kita akan Temanin lo kerumah sakit, sekarang lo harus kuatkan diri lo Kia. Gue yakin lo adalah wanita yang kuat dan tegar." Ucap Dira yang merangkul tubuh Kia.

"Gue gak yakin bisa kuat Dir, gue pengen nyusul Mami sama Papi aja. Gue gak bisa hidup tanpa mereka." Ucap Kia yang berjalan dengan di rangkul oleh kedua sahabatnya sedang Bi Ratmi sibuk membawa semua barang - barang anak majikannya itu.

Untungnya restoran yang di pakai untuk perayaan ulang tahun Kia sudah di bayar lunas oleh kedua orang tua Kia sewaktu membooking Restoran tersebut, sehingga mereka bisa meninggalkan restoran tersebut dengan leluasa.

.........

Rumah Sakit.

Kia berjalan dengan langkah yang tertatih berusaha menguatkan dirinya keruang Jenazah untuk memastikan Jenazah yang akan dia bawa pulang adalah kedua nya.

Kia menangkupkan mulutnya dengan kedua telapak tangannya saat petugas rumah sakit membuka kain putih penutup wajah Jenazah yang merupakan kedua nya secara bergantian.

"Bagaimana Nona apa benar ini anggota keluarga Anda?" Tanya petugas pada Kia yang tak dijawab oleh Kia dengan benar.

Kia nampak terlihat histeris dan terus memanggil kedua nya sambil diiringi suara isak tangisnya yang pecah.

"Mami Aaaaaa Papi Aaaaa... Ya Tuhan tolong jangan bercanda dengan hidupku ini! Jangan ambil mereka, please! Hanya mereka yang aku miliki. Bangun Mihh....please bangun Mih...! Papi please bangun Pih Tolong bangunlah Pihh! Kia tak akan bisa hidup tanpa kalian," ucap Kia yang terus mengguncangkan tubuh kedua nya secara bergantian, membuat petugas rumah sakit mengerti tanpa mendengar jawaban Kia secara langsung.

Tap...tap...tap!!

Suara derap langkah seorang pria berjalan menghampiri Kia. Pria itu dengan mata yang sendu mengamati keterpurukan gadis belia yang baru saja menginjak usia 17 tahun pada hari ini. Karena tak kuasa melihat gadis itu larut dalam kesedihan seorang diri. Ia pun akhirnya menarik tubuh Kia yang sedang memeluk tubuh sang Mami yang berbaring terbujur kaku di atas brankar rumah sakit.

"Sabarlah Kia sayang, Kia jangan merasa sendiri karena sekarang Om akan menjadi pengganti Papi untuk Kia!" Ucap Pria itu yang bernama Wirya yang merupakan sahabat kedua nya.

Wirya datang ke Rumah Sakit itu karena seorang polisi juga mengabarinya tentang kecelakaan yang terjadi pada kedua sahabatnya itu. Polisi bisa menghubunginya karena melihat panggilan telepon terakhir pada ponsel Andra, Papi Kia.

"Om, kenapa semua ini terjadi pada Kia Om? Kenapa Mami dan Papi pergi begitu cepat seperti ini Om?" Tanya Kia yang memeluk tubuh kekar Wirya.

"Semua ini sudah suratan takdir Yang Maha Kuasa Kia. Kia harus kuat ya! Ayo kita keluar dari sini! Biarkan orang-orang Om mengurus kepulangan jenazah kedua orang tua mu Kia. Mereka harus cepat-cepat dimakamkan, kita tidak boleh menunda-nunda karena rasa kesedihan yang kita rasakan." Ucap Wirya yang berjalan sambil merangkul tubuh Kia.

....

Acara pemakaman pun dilangsungkan dengan cepat dan mudah berkat bantuan Wiryawan Prayoga.

Kia duduk termenung di dekat pusara kedua nya yang dijadikan satu liang lahat sesuai dengan permintaan kedua nya ketika masih hidup. Kia tak bisa lagi berpikir bagaimana kehidupannya kedepannya nanti tanpa kedua nya. Apalagi sekolahnya pun belum selesai. Ia belum mampu mengarungi hidup seorang diri tanpa bimbingan kedua nya.

Di kediaman Kiandra.

Setelah kedua  Kia di makamkan. Kini Wiryawan dan istrinya Tami tengah duduk di ruang keluarga bersama dengan Kia, Bi Ratmi dan juga Pak Ujang.

Tak ada sanak saudara yang dimiliki oleh Kia saat ini. Andra, Papi Kia adalah anak satu-satunya dari Kakek Arkan yang juga sudah tiada. Sedang Mami Mirna hanya anak yatim-piatu yang diangkat dari panti asuhan oleh Kakek Arkan.

Kakek Arkan mengangkat Mirna sebagai anak asuhnya agar Andra memiliki sosok saudara yang menemani dia di dalam hidupnya namun seiring berjalannya waktu mereka malah saling mencintai dan akhirnya menikah.

"Kia sayang, Kia mau yah tinggal sama Om dan Tante sambil menunggu Aldo pulang dari study S3-nya di London." Ucap Tami yang duduk di samping Kia sembari mengelus rambut panjang Kia dengan rasa penuh kasih sayang.

"Menunggu Kak Aldo? Untuk apa menunggu Kak Aldo Tante?" Tanya Kia yang tak mengerti maksud ucapan Tami.

"Iya Kia sayang, sebenarnya Om dan Tante dan juga kedua orang tuamu sudah menjodohkan kalian sejak kalian masih kecil. Kami sepakat untuk menikahkan kalian berdua saat kamu sudah lulus SMA nanti." Jawab Tami yang langsung membuat Kia terkejut.

"Apa! Menikah dengan Kak Aldo, saat lulus sekolah nanti???" Sahut Kia dengan wajah keterkejutannya, ia menatap wajah Tami dan juga Wiryawan secara bergantian.

Terpopuler

Comments

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞Arlingga✿꙳❂͜͡✯࿐

◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞Arlingga✿꙳❂͜͡✯࿐

mampir,,,

2023-06-06

0

@◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞ⒻͬⒺͧⒷᷤⒷͧⓎͪ🥑⃟🎻

@◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞ⒻͬⒺͧⒷᷤⒷͧⓎͪ🥑⃟🎻

awal baca udah mewek aja . kabar kepergian orang tua nya

2023-06-02

0

🍁𝐂liff❣️💋🅺🅴🅸🆂🅷🅰️👻ᴸᴷ

🍁𝐂liff❣️💋🅺🅴🅸🆂🅷🅰️👻ᴸᴷ

bru jg terkejut dgn kepergian ortunya ditmbh lg perjodohan

2023-06-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!