Hari pertama ku di SMP aku bertemu dengan sesosok yang menginspirasi, Lisda namanya. Walaupun dia sempat tinggal kelas, ternyata dia adalah seorang murid yang pintar. Namun, dengan kepintarannya tersebut dia tetap rendah hati dan tidak sombong. Hal itu membuat ku termotivasi untuk rajin belajar, walaupun aku pernah mendapat rangking satu di SD, tapi aku selalu merasa puas diri dan merasa diriku paling pintar. Sekarang aku sadar, sepintar apapun kita, pasti ada lagi yang lebih di atas kita.
Yah! Walaupun pertama kali masuk kelas hanya kenal Reyhan saja, namun sekarang aku mulai berinteraksi dengan teman-teman lainnya.
***
Tak terasa, sudah 1 bulan lebih aku bersekolah di SMP ini, bertemu dan berinteraksi dengan teman-teman lainnya sangat menyenangkan.
Aku berharap, semoga masuk SMP aku akan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan dalam hidupku, tak seperti saat SD, yang kebanyakan pengalaman tak menyenangkan. Semenjak kepergian Reski, aku sering dibully.
Bukan hanya dari teman-teman, bahkan guru-guru pun mengejekku. Karena aku memiliki kulit yang hitam, berbeda dengan teman-teman lainnya, aku memang jelek, tapi aku juga punya senjata sendiri. Yaitu kepintaran. Jadi, walaupun kita jelek, tapi mereka akan segan mengejek kita.
Kini, dengan suasana yang berbeda, aku berharap orang-orang di sini tidak memandang fisik dan membully ku.
"Halo Fandi! " Sapaku ramah kepada Fandi, teman satu kelasku yang tibanya pagi-pagi banget ke sekolah.
"Hai! Tumben pagi Rahma?" Katanya bertanya. "Ah.. Iya, soalnya hari ini aku piket. Mau membersihkan dulu sebelum masuk pelajaran kan! " Kataku sambil menyimpan tasku di bangku dan berlalu mengambil sapu ijuk.
"Owh... Iy, aku juga lagi piket loh hari ini! " Katanya lagi.
"Owh kalau begitu bagus dong, kita sama-sama ajah membersihkannya, nanti teman-teman yang lain bagian pelnya. " Kataku lalu segera menyapu.
"Okey, siap bos! " Katanya lalu berlalu mengambil sapu ijuk.
Heran deh! Biasanya kalau laki-laki tuh malu dan tidak mau membersihkan kalau paketnya. Lah! Ini berbeda. Memang sih! Dia tipe orang yang pintar, ramah dan baik hati. Bersyukur deh punya teman satu kelas kayak dia, nggk kayak Reyhan yang suka pergi nongkrong ajah sama komplotannya yang pemalas dan banyak alasan kalau saatnya mereka piket.
Entah kenapa, semenjak kami masuk SMP, Reyhan kelihatan berbeda, dia jarang berinteraksi dan mau bicara sama aku. Palingan kalau tanya tugas ajah.
"Rahma! " Panggil seseorang yang baru datang membuyarkan pikiranku tentang Reyhan.
"Iya" Jawabku spontan dan berbalik melihatnya didekat pintu, ternyata Lisda.
"Kenapa? " Tanyaku heran.
"Sini! Ada yang mauku tanyakanki" Kata lisda sambil memegang tanganku dan mengajakku keluar kelas.
"Kamu sudah beli buku gambar tidak?, soalnya kelupaan ka beli, padahal nanti toh ada pelajaran seni budaya, dan di suruhki bawa buku gambar. Bisa ki bantuka, temanika pergi beli! " Katanya sambil memohon.
"Bisa dong! Tunggu, aku beri tahu dulu Fandi. " Kataku sambil berlalu masuk kelas, kemudian menaruh sapu dan memberitahukan ke fandi bahwa aku mau pergi sebentar dulu. Soalnya nggk enak kalau langsung pergi, kasian juga lihat fandi menyapu sendirian di kelas.
***
Tak berapa lama, Rahma dan Lisdapun sudah sampai di toko untuk membeli buku gambar. Mereka naik motor karena jarak toko dari sekolah lumayan jauh.
"Lisda, aku tunggu di sini ajah yah! " Kataku sambil menunjuk jok motor yang aku naiki.
"Iye" Katanya lalu masuk ke dalam toko.
Sekarang, aku sudah mulai naik motor dan bahkan aku sudah memberanikan diri untuk membonceng, supaya kalau ada kondisi darurat seperti sekarang aku bisa berguna.
Setelah Lisda masuk, Rahma pun mengedarkan pandangannya ke arah jalan yang mulai dipadati oleh kendaraan bermotor dan juga mobil. Beberapa detik kemudian, dia menangkap sesosok yang begitu dia kenal, Reyhan.
"Re!....... " Suara Rahma tercekat ketika ingin memanggil Reyhan, karena melihat Reyhan sedang naik motor beriringan dengan seorang gadis yang sedang memakai seragam yang sama dengan yang dia pakai. Dia menyipitkan matanya mengingat-ingat siapa gadis itu.
"Reyhan sama siapa itu dih? " Kata Lisda yang tiba-tiba datang dari arah toko. Sontak membuat Rahma jadi kaget.
"Mana aku tau" Kata Rahma kemudian langsung menyalakan motornya.
"Ya udah yuk! Pergi, nanti keburu masuk lagi" Kata Rahma menatap Lisda yang masih dalam mode bertanya-tanya.
***
"Assalamu'alaikum...! " Kataku bersamaan dengan Lisda disertai dengan nafas yang memburu.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, kenapa bisa terlambat? Sini! " Kata bapak guru yang telah masuk mendahului kita beberapa menit lalu.
"Maaf Pak!, tdi kami dari beli buku gambar dulu pak" Kata Rahma sambil memperlihatkan buku gambar milik Lisda.
"Owh, duduk maki pale nak! " Katanya, lalu kami pun segera duduk. Tak berapa lama, ketua kelas pun langsung mempersiapkan kelas.
Ketua kelas kami ialah Iyan namanya, Laki-laki yang sering menyombongkan dirinya sebagai ketua kelas, tapi dia juga jago publik speaking dan aktif berorganisasi. Kayaknya dia sengaja memperlambat memersiapkan kelas, karena melihat kami yang terburu-buru dari arah luar kelas.
"Makasih yah Iyan! " Kata Rahma kepada Iyan setelah selesai mempersiapkan kelas.
"Iya" Jawab Iyan yang paham apa maksud Rahma.
Pelajaran pun dimulai, pada jam pertama ini pelajarannya adalah bahasa Indonesia dengan topik berbahasa. Guru meminta siswa untuk menjadi wartawan sehari. Guru menampilkan layar LCD di depan dengan tampilan gambar banjir. Siswa diminta berspekulasi menjadi wartawan di tengah kondisi banjir di salah satu desa.
Guru meminta salah satu kami untuk mencobanya.
"Ayo siapa yang mau mencoba untuk menjadi wartawan! " Katanya sambil mengedarkan pandangannya berharap ada yang mengacungkan tangan.
Seseorang yang berada dekatku dengan beraninya mengancungkan tangannya tanpa ragu, siapa lagi kalau bukan Lisda.
"Saya pak! " Katanya dengan bersemangat.
"Silahkan! "
"Kembali dengan laporan banjir di desa Pakkasalo, Kecamatan Sibulue, Kabupaten Bone, bersama dengan saya Lisdawati. Di sini saya sedang berada di tengah banjir dengan ketinggiann kurang lebih 1 meter. Banjir ini diduga karena air sungai yang meluap dan hujan yang terus-menerus turun. ....... Sekian, saya kembalikan ke studio! " Jelas Lisda dengan lancar.
"Prok.. Prok... Prok" Suara tepukan gemuruh diberikan kepada Lisda. Sungguh menakjubkan, dia mampu menyusun kata-kata dalam waktu singkat. The best deh!
"Mantap! " Kataku sambil mengacungkan jempol kepada Lisda yang segera duduk di sampingku.
Lisda hanya tersenyum tipis.
***
"Rahma! " Panggil seseorang.
"Hemmm... " Jawabku malas sambil menaruh kepalaku di atas bangku. Tanpa aku lihat, aku sudah tahu dari suaranya, itu pasti Lisda.
"Rahma! Pergi ke kantin yuk! " Tanyanya sambil berdiri bersiap pergi.
"Malas ah!, aku mau istirahat dulu, lagi pusing kepalaku! " Kataku sambil membenarkan posisiku dengan menangkup kan kedua lenganku ke atas bangku juga. Aku masih memikirkan gadis tadi, gadis yang beriringan saat naik motor bersama dengan Reyhan.
"Ih! Kenapa aku pikir sih! Biarin ajah kali, apa urusanku dengannya" Kataku dalam hati.
"Rahma! " Panggil seseorang lagi.
"Iya! " Kali ini aku bangun dari posisiku, dan menangkap seorang laki-laki yang tadi pagi aku lihat bersama seorang gadis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments