_5 tahun kemudian
"Bruk!... " "Aduh!... Sakit" Kataku sambil memegang kakiku yang lecet karena jatuh dari motor yang kunaiki.
Owh iya, sekarang aku udah masuk SMP kelas 1. Dan sekarang aku tengah belajar mengendarai motor di ajar oleh kakakku. Karena Sekolah SMP yang jaraknya lumayan jauh dari rumah, jadi mengharuskan aku untuk belajar mengendarai motor.
Sebenarnya ada kakakku yang bisa bonceng aku setiap hari, tapi karena sekarang mereka berencana untuk sekolah diluar, jadi aku tidak bisa berharap kepada mereka. Kakakku yang pertama sudah mulai kuliah, dan kakakku yang kedua mau bersekolah di sekolah perikanan. Jadi, nantinya di rumah cuman ada aku, adekku dan ibu. Mau tidak mau aku harus belajar mengendarai motor agar bisa bonceng ibu kalau mau ke pasar atau ke sekolah. Owh iya, ayahku bekerja di kapal penyeberangan di pelabuhan, jadi beliau jarang di rumah.
"Makannya, Hati-hati...ki kalau belajar ki naik motor pelan-pelan ki! Jangan mu injak rem kakinya terlalu keras! " Kata kakakku yang kedua, namanya Wahyuni, dengan logat khas Bugis nya.
"Iya.. Iyah! Ini kan juga lagi belajar... Satu atau dua kalikan belum bisa! " Kataku tidak mau kalah.
"Hemm.. Ye, pakkenirow pale! Cauna pagguruko pulang maki pale, pa labbuni essoe" (Hemm..yah! Sudah begitu dulu, aku lelah ajari kau naik motor, kita pulang dulu yuk! Karena hari sudah sore), Katanya dalam bahasa Bugis. Sedikit demi sedikit aku mulai memahami apa yang mereka katakan, yah! Walaupun aku sendiri kurang bisa menggunakan bahasa itu.
"Yuk! Udah capek juga nih! " Ucapku sambil membenarkan motor dibantu kakakku karena motornya tadi jatuh.
Kamipun pulang dengan kakakku yang membonceng ku, takutnya kalau aku yang bonceng malah jatuh lagi nanti, kan malu.
Saat sampai di rumah, Buru-buru aku masuk dan langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang penuh keringetan habis belajar naik motor tadi. Tiba-tiba kakakku yang lebih terburu-buru malah mengetok-ngetok kamar mandi dengan keras.
"Rahma, buka ki dulu weh! Kebelet ka! " Katanya dengan logat khas Bugis, sambil tetap mengetok pintu kamar mandi.
"Ish!... Aku kan baru masuk, tunggu dulu lah! " Kataku santai di dalam kamar mandi.
"Weeh... ! Kebelet ka ini nah! Ku dobrak ki tu nanti! " Katanya mengancam.
"Iya.. Iya, tunggu dulu! " Kataku sambil membuka pintu kamar mandi.
"Sabar napa! " Kataku sambil berlalu keluar. Lalu, diapun masuk.
Jangan heran kalau ke Sulawesi, Orang-orangnya memang begitu kalau berbahasa terdengar kasar, padahal bagi mereka itu sudah biasa. Tapi, bagaimana jadinya orang Jawa yang lembut tutur katanya bertemu dengan orang Bugis?, mungkin mereka akan berpikiran sama denganku, mau menangis 😭hehehe....karena dikira dimarahi terusss.
Beberapa menit kemudian, dia akhirnya keluar dan aku langsung masuk karena waktu sudah mau magrib.
Setelah mandi dan sholat, rasanya tubuh terasa segar.
"Rahma! Siniki dulu! " Panggil ibu dari dapur.
"Ye, kenapa bu! " Kataku sambil berjalan kearahnya.
"Pergi ki beli masako nah! Kurangi masako na ibu" Katanya sambil memberikan selembar uang.
"Iye" Kataku menjawab lalu pergi.
Sampai di warung, akupun membeli apa yang disuruhkan oleh ibu, dan langsung pergi menuju rumah. Tanpa melihat jumlah yang kubeli karena hari sudah malam, jalanan terasa gelap. Sedikit menakutkan kalau sampai larut malam pulang.
Di perjalanan hampir sampai di rumah, ada sesosok berbaju putih membawa sesuatu yang bercahaya dan menghalangiku untuk lewat. Jangan salah kira, itu bukanlah sesosok hantu, melainkan orang.
"Waah... Hh.... Hh" Katanya sambil menirukan suara hantu.
"Apa sih Rey! " Kataku yang tau bahwa itu Reyhan yang berusaha menakut-nakuti ku.
"Ck... Aih! Ndk serunya Rahma deh! Kalau begitu ko, Pura-pura ko takut" Katanya dengan muka ngambek.
"Aih! Aku takut! Nggk akan! Wle... " Kataku sambil berlalu melewatinya dan langsung masuk ke rumah. Sebelum masuk, aku melihatnya pergi entah mau ke mana, mungkin mau nongkrong sama teman-temannya. Maklum, sekarang udah jadi pemuda.
Owh iya, jarak rumah aku dengan rumah Reyhan hampir saling berhadapan, jadi dekat. Karena Reyhan merupakan sepupuku juga sih!. Rata-rata dikampung ini, semua warganya saling ada hubungan keluarga dengan yang lain.
"Ini bu!" Kataku sambil memberikan beberapa bungkus masako.
"Aih! Kenapa segini saja! Nah berapa ku kasikanko uang, 5 ribu! Kenapa ini saja? 1, 2, 3,...8. Astaga Rahma! 8 bungkus saja?, nah seharusnya itu 10. Ke mana i yang seribu? " Kata ibu setelah menghitung jumlah masako yang kubeli.
"Waduh!... Aku lupa cek belanjaan ku...heheh..!!! " Kataku sambil nyengir tanpa ada rasa bersalah.
"Lagipun cuman seribu bu... " Kataku memelas.
"Heeeeeh... " Ibu hanya buang nafas sambil geleng-geleng kepala. Aku yang tanpa merasa bersalah pun langsung pergi menonton TV.
"Au.. Di gelli" (Au... Di marahi) Kata kakakku Mengomopriku. Tapi, aku tak memedulikannya dan lebih fokus menonton TV.
Melihat aku yang tidak meresponnya, dia malah ambil remot dari tanganku dan mengganti channel TV kesukaanku.
"Ish.. Apaan sih Uni! Aku mau nonton! " Kataku sambil mau merebut remot itu dari tangannya tapi tak bisa.
"Ayu! Mau nonton apa ki dek?" Tanya kakakku kepada adekku.
"Upin ipin" Jawab adekku dengan riang. Adekku namanya Ayu, dia seorang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yang mempunyai keterbatasan intelektual, dia bisa berbicara tapi hanya tertentu dan terkadang tidak jelas apa yang dia ucapkan. Tapi, dia masih memahami perkataan kami. Anak seperti ini, kata ibu namanya penyandang tunagrahita yang memiliki muka yang hampir sama persis dengan penyandang tunagrahita lainnya atau biasa dikenal muka seribu.
"Heemmmm.... " Kataku menahan emosi, tapi nggk papalah berhubung aku juga sukanya kartun, heheh...
Yah, walaupun udah masuk SMP aku lebih sukanya kartun daripada film-film ftv atau sinetron yang drama banget. Mending lihat Naruto, haha... Kyak aku lihatnya lebih keren.
***
keesokan harinya
"Rahma bangun! " Kata ibu sambil menggoyang-goyangkan badanku dan berlalu pergi. Ibu mah seperti itu, pergi panggil nama terus kembali lagi ke dapur.
"Hemm..... Huah... " Kataku sambil mengucek mata. "Jamberapa sih? Masih pagi keknya" Kataku lalu kembali menutup mataku.
"Bruk" Suara bantal menimpaku.
"Ih.. Siapa sih? " Kataku kesal. "Weh! Bangun mako sudah jam 6 mi tu mbe" Kata kakakku yang telah melempari ku dengan bantal.
"Ish, masa? " Kataku yang masih setengah tidur. "Iya! Bangun mako! " Katanya lagi.
Akupun pergi ke kamar mandi untuk segera mandi, takutnya nanti terlambat. Soalnya, hari ini hari senin ada upacara lagi.
Setelah mandi, pakai seragam sekolah, dan sarapan, akupun bersiap untuk ke sekolah. Aku nebeng sama sepupuku Safitri, soalnya dia sekolah di SMP yang sama denganku, walaupun dia satu tingkat diatasku. Sebenarnya, aku bisa naik motor sendiri sih! Tapi karena berhubung aku baru belajar, masih atkut-takut, yah! Udah deh nebeng ajah dulu.
"Bu, aku pergi dulu! Assalamu'alaikum" Kataku sambil menyium tangan ibu dan langsung naik ke motor.
"Waalaikumsalam, Hati-hati! " Katanya menjawab.
Kami pun berangkat sambil diselingi candaan dan percakapan ringan di jalan yang terasa damai dan tentram, jalanan yang kami lewati ke sekolah terdapat sawah di kedua sisinya, ditambah ada sungai dan juga pegunungan yang indah menambah suasana pedesaan yang damai. Suasana yang masih pagi, membuat kita masih bisa menghirup udara embun yang menyegarkan. Tak terasa, kamipun sampai di sekolah.
Safitri pun langsung pergi ke kelasnya yang berada di depan, sedangkan kelasku berada di belakang.
Sampai di kelas, aku pun melihat ada seseorang yang sangat familiar duduk disalah satu bangku yang berada di kelas itu.
"Rahma! " Katanya memanggil.
"Hem... Iya! " Kataku sambil melangkah mendekatinya.
Kalian mungkin bisa tebak siapa dia, yap! Reyhan. Sekarang aku satu kelas dengannya lagi. Entah di SD selama 5 tahun aku satu kelas dengannya, dan sekarang pun juga di SMP aku satu kelas dengannya lagi.
Mungkin sudah takdir!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments