Bab 2. Bertemu dengannya lagi

Hari sudah menjelang sore, aku dan anak-anak lainnya memutuskan untuk mengakhiri permainan kami. "Dah..! " Kata salah satu dari mereka. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Akupun mulai melangkahkan kakiku untuk memasuki rumah. Saat di depan pintu, aku melihat suasana yang ramai penuh dengan kegembiraan. Banyak orang yang berkumpul, berbincang-bincang dan bercanda tawa.

Aku hanya masuk dan langsung menghampiri ibu yang sedang mengupas sawo matang, oleh-oleh dari kampung nenek. Beliau yang melihatku menghampirinya kemudian langsung menyuapiku dengan buah sawo tersebut. "Mmmm.... Manis! " Kataku memuji.

Di malam hari, setelah semua orang sudah pulang ke rumahnya masing-masing, ibuku pun memanggilku untuk makan malam sambil mengenalkanku kepada 3 saudariku yang lain. Ada kakakku yang paling tua, dengan umur 12 tahun, kemudian yang kedua 8 tahun, dan yang terakhir ada adekku dengan umur 4 tahun. Sedangkan aku yang ketiga, dengan umur 6 tahun.

Hari berganti hari, tak terasa sudah seminggu aku berada di desa ini. Desa yang masih asing untuk aku kenal, bagaimana tidak?, mulai dari bahasanya, tutur katanya, tradisinya, dan orang-orang nya agak berbeda jauh dengan orang-orang di kampung nenek. Ini bukan soal mereka yang tak ramah, bahkan mereka ramah sekali kepadaku. Namun, dengan gaya bahasa mereka yang kurang aku pahami sehingga aku jarang berinteraksi dengan mereka. Ketika aku disapa dengan khas bahasa mereka, aku yang tak paham maksudnya hanya senyum-senyum.

Kini, akupun sudah ingin dimasukkan ke sekolah lagi oleh ibu. Sekolah yang berbeda dengan kakak-kakakku, walaupun jaraknya saling berdekatan.

Pagi-pagi sekali aku sudah siap dengan seragam sekolahku yang baru. Aku berangkat bersama-sama dengan kakakku dan teman-temannya. Aku hanya dibonceng dengan sepeda. Rasanya, dulu ketika bersama nenek, hanya neneklah yang menemaniku berangkat sekolah sambil sesekali menggendongku ketika ada kubangan air. Beliau menggendongku karena tak ingin baju yang aku pakai kotor. Seketika aku mulai teringat kenangan bersama nenek lagi.

Ingin rasanya aku menangis ketika mengingat kenangan itu. Tapi, aku tahan, karena rasa bahagia, sekarang bisa berangkat bersama teman-teman sambil sesekali bercanda di tengah jalan. Aku hanya memahami sedikit dari perkataan mereka, karena mereka terkadang menggunakan bahasa Indonesia bercamput dengan bahasa Bugis.

Sejak bersama nenek dulu, aku terbiasa menggunakan bahasa Indonesia, jadi ketika bertemu dengan orang-orang berbahasa suku mereka, terutama bahasa Bugis, yah! Akan nggk ngerti deh! Jadi, ketika ingin berinteraksi denganku harus pakai bahasa Indonesia.

Setelah beberapa menit mengayunkan pedal sepeda, sampailah kami di sekolahku. Setelah menurunkan aku, kakakku dan teman-temannyapun pergi karena sekolah mereka cukup dekat dengan sekolahku. Untungnya, aku tidak sendiri di sekolah ini, karena masih ada sepupuku yang menemani karena berhubung ia juga bersekolah di sini. Namanya, Safitri, kelas 3 SD.

Aku pun diantar terlebih dahulu ke ruang guru olehnya. Sampai di ruang guru, aku pun dipersilahkan duduk sebentar hingga guru tersebut mengajakku untuk masuk kelas. Karena sebelumnya ibuku telah mengurus semua administrasi yang diperlukan, sehingga guru tersebut pun langsung mengajakku untuk masuk kelas.

Kami pun berjalan beriringan, dan sampailah di satu kelas dengan di pintunya bertuliskan angka 2. Sepupuku pun berpamitan untuk pergi ke kelasnya karena jam sudah menunjukkan untuk bel masuk hampir berbunyi.

"Assalamu'alaikum anak-anak...! " Ucap guru itu saat masuk kelas.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Ucap siswa serentak.

"Nah! Hari ini kita kedatangan murid baru, silahkan nak perkenalkan dirimu! " Pinta guru tersebut kepadaku yang tengah berdiri disampingnya.

"Perkenalkan nama saya Rahmadany, biasa dipanggil Rahma, umur saya 6 tahun. " Ucapku dengan wajah polos.

"Yah! Itulah perkenalan dari nak Rahma, Anak-anak sekalian silahkan saling berkenalan dengan Rahma nanti yah! Sekarang nak Rahma duduk di sana yah! Silahkan! " Ucapnya sambil menunjuk ke arah bangku yang masih kosong di belakang.

Aku pun langsung menuju ke bangku yang dimaksud dan duduk.

"Hai!... " Ucap seseorang didekatku. Aku hanya menunduk dan tidak melihatnya. Mungkin karena aku masih malu-malu.

"Hai... " Ucapnya sekali lagi. Akupun mulai melihat wajahnya. "Eh... Kamu? " Ucapku kaget, karena ternyata yang duduk di dekatku adalah anak laki-laki yang dulunya mengajakku bermain bersama.

"Iya, dulu kita belum sempat kenalan yah! Perkenalkan nama aku Reyhan. " Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.

"Iya, nama aku Rahmadany" Ucapku sambil tersenyum dan membalas uluran tangannya.

Tak begitu lama, siswa lain pun datang untuk memperkenalkan dirinya kepadaku. Rasanya, senang bisa sekolah lagi.

Di kelas tersebut, terdapat 12 orang dengan 4 perempuan dan 8 Laki-laki. Berbeda dengan jumlah siswa di kelasku dulu, yang jumlahnya 30-an. Di sini, sangat kurang jumlah siswanya karena merupakan desa dengan jumlah penduduk yang masih relatif sedikit dan apalagi harus terbagi karena masih ada sekolah lainnya yang dekat dengan sekolah ini.

Hari berganti hari, akupun mulai lebih mengenal lingkunganku yang baru, walaupun beradaptasi itu sulit bagi seorang anak SD kelas 2.

Kini, aku sudah memiliki teman. Selain Reyhan ada anak perempuan lain yang mau berteman denganku, namanya Reski. Dia memiliki kulit putih dan cantik, serta memiliki watak yang ceria. Namun, sayangnya banyak yang membully dia terutama anak perempuan lainnya di kelas. Karena dia kurang pintar dan mudah dibodohi, mungkin itulah yang membuatnya seperti itu. Walaupun begitu, dia tetap ceria selalu.

Jangan tanya aku mengapa tidak berteman dengan dua anak perempuan lain di kelas, tentu aku tau perbuatan mereka dan enggan berteman dengan mereka. Dua anak perempuan itu paling mendominasi kelas karena mereka pintar dan cantik, namanya Nur dan Linda. Tapi sayang, hal itu membuat mereka congkak dan memandang rendah orang lain.

Linda memiliki badan yang tinggi dan aku rasa dia sangat centil, dia sering memakai bando yang berbeda-beda . Linda itu hanya ikut-ikutan dengan Nur karena Nur yang pintar dan populer di sekolah.

Aku sih tidak peduli, yang penting aku sudah punya Reski, itu sudah cukup bagiku.

Aku hanya selalu bermain dengan Reski, hingga akhirnya saat naik kelas 3, dia berhenti begitu saja. Kesepian... Itulah yang kualami lagi.

Saat di kelas tidak ada lagi Reski yang bisa kuajak bicara dan becanda, aku hanya fokus pada pembelajaran.

Reyhan adalah satu-satunya yang terkadang mengajakku bicara dan bermain. Hingga dia terkadang mengajakku bermain bersama dengan teman-temannya. Jadi, aku mulai bermain dengan anak laki-laki dan lebih dekat dengannya.

Saat pulang sekolah pun aku bermain dengan Reyhan, seperti memancing di sungai, bermain panjat pohon, dan lain sebagainya dan kami tidak lupa untuk pergi mengaji juga di TK/TPA yang sama. Senang rasanya memiliki teman, yah! Walaupun dia seorang laki-laki.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!