Bab. 5 Pusing?

"Kenapa? " Tanyaku cuek.

"Mmmmmmmm.....!" Ucapnya sedikit ragu-ragu.

" Kenapa sih?..." Kataku sambil menaruh kepalaku di atas bangku kembali.

"Kamu sakit?" Tanyanya kemudian.

"Nggk! Cuman pusing sedikit ajah kok" Kataku sambil tetap seperti posisi tadi.

Bel jam pelajaran terakhir pun berbunyi, menandakan semuanya harus masuk kembali ke kelas. Membuat Reyhan memilih kembali ke bangkunya karena Lisda pun sudah datang dari kantin.

Jam pelajaran sekarang adalah IPA, kami disuruh ke lab. Dengan langkah yang lemah, aku pun berusaha berjalan ke arah lab. Entah kenapa, Tiba-tiba aku merasakan pusing dikepala dan mataku terasa perih.

Hari ini, kami belajar menggunakan mikroskop dengan terlebih dahulu dibagi kelompok oleh pak guru. Aku sekelompok dengan Iyan, Lisda, Ifa dan juga....Reyhan. Sekelompok dengan Reyhan, buat aku ragu, dia akan serius atau cuman main-main doang nggk yah!, soalnya aku jarang lihat dia serius, walaupun sih! waktu SD dia pernah dapat rangking 3.

Kami mengamati bakteri yang berada pada daun Adam Hawa. Tanaman Adam Hawa adalah jenis tanaman yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat sebagai tanaman hias, ia memiliki ciri-ciri hijau di depan, namun berwarna ungu di belakangnya.

Aku baru tahu, bahwa pada daun pun ada bakterinya, itulah mengapa jika terkena getah daun Adam Hawa, maka akan terasa gatal.

"Rahma, kalau sakit ko, duduk mako saja. " Kata Reyhan sambil melakukan aktifitas mengamati Miksroskop.

"Kelihatan mulai serius nih anak" Kataku dalam hati.

"Kamu sakit Rahma? " Kata Iyan, yang tiba-tiba membolak balikkan telapak tangannya didahiku.

Reyhan yang melihat itu seketika membulatkan matanya dan menatap tajam kepada Iyan.

"Ish... Apaan sih! Iyan. Aku nggk papa kok" Kataku sambil menyingkirkan tangan Iyan di dahiku.

"Kamu agak sedikit panas, mending istirahat ajah! " Kata Iyan dengan nada khawatir.

"Nggk kok, aku masih bisa tahan. " Kataku sambil membersihkan tabung.

"Yah sudah! Sambil duduk ma ki saja Rahma, supaya tidak kecapean ki. " Kata Lisda sambil membawaku pergi duduk di samping Reyhan. Aku hanya mengangguk dan duduk, mungkin karena aku juga merasa lemas, yah! Mungkin memang benar aku duduk ajah deh.

Reyhan hanya fokus mengamati mikroskop didepannya. Sedang, Iyan tengah membantu Reyhan mencatat pengamatan, sedang teman-teman lainnya melakukan aktifitas lainnya yang diperlukan. Aku hanya duduk dan melihat saja. Mau bagaimana lagi, kalau berdiri sebentar ajah, malah di suruh duduk lagi sama Lisda, mungkin takut aku kenapa-napa.

Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa bel pulang pun berbunyi, kamipun kembali ke kelas dan bersiap untuk pulang.

***

"Heeeeeh.... Rasanya pusing sekali. " Kataku sambil menjatuhkan tubuhku keranjang. Kini, aku sudah pulang dari sekolah dan berada di rumah. Mataku terasa nyeri dan penglihatanku terasa kabur, apa yang terjadi padaku?....

Aku mencoba berpikiran positif, "mungkin hanya demam biasa, makan obat dan istirahat mungkin akan kembali sehat nanti... " Kataku sambil bangun dan berganti pakaian.

"Rahma! Pergi ki makan nak! " Panggil ibu dari arah dapur.

"Iye, sebentar bu, aku lagi ganti baju dulu. " Kataku dari dalam kamar.

Sekarang, kakak-kakakku sudah pergi, yang satu kuliah di Pangkep dan satunya lagi sekolah di perikanan di Wetuo. Rasanya sepi, hanya aku, adekku dan ibu saja di rumah, kalau ayah jarang pulang.

Walau ayah selalu mengirimi kami uang, tapi ibu tetap menggarap sawahnya sendiri untuk mencukupi kami hidup dan juga menyalurkan hobinya yang suka bercocok tanam. Walau beliau adalah wanita, tapi tak menyurutkan semangatnya untuk menggarap sawah yang terbilang sulit dan pekerjaan yang dikira hanya bisa dikerjakan oleh laki-laki, tapi mampu dikerjakan oleh beliau sebagai seorang wanita.

Akupun juga sering membantu beliau untuk pergi ke sawah, karena kalau beliau sendirian dia tidak sanggup apalagi beliau suka sakit-sakitan. Bukan pekerjaan yang mudah menggarap sawah, butuh tenaga dan pikiran. Tenaga untuk mulai menanam, memanennya dan juga butuh pikiran untuk dirancang kapan waktu bagus untuk mulai tanam, memupuk, dan juga memanennya, bukan sembarang hal itu bisa dilakukan.

Terkadang, aku menangis, karena merasa ini semua berat bagiku. Tapi, aku selalu berpikir bagaimana dengan ibu. Ibu rela melakukan ini demi kami, hingga kakak-kakakku pun bisa kuliah dan sekolah di luar. Hal itulah yang mendorongku untuk bersemangat lagi, disamping aku membantu ibu aku tetap bisa bersekolah.

"Rahma! Jam berapa mi nak? " Tanya ibu yang sedang sibuk di dapur.

"Mmmm...mmmmmm....... " Aku menyipitkan mataku karena merasa penglihatanku kabur.

Ibu yang sedang menunggu jawabanku melihatku dari arah dapur.

"Mmm...... Jam 12 lewat bu" Kataku setelah beberapa saat lalu menghampirinya.

"Ndk papa jih ko Rahma? " Tanyanya padaku.

***

Keesokan harinya, aku tidak ke sekolah karena sakit, aku hanya menulis surat sakit dan memberikannya kepada Reyhan.

Hari ini, rencananya aku mau di bawa ayah ke suatu tempat setelah ibu menelponnya kemarin. Entah ke mana... Aku hanya merasa pusing.

***

Hari ini aku datang ke sekolah dengan menggunakan sesuatu yang menjadikan aku berbeda seperti sebelumnya, setelah kemarin beristirahat dan setelah ayah membawaku ke suatu tempat yang membuatku lebih mendingan.

"Rahma!.... Kau Rahma? " Kata Lisda yang berada di depan pintu kelas.

"Iye, aku Rahma! " Kataku dengan tersenyum tipis.

"Mmmm... Pakai kacamata ko? " Tanyanya heran melihatku menggunakan kacamata.

"Iye, sekarang aku pakai kacamata. Ternyata kemarin aku pusing dan setelah di cek, mataku tuh mines. Jadi, aku dibelikan kacamata sama ayah. " Terangku sambil memegang gagang kacamata.

Setelah pakai kacamata, penglihatanku sedikit membaik dan aku sudah tidak pusing lagi, karena kemarin ayah membelikanku obat juga. Kemarin, aku kira aku mau di bawa ke mana, nggk taunya ternyata ke toko Optik.

Yah! Sekarang aku harus mulai membiasakan untuk memakai kacamata, agar penglihatanku jelas. Itulah kenapa akhir-akhir ini aku pusing dan penglihatanku kabur. Melihat papan tulis saja aku sulit.

Rahma pun masuk ke dalam kelas, terdengar bisik-bisik dari arah perkumpulan siswi-siswi, "Aih! Itu Rahma eh, sudah mi jelek tambah harus pakai kacamata lagi, tambah mi jelek na... Hahaha....cupu..! " Katanya berbisik kepada temannya, tapi Rahma masih dapat mendengarnya.

Rahma hanya menunduk dan lebih fokus ke arah tempat duduknya yang tak jauh dari perkumpulan itu.

"Rahma, cantik ko mbe...! " Ucapnya dengan nada mengejek, dia Lisa teman satu kelas Rahma yang terkenal cantik dan juga pintar.

"Beneran ka ini, cantik ko mbe! Berapa harganya kacamatamu?," Katanya lagi.

"Makasih, aku tidak tau berapa harganya. " Ucapku jutek kepadanya. Aku tau dia hanya mau mengejek ku saja.

"Rahma! Kamu mines? " Tanya seseorang yang tengah membawa buku paket dan memberikannya padaku.

***next

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!