DI ANTAR DIA

"Tunggu!" teriak seorang wanita, membuat Luna membuka pintu mobil dan turun.

Luna menatap Sean. Ia bicara apa yang ia inginkan.

"Ada apa Sean, aku harus cepat pergi."

Plaak! tamparan Sean, ke wajah Luna.

Sean pun menampar Luna dan meminta dia untuk tidak egois padanya.

"Kenapa kamu tampar aku Sean?" ujar Luna.

"Bukankah kamu sudah seharusnya menandatangani surat perpisahan. Kenapa kamu masih membuat Triis bimbang?"

"Aku. Haah, kamu bicara seolah aku yang merebut suamimu Sean. Kamu salah sangka, Triis pasti akan gelap hidup bersamamu. Kalau begitu aku pamit, susah jika aku harus membuang waktu pada wanita yang tak tau diri." cercah Luna dan masuk ke dalam mobil.

Sean memicik sebal. Ia memikirkan segala cara agar Luna selalu gagal dalam project. Ia menginginkan Luna sengsara dan tak lagi mendapat perhatiaan dari Triis.

"Lihat saja nanti kamu Luna. Kamu akan menyesal berhadapan denganku." ancam Sean.

Dan hari itu pun pekerjaan Luna selesai, Luna meminta teman temannya pulang lebih dulu. Karena ia akan ke rumah orangtua Triis, di sana kedua anak Luna sedang di rawat intensif. Jika bukan karena kedua anaknya, ia tidak mungkin singgah ke rumah besar mama Maya yang memang kini Luna, berada di singapore.

"Lun, mau aku temani gak? tar ketemu cewek iblis berabe lagi kaya tadi." ujar Feni.

"Gpp, kalian lebih dulu aja pulang ya!" pamit Luna dan berlalu.

Debaran jantung, Luna sebenarnya malas jika ia harus bertemu Triis, suami yang kini dalam proses sidang cerai.

***

Makan Malam Keluarga. Luna menatap sempurna ketika Triis tiba seorang diri.

"Luna. Kamu sedang baik baik saja kan?" sapa mama Mertua.

Namun Luna tersenyum baik - baik saja. Ia membisikan sesuatu kepada Triis untuk bersikap seperti biasa. Sehingga membuat tertawa suasana karena pasangan yang selalu berbisik bisik di hadapan mertua.

Disana juga ada adik ipar Luna, yakni Erico berbisik pada Triis. Seolah membuat banyak mata penuh tanya.

"Apa yang terjadi pada kakak dan Luna?"

"Sst. Diamlah dik, kau jangan banyak bicara!" titah Triis.

"Hati hati jika kakak membuat kesalahan kecil. Karma akan membalas secara halus dan sangat cantik, wanita sekarang amat pintar. Dan alam akan membawa kebaikan pada yang benar."

Triis menggelengkan kepala menatap istri dan mantan terindahnya. Sehingga Erico terbatuk batuk kecil karena sang kakak menatap tak biasa.

Dan tiba saat makan malam, tiba mama Maya dan papa Steva memberikan tiket hotel untuk bermalam.

Tapi Luna menolak jika malam ini lelah, dan tiket hotel diberikan pada Erico dan Keiy, selayak adik iparnya. Ia banyak tugas padat dan ingin tidur dengan kedua anaknya malam ini, lalu esok ia akan kembali sibuk kerja.

Alhasil semua hanya menggeleng kepala. Jika itu orang lain mungkin akan dicegahnya, tapi ia menantu dari kedua cucunya juga, cucu pertama di generasi papa Steva.

"Baiklah. Terserah kalian saja, kalau begitu ayo kita lanjutkan makan bersama!" ucap Papa mertua Luna.

Luna hanya menelan saliva ketika makan dan berfikir banyak. Ia menarik nafas agar terlihat tenang untuk kedua mertuanya tak curiga apa yang ia alami. Ia hanya meminta Sean untuk tidak datang karena ada kedua anaknya. Hal itupun ia janjikan untuk menandatangani berkas perpisahan tanpa Triis tau.

Semua menatap Luna memandang terutama Triis. Ia menatap wanita yang ia sayangi. Ia masih istri sahnya. Hanya saja konflik mereka masih tersembunyi rapat dari keluarganya.

Triis mengusap lengan Luna mengalihkan agar Luna terbiasa, dan tidak canggung. Tapi Luna memang sedikit ragu karena perselisihan batinnya hanya mereka yang tau. Bahkan saat Luna pergi dengan kedua anak anaknya, mertuanya tahu mereka sedang libur pribadi saja tanpa Triis! Padahal saat ini Luna ingin bercerai tapi tersendat karena Triis.

Luna hanya malu. Ingin ia segera pamit, di meja keluarga ini, akan tetapi Triis memintanya untuk diam.

"Mas. Apa hak kamu menahanku. Aku sudah mual dengan semua ini." bisik Luna.

"Diamlah sebentar sayang." pinta Triis membuat Luna geli.

"Mungkin masa manis - manis kamu bersama Sean, sangat manis sebelum saya bertemu dengannya, Tapi bisa dipastikan masa depannya tidak semanis dengan Masa bersama dengan aku kan mas! lepas, atau aku bicara tentang kita yang sedang dalam proses perceraian." bisik Luna menatap Triis, untuk melepas tangan Triis yang melingkar di pinggangnya.

Dan makan malam pun berakhir, Luna segera pamit menjenguk kedua anaknya dikamar, yang disana sudah ada selang infus ditangannya. Tapi Luna tak tahu, jika Triis mengekor masih membicarakan tidak ingin berpisah.

"Sayang maafin aku ya. Aku sebenarnya tidak bermaksud soal aku dengan .. Sean ..."

"Cukup Mas. Aku harus pergi, tak perlu dibahas, aku sudah melupakannya!"

"Benarkah. Apa kamu akan meninggalkan kedua anak anak kita yang sedang tidur?"

"Lalu mau kamu apa Mas. Kita tak mungkin tidur satu kamar. Kita tau apa yang terjadi bukan?"

Triis terdiam. Ia bingung untuk mengatakan jika ia bersama Sean karena tanggung jawab dan nilai perusahaan agar tidak koleps. Tapi ia tak sampai hati untuk menjelaskannya pada Luna.

Triis langsung padam amarah, dan Luna terselamat ketika ia melepas pelukan dan menghentikannya karena seseorang mengetuk pintu.

Bunda. Bunda kok enggak ke kamar Reina sih? Aksi itu membuat Luna berlinang gembira. Ia rindu akan pelukan hangat sang anak.

"Sayang. Apa kamu tidak akan memeluk ku sebelum ke kamar kedua anak kita?" goda Triis di depan kedua anak anaknya.

"Mas. Pergilah, Sean pasti menunggumu!"

Perkataan Luna membuat Triis menyayat hatinya. Lalu ia memeluk Luna dari balik punggung. Luna tak bisa mengelak karena kedua anak anaknya melihat kedua orangtuanya yang akur dan menampakan senyum manis. Ketika membuka pintu kamar, yang disana Luna belum menggapai gagang pintu.

"Bunda. Ayah ayo. Kita ke kamar, temani kami tidur ya!"

Triis dan Luna segera mengekor kedua anaknya. Luna mengambil buku dongeng. Triis mengajak Rein gosok gigi dan mereka menyapa bercerita selayaknya sesama pria.

Triis tak menyangka jika kedua anak anaknya sangatlah pandai dalam suatu hal. Ia menyebut jika Rein sangat genius di usia pertumbuhannya.

Rein dan Reina memintanya untuk memeluk. Luna tak bisa mengelak. Ia tau Triis mengambil kesempatan bermain bersama kedua anaknya karena sepi.

Hingga Luna berbaring di samping kedua anaknya kala itu. Mereka tidur pulas setelah berakhir dongeng dibacakan. Luna segera bergegas dan mengambil tasnya.

"Jangan pergi Sayang!"

"Mas. Kamu harus sadar aku sekarang telah seperti ini karena kamu. Tolong jangan bebani aku melebihi kesedihan mendalam Mas. Aku bingung, aku ingin bertahan tapi aku yakin dirimu sudah bahagia dengan pilihan ini bukan? Jadi biarkan aku bahagia dengan caraku sendiri, jangan lagi mencegah aku pergi, segera tanda tangani yang di minta pengacara. Kita sudah sepakat bukan, semuanya secara baik baik." jelas Luna, yang akan pulang.

Triis kembali menahan Luna. Lalu ia membelai rambut Luna kala itu.

"Setidaknya malam ini mas antar kamu pulang. Kamu bisa jenguk anak anak kita esok siang sayang!"

"Baiklah, antar aku sampai depan kostan aja."

Luna mengangguk. Ia masih dibuat bingung akan sikap Triis padanya yang berubah mood.

Tak lama di persimpangan. Triis berhenti dan menatap Luna dengan goresan luka di pipi.

Hal itu membuat Triis mengaggetkan Luna yang ingin memejamkan matanya.

"Striiiittth." Rem mendadak.

"Mas Triis. Ada apa?" tanya Luna.

TBC

Terpopuler

Comments

Mery

Mery

duh nama sean kok kurang ajar rata ya.

2022-11-20

0

sitha arya

sitha arya

sean kurang ajar ya

2022-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!