DIAM DIAM MELIHAT

Beberapa saat, terlihat dengan jelas suara pria memanggil. Sekilas Feni melirik bicara membuat Luna dan Farah memicik bibir geli.

"Fen. Udah kita merapat ke tiga cowok lemes. Jangan goda Luna, ada tamu surgawi doi."

"Tapi Far. Lo harus tau, pria itu bener bener..."

"Iye. Gue tau, mangkanya gue harus ngehindarin elo dari dia. Supaya dia ga gatel gatel deket lo Feni!" bisik Farah.

Feni pun merundung kala itu. Pasalnya ia kesal karena dianggap kuman oleh Farah. Padahal ia masih ingin berlama lama melihat ustad muda tadi.

"Gue ngiri ama lo Luna. Kalau gue jadi elo, gue tanda tangani deh berkas Triis. Pisah sama Pria eropa, nyangkut sama Pria jiran. Beuuh Luna Luna nasibmu soal pria ga diragukan. Tapi kisahmu yang perlu di ragukan. Heheee." cetus Feni membuat Farah tepuk jidat.

Tak Lama Feni terdiam ketika Farah menoel sikut tangannya. Karena saat itu Triis dan Sean istri kedua dari suami Luna berada tepat dibelakangnya. Sehingga mereka cengar cengir pergi pamit begitu saja meninggalkan Luna, yang saling bertatapan dengan Yus Muda. Setelah teman Luna pergi, Luna duduk di taman, dan Ustad Yus Muda pun, dia berdiri tak jauh dari Luna yang duduk menunduk.

"Luna apa kabar?"

"Baik. Tapi saya jadi canggung, apa yang harus saya jawab ketika di tempat ramai. Tidakah ustad muda Yus malu berbicara pada wanita seperti saya. Saya takut mempermalukan nama ustad karena mengobrol seperti ini."

"Panggil nama saja. Ini bukan pondok Luna, aku mengenal kamu sejak kecil. Bisa kita bicara di dalam mobil?"

"Mobil. Tapi itu berlebihan Ustad muda Yus. Eeekhm Kak, aduh maksud saya Yus muda."

"Didalam ada ukhti dan akhwan. Tidak berduaan. Saya hanya ingin menyampaikan wasiat perihal kotak yang harus kamu tau."

"Jika aku ga mau. Bagaimana?"

"Itu hak Luna. Tapi jika saya tak melihatnya akan menyesal. Karena saya baru tau dari Ummi itu dari Ibumu Luna."

Luna menatap tajam. Bibirnya seolah beku, sudah lama ia merindukan tulisan ibunda. Sejak lama ia tinggal bersama sang ayah. Ia menjemput ibunya dari kota jauh. Selalu lewat tulisan adalah obat rindu Luna. Tapi tak menyangka kecelakaan di perjalanan membuat ibu Luna sakit dan tewas setelah di larikan ke rumah sakit.

"Ka Yus. Aku akan ikut." lirih Luna mengekor kedalam mobil putih.

Sementara Farah dan Feni tak jauh. Mereka menunggu hingga setengah jam lebih. Tak lama pesan pada mereka, untuk tak menunggunya. Jika Luna akan pulang ke malang saat ini.

"Yaah. Luna baru louncing aja udah sibuk. Gimana bentar lagi bakal acara shot?" tanya Feni pada Farah menatap Luna pamit. Alhasil mereka pulang tanpa Luna.

Triis dari jarak jauh, ia hanya merenggut wajah. Meski ia mengangguk tapi hatinya masih terkunci nama Luna. Bahkan gelora semangat bersama Sean tak semanis bersama Luna. Ia masih memikirkan Luna yang masuk ke mobil Yus anak pemilik tertua di pondok malang. Perceraiannya pun sudah akan selesai, jika Triis benar benar melepas Luna karena ia tak mau Luna semakin sakit hati bersamanya.

Beberapa jam Luna telah sampai dirumah. Ia pulang dan mengucapkan terimakasih pada Ka Yus. Luna bergegas masuk dengan sebuah kotak yang ingin baca dan ia lihat.

"Saya pamit dulu Luna! bacalah surat itu, semoga harimu semakin baik dan indah. Jangan lupa mendoakan mendiang orangtua, sesungguhnya mereka pasti senang melihat mu selalu tersenyum."

Luna hanya diam membeku, tak sangka dirinya akan dekat dengan pria surgawi. Keterlibatan mereka bukan hanya project, melainkan masa lalu yang baru disadari oleh keluarganya dulu.

***

Berbeda di satu tempat. Sean masih meminta Triis untuk bejanji.

"Mas. Aku gak mau. Kamu jangan pergi mencari istrimu yang akan jadi mantan ya Tetaplah bersamaku Mas!"

Sean melingkarkan kedua tangannya di pinggang Triis yang sedang melangkah.

Hal itu membuat semua mata tertuju padanya. Ia mencoba melepas, tapi genggaman Sean benar benar membuat ia bingung dan sulit karena tangannya terlalu keras dan sesak. Jika saja dia pria mungkin sudah ia perlakukan kasar dengan melepasnya.

"Cukup Sean. Menjauhlah, aku hanya pergi sebentar ke toko cake sweet."

"Baiklah. Mas hati hati ya."

Triis mendeheum Ya. Sean merasa sedih. Ia melepas eratan kedua tangannya yang melingkar kala itu. Ia meluapkan emosinya didalam hati, ia akan membuat perhitungan pada Luna untuk terus menjauh dari suaminya.

"Luna. Aku ga akan biarkan kamu bahagia bersama Triis, aku pasti membuat kalian menjauh semakin jauh." Ancamnya.

Esok Harinya :

Di sebuah kantor E'Film.

"Yeiiy. Ngapain sih di sini? Tau gak, si mas mu itu nyariin dari ujung toilet kantin sampe ujung toilet rumahmu. Tembus lagi?" tanya Rein.

"Lo kenapa Luna. Apa si mbak itu buat kamu nangis lagi ya?" tambah Misel. Gaya mengangkat kolor yang sedikit kedodoran dan menepuk kancing kemeja karena baru saja kejatuhan eeuk burung.

"Jorok lo Mis. Pake di cium lagi tuh kotoran, cuci tangan sana Eeeikh. Jorjiii banget, udah muka buluk kelakuan jorji lagi!" lirih Rein.

"Udah kalian bertiga jangan debat aja. Aku gak kenapa napa kok. Tadi lagi melamun aja, syok kalau kemarin sebenarnya ..?" Luna terdiam menatap tiga temannya ketika ia melihat seseorang.

"Hahaha. Kalian aku prank, aku tipu kalian. Soryy Ya!" Hal itu membuat Luna di kejar oleh Misel karena membuat lelucon.

Triis tak jauh menatap Luna. Lalu mengatakan Kekhawatirannya. Triis pasalnya menceraikan Luna, tapi hatinya selalu diam diam melihat Luna di kantornya, karena bayang kerinduan yang dibatasi dinding. Melihat Luna yang mengejar karier, selalu tersenyum membuat Triis terharu.

"Kemana saja tadi kamu Luna?"

'Harus kamu tau. Aku disini sama tak berubah. Maafin mas Luna.' gumam Triis, dibalik jendela.

Tak lama aksi Triis yang bersuara terdengar oleh Farah dan Feni, yang kala itu melintas di ruangan belakang, seolah ingin menghampiri Luna.

"Yeeeeilah. Pake Say - Yank Segala. Bala bala deh. Kagak liat apa kita ngejedog di sini dari tadi." ketus Farah.

"HooooH. Berasa gue tokek nempel di dinding liatin sejoli kungkung curhat mesra gitu. Yang satu habis nangis, yang satu tiba aja ngoceh sendiri. Kagak sekalian mereka berdua langsung menyapa. Jangan diem diem aja." tambah Feni.

Triis menyadari teman Luna memperhatikannya, ia langsung pergi. Ia masuk dan berlalu kedalam mobil meninggalkan di mana Luna tak sadar. Sementara Farah dan Feni dibuat kebingungan.

"Luna. Sekarang kita meeting. Tuan Albert ngabarin nih, katanya kamu di suruh menandatangani ke pemuda Yus abidin. Terus kamu pergi bareng Omesh artis hollywood yang berpura pura manager EFILM." teriak Feni, sengaja membuat mantan suami Triis terdengar kalau bisa.

"Sasst. Feni jangan keras keras. Malu kalau orang denger!"

Farah dan Feni semakin terkeukeuh tawa melihat ekspresi Luna yang takut. Bimbang bercampur sedih.

"Ok, aku ambil tas dulu ya!"

TBC.

Terpopuler

Comments

Maria Ozawa

Maria Ozawa

setuju ama yus aja aku mah. dari pada triis si burung celup celup mulu

2022-11-20

0

mbak comel

mbak comel

luna ga otak pendiriannya berat anaknya muli deh ah

2022-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!