PRIA TANPA CELA

"Hah. Serius tuh, gue ga salah dengerkan pak soto bin sotoy manggil nama itu. Itu beneran nama pria alim yang pernah kita temui di cafe tebing kan?" bisik Kean pada Misel.

"Diem lo. Gw juga syok nih, ternyata orang yang kita bully adalah eeeng.. iiiing... eeeungg ..." Misel memutar kepala dan meliuk mata sehingga Rein memukulnya.

"Diem napa. Pala lu ngehalangin gua!"

Dan perdebatan Tiga teman Luna, yang gajelas itu membuat tamu lain menatap untuk mereka diam.

"Sssst ... heeeh kalian berisik!" seseorang menunjuk jari. Kremi pun terdiam menunduk.

Para klien dan tamu melirik ketika seorang pria berpakaian batik dan berjalan dengan gaya cool, gagah dengan satu tangan membawa bucket di satu tangannya. Farah dan Feni hanya mengatur nafas berat, pasalnya ia tak percaya sosok pria alim yang notabane teman kecil Luna. Luna pun hanya tercengang tak berkata, mengapa ia baru tau jika ustad muda Yus memiliki bidang yang jauh darinya, bahkan ia masih malu akan kejadian dirinya pernah di sembunyikan.

"Ustad muda Yus. Benar andai aku tak jatuh hati pada suamiku. Mungkin aku akan memilih pria rupawan yang seimbang dunia dan akhirat. Tapi memiliki suami seperti Triis saja aku sudah banyak makan hati. Apalagi bermimpi menjadi seseorang yang penting di hati ustad muda Yus." lirih Luna.

Namun Luna menyadarkan perkataan nya itu. Ustad muda Yus adalah pria sejuta kaum hawa yang menginginkan menjadi pendampingnya. Tapi tidak dengan Luna.

Satu sisi Omesh terlihat kesal. Ia menatap dengan wajah serius untuk membuat siasat.

Tak jauh Triis yang hadir pun menyambut seluruh tamu setelah ustad muda memberikan wejangan kepada semua yang hadir dan terakhir memberikan ucapan selamat pada Luna. Seluruh tamu menepuk tangan akan meriahnya acara itu.

Hingga acara berakhir pun. Moment indah diabadikan oleh tiga teman Luna. Setelah selesai Luna pamit pada Triis.

Luna menghindar karena kala itu Triis ingin menghampiri. Tetapi Sean telah mendekat. Sehingga ia membelok arah langkah untuk ke toilet. Sementara Misel bersama Farah membicarakan hal penting. Feni tak jauh duduk di sofa menatap kamera hasil rekaman yang luar biasa ia abadikan.

 

"Eekh. Lo dan elo tau gak, Mas Harrypotter ga pake kacamata selera wajah gue banget. Tapi pas tadi ada Ustad muda ya ampuuun kalah cetar ciiin. Elo tau kegantengan paripurna itu sih level sepuluh. Asal lo tau ya. Dulu pas nyokap gue mo lahiran gue tag tuh biar muka dan gaya kekar body okenya kaya itu. Tapi ..." tutur Rein. Ia membuat wajah sedih.

"Nahas wajah lo mirip uwa di ragunan kan?"balas Kean.

"Gitu amat sih. Gini gini juga gue di cetak asli bukan pake adonan tepung. Heuuukh kesel deh eeeiy!" lirih Rein.

"Elo udah tag. Sayangya pas lo lahir ketiban adonan semen, kagak pakem. Salah tempat nyokap lo lahirin elo Rein." ketus Misel.

Perdebatan enggak banget membuat mereka bertiga tak saling mengalah. Tiba saja seseorang menepuk jentik jari menyadarkan kewajah ke tiga pria jadi jadian itu, mencari Luna.

"Kalian liat Luna gak?" tanya Triis.

Terlihat Triis menatap ponsel. Ia menerima pesan dan terlihat penting dari raut wajahnya.

"Emang tadi Luna pergi kemana?" tanya Misel.

"Toilet lagi dia, cuma tadi dia liat pesan ampe muram gitu sih wajahnya." timpal Kean.

"Lah. Ke toilet napa nyarinya ke kita, emang kita ****** apa?" bisik Rein. Terdengar oleh Triis.

"Gue dah coba cari. Tapi kata orang disana ga ada, Gue kira Luna sama lo pade. Mending kalian cari wanita gue. Klo ga ketemu berkas kalian gue tolak, inget rahasia kalau lo kerja sama gue untu kirim laporan kegiatan Luna. Jagain dia sampe gue selesai urusan!" jelas Triis, datang bagai ancaman.

Triis pun meninggalkan dan menghubungi seseorang. Tak lama tiga pria teman Luna, menatap sebal dan saling melirik pasrah.

"Eeiy. Mas Casanova yang naik level beneran. Teganya ngancem kita deh." lirih Kean.

Mereka pun langsung berpencar mencari keberadaan Luna.

Namun seorang wanita berlari melangkah memeluk punggung Triis yang sedang sibuk menerima ponsel. Hal itu membuat mata Kremi sakit karena wanita bernama Sean itu benar benar membuat mereka ingin meninju.

"Coba klo dia cowo. Udah gue bogem demi Luna tau gak." ketus Misel.

"Emang lo berani Mis?" tanya Rein.

"Tergantung kondisi juga sih. Udah deh, yuuk kita cari Luna. Liat Feni sama Farah di sono. Kali aja Luna ada nyelip di sampingnya!"

"Iyes. Jadi Luna beruntung kenapa juga sih dia ga terima pisah aja. Dari pada dia sakit hati terus. Ada omesh artis hollywood, ada ustad muda beuuh jauh dari kelakuan Triis pastinya. Iye gak?" Lirik Rein.

"Gak semudah itu juga kali cacing cawuu." balas Misel yang meraup wajah Rein.

"Cieuuuh. Tangan lo bau cumi nyuuks. Parah lo mah Mis." Rein berlari menjauh dari Misel. Sementara Misel hanya terkekeh tawa kala itu.

Triis terkesiap dan diam memegang erat tangan itu, tapi ia tertegun ketika di hadapannya, Triis melihat Luna yang menatapnya dengan wajah sendu. Namun ia sadar dipeluk oleh Sean dari balik punggung.

'Maafin Mas Luna. Mas harus menyakitimu terang terangan.' batin Triis menatap Luna.

"Seperti inikah caramu mencintaiku Mas. Jelas terlihat kamu tidak bahagia bersama Sean. Tapi mengapa kamu tak jujur padaku. Apa kamu tidak percaya jika aku menerima darah dagingmu bersama Sean. Tinggalkan dia Mas, apa karena aku tak bisa memberikanmu keturunan lagi setelah sikembar. Kamu sengaja memintaku untuk meninggalkan kisah kita?" benak Luna membalikan punggung. Ia mengusap air mata yang tiba saja jatuh. Lalu ia kembali masuk ke toilet wanita. Ia jongkok dan menangis tersedu sedu tak tahan.

Sementara Farah dan Feni mengejar Luna kala itu. Ia berusaha menenangkan hati teman baiknya itu, meski ia menyukai Triis akan mantan suami dari Luna yang rumit. Tapi melihat apa yang terjadi ia sangat ilfill dan tak bisa membayangkan jadi Luna.

Tuuk! Tuuk.

"Lun. Lunaaa." teriak Farah.

"Buka pintunya Na. Ada kita disamping kamu, kamu ga sendirian kok." tambah Feni.

Luna menatap bilih pintu. Ia mengambil tissue dan menyudahi aksi tangisnya. Ketika membuka pintu. Luna langsung memeluk Farah yang ia kenal sangat baik.

"Huhuuuuu. Farah, lo tau gak obat penghilang rasa sakit. Obat amnesia, gue butuh itu saat ini!" Pinta Luna membuat Farah terkejut saling menatap pada Feni.

"Udaaah Na. Please gue ngerti apa yang lo rasain. Kita pulang ya!"

"Iya Luna. Tenangin diri kamu, kita break ke cafe tebing ya. Itukan tempat paling nyaman untuk saat ini." tutur Feni.

Tak lama seorang pemuda membuat mereka terdiam melangkah. Saat Luna ingin masuk kedalam mobil. Seseorang menyangga dan memberhentikan langkah mereka.

"Assalamualaikum. Ukhti, boleh saya meminta izin bicara dengan Luna?" Luna, Farah dan Feni menatap pemuda itu.

Luna pun menatap pria surgawi, yang seolah datang tidak seharusnya kala kedua anak anaknya tadi melihat pentas, dan apalagi jika Triis serta mama Mertua yang ikut hadir melihatnya kini, di berbeda tempat.

TBC.

Terpopuler

Comments

Mr Azusi

Mr Azusi

mulai lanjut nih babe cerita luna ama yus diawal ngena gimana gtu. janda dapat perkaja tah

2022-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!