Ch05 : Flying Kiss From Merki

Dalam perjalanan ke kantor Dewandaru terus mengingatkan dirinya sendiri. Agar lebih tenang. Untuk menghadapi sesuatu yang tidak ada dalam kontrolnya. Salah satunya ialah pendapat teman kantornya, mengenai pernikahan keduanya.

“Pagi Pak!” sapa pak satpam yang berdiri di depan pintu kantor.

Dewandaru mengangguk.

Tidak banyak yang tahu jika dirinya ialah cucu dari pendiri The Artistic Warehouse. Sengaja memang lelaki itu meminta ayahnya untuk merahasiakan identitasnya. Delapan tahun bekerja di kantor kakeknya. Tentu ia tak mendapatkan privileges seperti Tuan muda, yang biasanya ada di Drakor.

Seperti karyawan pada umumnya. Brahmanta memintanya mengirim CV. Melakukan training berbulan-bulan. Hingga menjadi tukang foto kopi selama tiga hari, saat jam istirahat karena membuat kesalahan.

Lelaki itu tak mendapatkan popularitas dengan instan. Butuh waktu dan proses yang teramat panjang. Hingga sekarang ia bisa menepati jajaran yang lumayan penting.

Jika dipikir-pikir dalam hal pekerjaan, ayahnya berperan penting. Bahkan bisa dibilang, sukses menjadi seorang ayah. Yang ingin melihat putranya berjuang dari bawah. Namun apa ayahnya bisa dibilang sukses, dalam mengambil keputusan untuk rumah tangganya.

Itu terlihat egois.

“Pagi Pak!” sapa karyawan yang berpasangan dengannya.

Lagi-lagi Dewandaru hanya mengangguk.

Rasa hormat yang lelaki itu dapat bukan karena, ia memiliki jabatan penting di kantor. Melainkan karakteristik yang telah merekat dalam diri. Seluruh karyawan menghormatinya. Karena kegigihan dalam bekerja serta kerendahan hatinya.

'Sudahlah, aku tidak peduli dengan pendapat mereka tentang diriku yang menikah lagi. Toh mereka juga tidak tahu kebenarannya' batin Dewandaru. Ketika sebagai orang menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Cepat lelaki itu melangkahkan kaki masuk ke dalam lift. Melihat ada wanita yang berlari, ingin menggunakan lift yang sama. Ia segera menyetopnya, guna rekan kerjanya bisa ikut satu lift dengannya. Tanpa harus menunggu.

“Terima kasih, Pak!”

Lagi dan lagi ia hanya mengangguk.

Karena itu pula sebagian teman kantornya, menganggap Dewandaru tuna wicara. Nyatanya hal itu justru membuatnya tertawa renyah.

“Senangnya dalam hati kalau beristri dua!” Penyambutan pertama kali masuk ke dalam ruang kerjanya yang baru. Membuatnya menghela nafas panjang.

Seminggu yang lalu, ada penataan ulang ruang. Membentuk team work. Guna lebih memudahkan, interaksi antar pekerja satu dengan yang lain. Dan tidak ada ruangan pribadi kecuali direktur utama.

“Oh ... seperti Dunia ...Dewandaru yang punya.” Aidin bersenandung ria berjoget bang jali. Hal itu pun tak luput dari penglihatan dua rekan kerjanya.

“Kepada istri tua ...Kanda sayang padamu ...Oh ...Kepada istri muda ...I say i love you!” Aidin melemparkan flying kiss kearahnya.

“Berisik!” sentak Dewandaru menghempaskan bokong ke kursi.

Dua wanita yang satu ruangan dengan Dewandaru, seketika langsung menunduk dalam. Ini kali pertama mereka melihat Dewandaru murka. Akan tetapi bagi Aidin, ini sudah biasa.

“Baru kawin kok tambah suka marah sih Bang!” ketus pemuda yang memiliki selisih umur enam tahun dengannya.

“Judulnya madu tiga, belum dimadu langsung gugat cerai!” Aindin terkikik geli prihatin dengan penyanyinya.

...***

...

Jam menunjukkan pukul setengah dua belas. Dua wanita yang satu ruangan dengannya, sudah pergi ke kafe dekat kantor untuk mengganjal perutnya. Meninggalkan ia dan Aidin dalam ruangan.

“Huft!” Lelaki itu mulai meregangkan otot-ototnya dan melepaskan kacamatanya yang hanya dipakai saat jam kerja.

Berdiri dari duduknya, bergegas menuju pantry. Guna memanaskan bekal.

“Fiuh ... mentang-mentang punya dua bini. Sekarang bekalnya juga dua,” ocehan Aidin ketika melihat sahabatnya menenteng dua wadah.

Dewandaru tersenyum sinis dan berlalu.

...***

...

Sudah ia pastikan sebelumnya, jika kembalinya ia ke ruangan. Mampu membangkitkan semangat Aidin untuk merapat. Ke tempat kerjanya. Lelaki itu tahu betul, jika sahabatnya tak sabar untuk mencicipi bekalnya.

Sebab ini bukan kali pertama. Dewandaru harus merelakan dan berbagi makanan dengan Aidin.

Saat ruangnya masih private pun. Hal itu tak menjadi alasan bagi Aidin untuk mencari makanan gratisan. Memang perjaka tua satu ini, sangatlah Merki.

Tanpa meminta approval dari pemiliknya. Si Merki langsung membuka wadah makanan berwarna pink.

“Gila, apa seenak ini punya istri Bang?” lontar Aidin menatap isi kotak makanan, dengan mata berbinar. Seraya mengelap sumpit dengan tisu.

“Kawin deh, biar tahu rasanya!” timpal Dewandaru, berangsur membuka kotak makan yang lebih besar.

“Kalau kawin baru ijab kemudian, boleh enggak ya?” Kembali sang perjaka tua itu bertanya, seraya memasukkan stir fry broccoli mushroomke dalam mulut.

Melihat mimik Aidin yang berubah, sekuat tenaga, Dewandaru menahan tawanya, yang akan pecah.

Tampaknya sang sahabat mulai merasakan. Cita rasa dari makanan yang baru di lahap.

“Bro, ini gua sudah mati rasa apa gimana?” Aidin mengunyah makanan pelan. Dia berusaha mendeteksi.

Apa yang dirasakan itu benar?

“Asinnnnnya enggak ketulungan Njir!” Aidin langsung membuka botol minum dan menenggaknya cepat.

Sungguh rasanya ia ingin terbahak, mendapati Aidin mendapatkan hal serupa. Seperti yang ia dapatkan tadi pagi. Disaat menyuapkan stir fry mushrooms ke dalam mulutnya.

Rasanya seperti air laut.

Inilah alasannya, tak membiarkan istri mudanya memakan tumis. Lelaki itu tak mau Wan Aina bersedih hati. Karena masakan pertama gagal.

“Nahkan dapat teguran dari Semesta! Makanya kalau omong dijaga. Konsepnya itu ijab dulu baru kawin Din!” sinisnya menyuapkan bekal dari Hafsah.

“Ini pasti bukan teh Hafsah yang masak!” tebak Aidin.

Bersamaan dengan itu seseorang lelaki berjas hitam masuk ruangan. Sambil menurunkan gadis kecil.

“Tiang Om Mbut! Om Meki!” sapaan kali ini, membuat Aidin dan Dewandaru menoleh kearah sumber suara.

Bocah gendut yang memakai dress berwarna merah. Berlari.

“Siang Molla...!” jawab Dewandaru merentangkan kedua tangannya. Membuat bocah berumur dua tahun itu berlari cepat kearahnya, untuk diangkat dan didudukkan di pangkuan om Mbut.

Sepertinya panggilan Molla untuknya sangat cocok. Bisa dibilang mewakili sikapnya yang selalu lembut dan penuh perhatian kepada anak kecil.

Lantas bagaimana pendapatnya akan anak-anak?

Benarkan apa yang ia katakan, pada istri pertamanya?

Jika dirinya tak lagi mendambakan untuk memiliki momongan?

Setelah istri pertamanya dinyatakan mandul?

Bukankah harapan itu ada, mengingat sekarang, dirinya telah menikah lagi.

Biarlah waktu yang menjawab semua....

Arfa, ayah dari Molla kini berdiri di samping Aidin. Tanpa etika, pria itu mengambil sepotong brokoli dengan tangan.

Isyarat tendangan kaki di bawah meja yang dilayangkan oleh Aidin, mengharuskan Dewandaru untuk diam.

Dengan posisi mulut terbuka lebar, Arfa seolah siap menerima suapan dari tangannya sendiri. Pria itu mengunyah dengan cepat, namun saat rasanya berbeda. Arfa segera mengambil tisu, dan mengeluarkannya kembali.

Aidin tertawa lepas, melihat Arfa masuk jebakan yang tak pernah disiapkan sebelumnya.

“Asem—” Sebelum selesai berbicara. Aidin segera memotong. “Aswinnnnn weyy....”

Tak bisa dipungkiri Dewandaru pun merasa puas, setidaknya bukan hanya dirinya yang harus makan jamur rasa garam itu.

“Li, ini makanan manis banget!” gerutu Arfa membuka botol minum, tinggal setengah sisa si Merki.

“Filings saya, ini bukan masakan teh Hafsah deh!” timpal Aidin, menatap Dewandaru yang menyuapi Molla.

Melihat putri semata wayangnya disuapi, Arfa meradang.

“Li, putri saya jangan di suapi makanan yang tidak layak!”

“Tanya saja Molla! Makanannya enak atau tidak?” tanya Dewandaru menelengkan kepalanya. Menatap bocah yang duduk di pangkuannya.

“Nyam-nyam delssss cuscus!” jawab si kecil seolah paham, dengan apa yang para orang dewasa bahas.

“Delicious!” Lelaki itu mengelap mulut Molla yang cemong.

Dewandaru terlihat seperti ayah yang perhatian.

Akankah takdirnya menyempurnakan statusnya?

“Jangan-jangan ini masakan istri barumu ya Li?” Yakin Arfa, membuat Dewandaru mendengus.

“Sengaja memang, dibikin asin! Biar Aidin, tahu diri! Tidak join makanan saya terus!” kilahnya, menutupi kekurangan istrinya. Sekalipun di depan para sahabat.

“Dengarin Ki, lu itu jomblo ...tidak punya kebutuhan sebesar saya dan Dewandaru! Tapi modal buat makan ae, nyempil teros,” ketus Arfa tak tanggung-tanggung.

Yang disindir memasang wajah apatis.

“Rasanya memang tepat Fa, Aidin dipanggil Merki! Pelitnya gila, enggak ada tandingannya!” Lelaki itu tampak setuju dengan julukan temabn sekolahnya dulu. Pada Aidin.

TBC...

Terpopuler

Comments

Sarah Yuniani

Sarah Yuniani

pengertian sekali

2024-10-05

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

belum ada komplik masih datar

2023-02-16

0

lihat semua
Episodes
1 Ch01 : Bukan Inginnya
2 Ch02 : Nelangsa Parokialisme
3 Ch03 : Mencari
4 Ch04 : Atur Strategi
5 Ch05 : Flying Kiss From Merki
6 Ch06 : Nasehat Si Banting Tulang
7 Ch07 : Lelaki Dua Istri
8 Ch08 : Tepung Dapur
9 Ch09 : Cream For My Lips
10 Ch10 : Ketulusan Cinta Istri
11 Ch11 : Romantisme Pasangan Lama
12 Ch12 : Suami Perhatian
13 Ch13 : Goda
14 Ch14 : Kehadiran Tamu Istimewa
15 Ch15 : Kepedulian Berbeda
16 Ch16 : Pembohong Profesional
17 Ch17 : Begitu Sulit
18 Ch18 : Ada Aja Masalah
19 Ch19 : Andai
20 Ch20 : Lahirnya Nama Rosidi
21 Ch21 : Bersamanya Bisa Lepas
22 Ch22 : Paham
23 Ch23 : Tiga Subkatagori
24 Ch24 : Pergi
25 Ch25 : Syukron Jadi Sukro
26 Ch26 : Perubahan Sahabat
27 Ch27 : Pertengkaran Virtual
28 Ch28 : Ketenangan Jiwa
29 Ch29 : Pikirkan Konsekuensi
30 Ch28 : Kekerasan Verbal
31 Ch31 : Kecelakaan Ali
32 Ch32 : Amarah Pembantu
33 Ch33 : Penerus Perusahaan
34 Ch34 : A Three S Two
35 Ch35 : Rumitnya Cinta
36 Ch36 : Singa Jutek
37 Ch37 : Ide Kancil
38 Ch38 : Omelan Berujung Kissing
39 Ch39 : Ghibah Bersama
40 Ch40 : Memetik Buahnya
41 Ch41 : Waktu Dan Ombak
42 Ch42 : Jujurlah Padaku
43 Ch43 : Akhir Yang Tersirat
44 Ch44 : Pembicaraan Dengan Ayah
45 Ch45 : Pandangan Ali
46 Ch46 : Rahasia Di 507
47 Ch47 : Keputusan
48 Ch48 : Hilang Begitu Saja
49 Ch49 : Bebas Lepas....
50 Ch50 : Janji Seorang Anak
51 Ch51 : Malam Tanpa Arah
52 Ch52 : Domba Tersesat Akibat Bucin
53 Ch53 : Waktu Tak Berpihak
54 Ch54 : Jumpa Kawan
55 Ch55 : Anak Kos
56 Ch56 : Perubahan Signifikan
57 Ch57 : Ipin &Kupin
58 Ch58 : Saling Tukar Perhatian
59 Ch59 : Punya Kembaran
60 Ch60 : Kaya Yang Sesungguhnya
61 Ch61 : Kasmaran
62 Ch62 : Melamar
63 Ch63 : Akhir pertemuan
64 Ch64 Mencari
65 Chapter 65: Mau
66 Chapter Gasss
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Ch01 : Bukan Inginnya
2
Ch02 : Nelangsa Parokialisme
3
Ch03 : Mencari
4
Ch04 : Atur Strategi
5
Ch05 : Flying Kiss From Merki
6
Ch06 : Nasehat Si Banting Tulang
7
Ch07 : Lelaki Dua Istri
8
Ch08 : Tepung Dapur
9
Ch09 : Cream For My Lips
10
Ch10 : Ketulusan Cinta Istri
11
Ch11 : Romantisme Pasangan Lama
12
Ch12 : Suami Perhatian
13
Ch13 : Goda
14
Ch14 : Kehadiran Tamu Istimewa
15
Ch15 : Kepedulian Berbeda
16
Ch16 : Pembohong Profesional
17
Ch17 : Begitu Sulit
18
Ch18 : Ada Aja Masalah
19
Ch19 : Andai
20
Ch20 : Lahirnya Nama Rosidi
21
Ch21 : Bersamanya Bisa Lepas
22
Ch22 : Paham
23
Ch23 : Tiga Subkatagori
24
Ch24 : Pergi
25
Ch25 : Syukron Jadi Sukro
26
Ch26 : Perubahan Sahabat
27
Ch27 : Pertengkaran Virtual
28
Ch28 : Ketenangan Jiwa
29
Ch29 : Pikirkan Konsekuensi
30
Ch28 : Kekerasan Verbal
31
Ch31 : Kecelakaan Ali
32
Ch32 : Amarah Pembantu
33
Ch33 : Penerus Perusahaan
34
Ch34 : A Three S Two
35
Ch35 : Rumitnya Cinta
36
Ch36 : Singa Jutek
37
Ch37 : Ide Kancil
38
Ch38 : Omelan Berujung Kissing
39
Ch39 : Ghibah Bersama
40
Ch40 : Memetik Buahnya
41
Ch41 : Waktu Dan Ombak
42
Ch42 : Jujurlah Padaku
43
Ch43 : Akhir Yang Tersirat
44
Ch44 : Pembicaraan Dengan Ayah
45
Ch45 : Pandangan Ali
46
Ch46 : Rahasia Di 507
47
Ch47 : Keputusan
48
Ch48 : Hilang Begitu Saja
49
Ch49 : Bebas Lepas....
50
Ch50 : Janji Seorang Anak
51
Ch51 : Malam Tanpa Arah
52
Ch52 : Domba Tersesat Akibat Bucin
53
Ch53 : Waktu Tak Berpihak
54
Ch54 : Jumpa Kawan
55
Ch55 : Anak Kos
56
Ch56 : Perubahan Signifikan
57
Ch57 : Ipin &Kupin
58
Ch58 : Saling Tukar Perhatian
59
Ch59 : Punya Kembaran
60
Ch60 : Kaya Yang Sesungguhnya
61
Ch61 : Kasmaran
62
Ch62 : Melamar
63
Ch63 : Akhir pertemuan
64
Ch64 Mencari
65
Chapter 65: Mau
66
Chapter Gasss

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!