Kau Rela Ku Lepas

Kau Rela Ku Lepas

Ch01 : Bukan Inginnya

“Saya terima nikah dan kawinnya Wan Aina Sadiqah binti Hartono Sudarjo. Dengan maskawin tersebut tunai....”

Tentu ini bukan Dewandaru pertama lelaki dengan brewok tipis itu mengucapkan qabul. Lima tahun silam, Dewandaru telah mengikat janji suci dengan Hafsah.

Lantas apa yang terjadi detik ini?

Mengapa ia kembali mengucapkan janji suci dengan wanita lain?

Tahukah ia, jika perempuan yang duduk di belakangnya. Yang menutupi sebagian wajahnya dengan kain hitam, menundukkan kepala.

Tatkala menyaksikan pernikahan ini?

Semua yang menghadiri pernikahan siang itu. Kompak menjawabi penghulu. “SAH ....”

Lelaki itu tertunduk dalam, telinganya seakan buntu hingga tak mendengar kata “SAH!”

Mungkin sebagian dari saksi. Menganggap jika ia lelaki yang tak setia. Semua itu diperkuat dengan adanya pernikahan kedua ini.

Apakah pernikahan ini terjadi. Karena kehendaknya?

...***

...

Satu bulan yang lalu tepatnya jam istirahat. Pintu ruang kerjanya, dibuka oleh seseorang.

“Ayah!” pekiknya terperanjat, saat tahu ayahnya yang datang.

“Bisakah ekspresi wajahmu biasa saja? Kau seperti baru melihat iblis,” sergah paruh baya yang ia panggil dengan sapaan ayah.

Langkah kaki paruh baya itu mendekat. Dengan punggung sedikit bungkuk, Brahmanta. Langsung saja duduk di kursi, tanpa meminta persetujuan pemiliknya.

“Ru, semua sudah jelas. Jika istrimu tak bisa diharapkan ...untuk memberikanmu keturunan!”

Mendengar hal itu seketika tangan Dewandaru terkepal, rahangnya mengeras, menahan emosi.

Ia yang awareness dengan amarahnya, memutuskan untuk tidak terbawa suasana.

Ia mencoba berpikir rasional.

Dan menilai, apakah wajar ayahnya mengatakan kekurangan Hafsah di hadapannya?

Teknik S-T-A-R (Stop, think & assess, respond). Hal ini mampu membuatnya menahan emosi.

“Jadi Ayah mau, kau menikah kembali Dewandaru!” tegas Brahmanta, tanpa ekspresi. Sembari menyandarkan punggungnya.

Permintaan ayahnya kali itu, membuatnya tak bisa mengendepankan emosi, yang tadi sempat padam. Ia bangkit dari duduknya, dengan nafas memburu. Memberanikan diri, untuk menolak mentah-mentah permintaan gila ayahnya.

Sayang ayahnya tak mau mendengar penolakan darinya.

Lelaki paruh baya itu berdiri sambil menggedor meja. Dan berkata, “Bisa tidak bisa, kau harus bisa....”

Dewandaru terkesiap tak percaya.

Lima tahun yang lalu pernikahannya dengan Hafsah terjadi karena ayahnya.

Keduanya hanya butuh waktu satu bulan untuk mengenal satu sama lain, hingga akhirnya sepakat menikah.

“Pikirkanlah, masa depan! Jika tidak ada penerus darimu, lantas siapa yang akan meneruskan perusahaan kakekmu!” ujar Brahmanta, nadanya sedikit parau.

Sepertinya populasi dari keluarga Dewandaru hanya bisa menetas s.

Ayahnya anak tunggal, begitu pun dirinya.

“Masa depan?” Mengernyitkan dahi, terkekeh mendengar perkataan ayahnya.

“Ayah, mengapa kita harus cemas akan sesuatu yang belum terjadi? Bukankah lima menit ke depan, kita tidak tahu apa yang akan terjadi? Baik kepada kita, maupun perusahaan kita. Kekayaan, popularitas, penilaian seseorang terhadap kita, itu tidak dalam kendali kita,” ujarnya dengan tangan mengepal, menatap Brahmanta penuh kekecewaan.

“Lantas mengapa Ayah risau? Mending sekarang hidup itu ditenangkan saja, waktunya ibadah, ibadah. Waktunya kerja ...kerja. Jangan terlalu membebani diri sendiri!” tuturnya dengan suara merendah.

“Sudahlah Ru, kau tidak usah menceramahiku, panjang lebar, apa sih susahnya mengikuti perintahku?” ungkap Brahmanta merapikan jasnya kasar. Saat mendapati putranya sedang mengkhotbah, dengan gratis.

Dewandaru menghembuskan nafas, kembali duduk di kursi kerja.

Bibir Dewandaru bergetar, seolah ingin mengatakan sesuatu. Namun sebelum itu terjadi.

Ayahnya lebih dulu bersuara,“Ru ... jika istrimu menjadi alasan, kamu untuk tidak menerima permintaanku. Kau salah, aku tahu....”

”Sesudah Hafsah mengecek kandungan, dan dinyatakan tidak bisa hamil. Dia telah memperbolehkanmu menikah lagi. Bukankah itu lebih baik. Daripada kau berselingkuh, di belakangnya!” ujar Brahmanta menyunggingkan bibirnya keatas.

Yang tak diketahui oleh Dewandaru. Kini ingatannya kembali, pada suatu masa. Dimana istrinya mengatakan, siap untuk dimadu. Tepat saat ia dan istrinya baru pulang dari rumah sakit, untuk mengambil hasil tubogram.

Dewandaru termenung. Memikirkan sesuatu. Hal itu membuat lawan bicaranya bersuara.

“Kau tidak perlu tahu bagaimana Ayah tahu, mengenai itu semua ...kau cukup turuti saja permintaanku, dan lihatlah gadis dalam foto ini! Dia cocok denganmu....”

Lelaki itu melengos, ketika ayahnya mengeluarkan selembaran foto dari saku jas, untuk diperlihatkan padanya.

Ayahnya terbilang lebih mirip seperti muncikari. Yang menawarkan dagangan.

Sial!

Ingin mengumpat namun paruh baya yang duduk di depannya, ayah kandungnya sendiri.

“Ayolah kau tidak perlu sok suci, dan seperti lelaki yang tidak memiliki naf su! Lihat dulu, dia masih muda, cantik, pasti kau senang memilikinya. Bayangkan saja itu....”

Tangannya kembali mengepal, amarahnya seakan telah naik ke ubun-ubun.

Ocehan Brahmanta kembli itu, seperti merendahkan harga dirinya.

“Kalau begitu Ayah saja, bukanya itu yang Ayah lakukan saat ibu, masih ada? Menikahi gadis muda, yang menjadi istri Ayah sekarang!” sindirnya dengan gigi bergemeretak menahan ledakkan di dada.

Talk! Lelaki itu meringis ketika highlighter pen itu terbang, mengenai pelipisnya.

“Kurang ajar! Berani sekli kau bicara seperti itu pada Ayahmu!”

...***

...

Dewandaru menoleh saat bahunya, dielus oleh seorang dari belakang. Tatapannya terkunci. Kedua tangannya mengudara, ingin memeluk Hafsah.

Namun sebelum hal itu terjadi, perempuan itu lebih dulu bersuara, “Bib, ulurkan tanganmu, Wan Aina ingin menciumnya!”

Penuturan Hafsah membuatnya sadar, jika mulai detik itu. Ia tak hanya menjadi suami dari Hafsah seorang. Melainkan suami dari dua perempuan. Itu berarti ia harus bisa menempatkan dirinya, dengan seadil-adilnya.

Gadis yang baru saja ia nikahi, mencium tangannya dengan penuh hormat. Melihat hal ini, hatinya tergores perih.

Entah bagaimana perasaan Hafsah sekarang?

Tanpa sepengetahuan darinya, di waktu yang bersamaan ia dan istri pertamanya itu menitihkan air mata.

Akankah kehidupannya akan bahagia?

Ketika menjalani kehidupan yang abnormal ini?

Atau mungkinkah ini awal dari kehancuran?

Atau justru ini jalan bagi mereka menemukan sesuatu yang berharga?

TBC....

Terima Kasih Sudah Meluangkan Waktunya Untuk Membaca!

Terpopuler

Comments

Esti Esti

Esti Esti

ini novel udah tamat belum kak ?
mau baca lansung supaya lebih menghayati

2023-07-31

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

walaupun sdh taman aku akan membacanya dan kasih lake

2023-02-16

0

Azizah az

Azizah az

hai kk mampir disini nih
udh ku kuatkan hati dulu sblm mulai baca😢

2022-11-24

1

lihat semua
Episodes
1 Ch01 : Bukan Inginnya
2 Ch02 : Nelangsa Parokialisme
3 Ch03 : Mencari
4 Ch04 : Atur Strategi
5 Ch05 : Flying Kiss From Merki
6 Ch06 : Nasehat Si Banting Tulang
7 Ch07 : Lelaki Dua Istri
8 Ch08 : Tepung Dapur
9 Ch09 : Cream For My Lips
10 Ch10 : Ketulusan Cinta Istri
11 Ch11 : Romantisme Pasangan Lama
12 Ch12 : Suami Perhatian
13 Ch13 : Goda
14 Ch14 : Kehadiran Tamu Istimewa
15 Ch15 : Kepedulian Berbeda
16 Ch16 : Pembohong Profesional
17 Ch17 : Begitu Sulit
18 Ch18 : Ada Aja Masalah
19 Ch19 : Andai
20 Ch20 : Lahirnya Nama Rosidi
21 Ch21 : Bersamanya Bisa Lepas
22 Ch22 : Paham
23 Ch23 : Tiga Subkatagori
24 Ch24 : Pergi
25 Ch25 : Syukron Jadi Sukro
26 Ch26 : Perubahan Sahabat
27 Ch27 : Pertengkaran Virtual
28 Ch28 : Ketenangan Jiwa
29 Ch29 : Pikirkan Konsekuensi
30 Ch28 : Kekerasan Verbal
31 Ch31 : Kecelakaan Ali
32 Ch32 : Amarah Pembantu
33 Ch33 : Penerus Perusahaan
34 Ch34 : A Three S Two
35 Ch35 : Rumitnya Cinta
36 Ch36 : Singa Jutek
37 Ch37 : Ide Kancil
38 Ch38 : Omelan Berujung Kissing
39 Ch39 : Ghibah Bersama
40 Ch40 : Memetik Buahnya
41 Ch41 : Waktu Dan Ombak
42 Ch42 : Jujurlah Padaku
43 Ch43 : Akhir Yang Tersirat
44 Ch44 : Pembicaraan Dengan Ayah
45 Ch45 : Pandangan Ali
46 Ch46 : Rahasia Di 507
47 Ch47 : Keputusan
48 Ch48 : Hilang Begitu Saja
49 Ch49 : Bebas Lepas....
50 Ch50 : Janji Seorang Anak
51 Ch51 : Malam Tanpa Arah
52 Ch52 : Domba Tersesat Akibat Bucin
53 Ch53 : Waktu Tak Berpihak
54 Ch54 : Jumpa Kawan
55 Ch55 : Anak Kos
56 Ch56 : Perubahan Signifikan
57 Ch57 : Ipin &Kupin
58 Ch58 : Saling Tukar Perhatian
59 Ch59 : Punya Kembaran
60 Ch60 : Kaya Yang Sesungguhnya
61 Ch61 : Kasmaran
62 Ch62 : Melamar
63 Ch63 : Akhir pertemuan
64 Ch64 Mencari
65 Chapter 65: Mau
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Ch01 : Bukan Inginnya
2
Ch02 : Nelangsa Parokialisme
3
Ch03 : Mencari
4
Ch04 : Atur Strategi
5
Ch05 : Flying Kiss From Merki
6
Ch06 : Nasehat Si Banting Tulang
7
Ch07 : Lelaki Dua Istri
8
Ch08 : Tepung Dapur
9
Ch09 : Cream For My Lips
10
Ch10 : Ketulusan Cinta Istri
11
Ch11 : Romantisme Pasangan Lama
12
Ch12 : Suami Perhatian
13
Ch13 : Goda
14
Ch14 : Kehadiran Tamu Istimewa
15
Ch15 : Kepedulian Berbeda
16
Ch16 : Pembohong Profesional
17
Ch17 : Begitu Sulit
18
Ch18 : Ada Aja Masalah
19
Ch19 : Andai
20
Ch20 : Lahirnya Nama Rosidi
21
Ch21 : Bersamanya Bisa Lepas
22
Ch22 : Paham
23
Ch23 : Tiga Subkatagori
24
Ch24 : Pergi
25
Ch25 : Syukron Jadi Sukro
26
Ch26 : Perubahan Sahabat
27
Ch27 : Pertengkaran Virtual
28
Ch28 : Ketenangan Jiwa
29
Ch29 : Pikirkan Konsekuensi
30
Ch28 : Kekerasan Verbal
31
Ch31 : Kecelakaan Ali
32
Ch32 : Amarah Pembantu
33
Ch33 : Penerus Perusahaan
34
Ch34 : A Three S Two
35
Ch35 : Rumitnya Cinta
36
Ch36 : Singa Jutek
37
Ch37 : Ide Kancil
38
Ch38 : Omelan Berujung Kissing
39
Ch39 : Ghibah Bersama
40
Ch40 : Memetik Buahnya
41
Ch41 : Waktu Dan Ombak
42
Ch42 : Jujurlah Padaku
43
Ch43 : Akhir Yang Tersirat
44
Ch44 : Pembicaraan Dengan Ayah
45
Ch45 : Pandangan Ali
46
Ch46 : Rahasia Di 507
47
Ch47 : Keputusan
48
Ch48 : Hilang Begitu Saja
49
Ch49 : Bebas Lepas....
50
Ch50 : Janji Seorang Anak
51
Ch51 : Malam Tanpa Arah
52
Ch52 : Domba Tersesat Akibat Bucin
53
Ch53 : Waktu Tak Berpihak
54
Ch54 : Jumpa Kawan
55
Ch55 : Anak Kos
56
Ch56 : Perubahan Signifikan
57
Ch57 : Ipin &Kupin
58
Ch58 : Saling Tukar Perhatian
59
Ch59 : Punya Kembaran
60
Ch60 : Kaya Yang Sesungguhnya
61
Ch61 : Kasmaran
62
Ch62 : Melamar
63
Ch63 : Akhir pertemuan
64
Ch64 Mencari
65
Chapter 65: Mau

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!