5. Lelaki asing bersama ibu

Aku diam sejenak duduk bersama David berdua di bawah pohon ini. lalu bibirku mencoba membuak suara untuk mengawali percakapan dengannya.

"Aku ingin tau bola" Jawabku singkat dan diselingi senyum dari bibir David.

"Kamu mengejekku?" Tanyaku dengan tatapan berbeda padanya.

"Eh, enggak key aku cuma merasa seru aja. Karena selama aku bermain bola tidak pernah ada perempuan yang ingin bermain bola" sahutnya sambil menjelaskan padaku.

"Benarkah" Tanyaku dengan heran.

"Benar, karena banyak anak perempuan itu tidak suka kotor hahahahhaha" David tertawa keras, mungkin baginya aku ini suka kotor dan beda dari anak perempuan lainnya.

"Ah sudahlah, kau terus mengejekku"

"Tidak, tidak key aku hanya becanda" Ujarnya

"Lalu?"

"Lalu apa key?"

"Mengapa kau ada disni, bukankah teman-teman tidak ada yang latihan?"

"Kami libur, karena pelatih sedang sakit"

"Tapi mengapa kamu tidak libur? "

"Kakiku gatal bila tidak menyentuh bola"

"Hahahhahaha" Kami berdua saling tertawa.

Entah mengapa baru bertemu saja sudah akrab. Padahal tidak pernah ada ikatan pertemanan diantara kami. Tapi aku rasa David cocok denganku karena selera humornya yang tinggi dan hal kecil saja bisa menjadi lucu.

Gara-gara kami asik berbincang-bincang tentang perkenalan kami ataupun tentang bola, hingga aku dan David menjadi lupa bahwa alasan datang kemari adalah untuk latihan. Jadi saat senja menyapa kami masih saja bersandar di bawah pohon besar tanpa melakukan apapun kecuali berbicara serta tertawa bersama-sama.

"Oh iya key, kamu sekolah dimana?"

"Aku sekolah di SMP A"

"Berarti kita tetanggaan dong, aku di SMP B yang jaraknya sekitar 300 meter dari sekolahmu"

"Oh jadi kita tetanggaan, hmmm David gimana kalau kita pulang saja karena hari sudah mau gelap lagian tidak enak disini berduaan takut di ikuti setan" ucapku saya melihat senja yang akan menghilang.

"Hahaha, benar juga katamu key yasudah ayo kita barengan aku bawa sepeda nih"

"Tapi...... " Pikirku masih ragu saat David mengajakku untuk pulang

"Gak usah banyak tapi, ayo aku antar kamu pulang" Akhirnya aku berboncengan dengan David menelusuri perjalanan pulang yang disambut dengan hari perlahan menjadi petang.

Kami menikmati perjalanan hingga sampai di persimpangan kampungku. Aku berhenti disana karena tidak ingin David masuk ke lingkunganku yang kumuh serta banyak ocehan tetangga yang panas di telinga tentang ibuku. Takutnya dia merasa risih hingga tidak mau berteman denganku lagi.

"Oh iya key, jangan lupa besok datang untuk latihan"

"Hmmm, oke vid kamu hati-hati ya pulangnya" David membalasnya dengan anggukan dan senyuman lalu ia pergi mengayuh sepedanya untuk pulang. Entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang spesial karena baru bertemu saja aku merasakan ada hal yang cocok diantara kami.

Setiap mengingatnya rasanya lucu sekali karena rasa ini bercampur aduk antara senang dan malu sih tapi sudahlah. Dan yang paling penting sekarang aku memiliki teman baru yang bergelut di bidang sepak bola. Jadi setidaknya aku bisa mendekati David untuk belajar bermain bola dengan baik dan benar.

"Klek" Saat pintu terbuka betapa terkejutnya aku karena ada lelaki lain yang masuk ke dalam rumah. Aku tidak tau siapa dia, yang jelas itu bukan ayah dan bukan juga lelaki yang ibu temui di hari-hari kemarin. Lalu siapa dia, apakah lelaki yang baru untuk menjadi pasangan ibu?. Entahlah, aku tidak mengerti apa yang ibu lakukan saat ini.

"Siapa?" Teriak ibu dari dalam kamar, sedangkan aku masih tercengang melihat lelaki itu. Tidak tau apa yang dia lakukan disini hingga tidur dengan tenang seakan ini rumahnya.

"Hey bangun, apa yang kamu lakukan dirumahku" Bibirku tidak tahan hingga membentak dirinya yang terlelap sangat enak sambil mendengkur di rumahku. Langkahku juga semakin mendekat padanya tapi dia masih saja pulas dengan mimpi-mimpi yang dirajut.

"Hey bangunlah, pergi kau ini bukan rumahmu" Bentak ku yang agak keras hingga membuatnya terbangun dan langsung nenatapku dengan tatapan kejam.

"Siapa kau anak kecil, beraninya mengganggu tidurku yang nyenyak" Ucapnya sambil mencengkeram lenganku secara kasar. Tubuhku memberontak agar terlepas dari genggamannya.

"Hey, ada apa ini? " Tanya ibu yang bergegas keluar dari dalam kamar tidur.

"Dia siapa bu? Kenapa tidur di rumah kita" Ucapku sambil memelas untuk mencari tau jawaban dari ibu.

*plakkk* tangan ibu menamparku dengan keras.

"Kamu ini bukannya datang-datang untuk memasak malah protes tidak karuan" Apa yang aku dapatkan bukanlah jawaban malah tamparan dari ibu. Baru kali ini ibu menamparku dengan tatapan benci, aku tidak mengerti apa salahku. Mengapa tiba-tiba ibu datang di sore hari dengan lelaki lain dan berlaku kasar padaku.

"Tuh dengerin ibumu, sana masak gih soalnya aku sudah lapar" Tutur lelaki itu menambahkan, dan benci aku mendengar sepatah kata dari mulutnya. Aku saja tidak tau dia siapa, bagaimana bisa sikapnya berlaku seenak kepalanya dengan menyuruhku seperti pembantu saja.

"Sana masak, jangan banyak pikir karena aku sudah lapar" Tatapanku masih sama menatap kebencian pada lelaki itu. Langkah ini langsung bergegas menuju dapur, padahal mandi saja aku belum malah disuru memasak.

Dengan bahan yang ada di kulkas aku memasak seperti biasa. Ingin rasanya aku menambahkan racun di makanan ini untuk lelaki itu, tapi aku takut salah sasaran dan bisa mengenai ibu.lagipula racunnya ngga tidak ada dan harus membeli dulu. Jadi lebih baik aku belajar untuk menahan diri agar tidak menambahkan sesuatu yang kejam.

Setelah makanan itu selesai dimasak, aku pergi ke kamar tanpa ada sepatah katapun. Bergegas membersihkan diri lalu mengunci pintu untuk belajar dan berteman sunyi kembali. Ada atau tidak ada ibu di rumah ini rasanya sama saja, hidupku dikelilingi kesunyian yang tiada ujungnya.

*Klekkk* Membuka jendela adalah hal ternyaman saat ini. Melihat tataan bintang yang menari-nari di awan tanpa beban. Bahkan rembulan juga tersenyum indah menatap bumi yang dihuni para manusia. Ingin rasanya aku terbang, meminjam sayap malaikat sebentar untuk mencari teman di atas awan. Tapi semua akan terjadi bila aku tidur dan terlelap lama dan bergelatut manja di atas bunga mimpi yang aku rangkai.

Aku mengeluarkan selembar kertas dan sebuah pena di atas meja. akan aku tuliskan puisi untuk menuangkan rasa rindu dalam dekapan ibu.

***

Ibu,

Engkaulah pengais hati, tapi kau membuangnya ke tepi

Engkaulah bunga dunia, tapi kau tak pernah mekar

Engkaulah telaga biru, tapi kau tak pernah memberiku air walau seteguk

Ibu,

Aku rindu pelukmu dahulu

Yang merangkul dalam senyum merekah

Diantara badai, diantara tandus, bahkan diantara gersang nya cinta

Yang meninggalkanku di dalam kesendirian

Hanya engkau yang mampu menahan rasa dalam pelukan

***

Puisi yang tidak sebagus puisi dari Chairil anwar, tapi setidaknya aku bisa menyampaikan rasa rindu walaupun sepotong. Jarang sekali aku berkumpul dengan ibu, ingin sekali rasanya berkumpul walau sedetik saja. Ternyata kenyataan tidak berpihak padaku, aku hanya sebagai pelapis dalam hidup ibu.

Lalu dimana lagi aku mencari kasih sayang sedangkan ibu sudah tak menganggap aku lagi. Lalu dimanakah lagi aku mencari kehangatan, sedangkan ibu tidak mau memelukku lagi.

Ternyata kenyataan pahit merangkul luka. Hanya bisa mengadu pada dinding-dinding kosong di dalam kamarku. Berkhayal-hayal dengan gambaran garis-garis cerita yang aku buat sendiri. karena selama ini ibu melarang ku bermain atau berinteraksi dengan tetangga di kampung ini.

Apakah mungkin akan begitu seterusnya. Entahlah, tak ada jawaban saat ini dan yang pasti aku akan terlelap malam ini. Bersama desiran angin yang melewati jendelaku dengan kencang. Tidak perduli lagi yang terpenting aku merasa senang dan menikmati angin malam. Bersama jajaran suara jangkrik yang berbunyi kencang. Walaupun perut menanggung lapar karena tidak makan.

\*kukuruyuk\* suara ayam menandakan bahwa pagi telah tiba. Aku bergegas untuk menyiapkan diri seperti biasanya. Lalu dengan terburu-buru aku pergi dari rumah ini sebelum mereka bangun. Karena saat ini mereka tidur di kamar yang sama, padahal ibu belum menikah dengannya. Tapi itu membuatku benci, meskipun aku tidak pernah memakan bangku TPQ (Tempat Pendidikan Qur'an) setidaknya aku masih mengerti tentang agama walaupun hanya sedikit.

Mendengar ceramah-ceramah melalui TV ataupun radio, bahwa itu perbuatan yang zina dan sangat dibenci oleh Tuhan sang Maha pencipta. Aku hanya bisa terdiam dan hanya pasrah dengan keadaan.

\*klek\* membuka pintu secara epelahan agar tidoa ada yang mendengarnya.

"Hati-hati key, pelan-pelan dan jangan sampai ketahuan" gumamku sendiri sambil beregas pergi

Di pagi buta aku keluar rumah dan berangkat sekolah tanpa makan pagi ataupun membawa uang saku. Hanya bisa berangkat dengan tangan kosong dan beberapa genggaman buku berisi ilmu. Saat berjalan menuju sekolah, aku berhenti di persimpangan jalan tepatnya di persawahan.

Udara yang sejuk memanjakan pernafasanku. Mungkin udara pagi disini belum tercampur dosa orang-orang sepertiku. Yang tidak mengenal sangat dalam tentang islam, bahkan terkadang sholat juga jarang. Karena minimnya ilmu agama yang diberikan dari ibu membuatku buta akan jalan kebenaran.

Tapi setidaknya aku berusaha menjadi yang terbaik serta belajar damai dengan keadaan walaupun usia yang masih dibilang belum menginjak dewasa.

Netraku menikmati susunan padi yang tertata rapi, ada yang sudah menguning ada pula yang masih hijau. Cuitan burung-burung kecil menari ruang diantara embun pagi. Sejenak menghilangkan pikirku tentang ibu dan lelaki itu. Setidaknya aku bisa menghapus memori kotor dalam otak meski nanti memori itu akan datang tiba-tiba tanpa ada intruksi dari bibirku.

Senang sekali rasany, menatap langit dengan semburan mentari pagi yang masih mengintip. Ingin rasanya selalu menikmati walaupun sendiri tapi keadaan masih tidak membolehlan aku menikmatinya dengan kepuasan. Dan aku selalu bersyukur apapun keadaan yang akan membuatku bangkit menjadi bintang.

Langkahku kembali pergi meninggalkan persawahan itu. Kembali lagi aku telusuri perjalanan yang ramai kendaraan lalu lalang. Kakiku berlari kecil untuk menuju sekolah sekaligus untuk melatih pernafasan.

"Hfffuuuu, alhamdulillah akhirnya sampai juga ke sekolah" Tidak sia-sia aku berlatih, meski belum makan tapi setidaknya aku bisa sampai ke sekolah sambil berlari. Mumpung masih terlalu pagi, aku segera pergi ke kantin untuk makan.

Walaupun ibu tidak memeberiku uang saku, aku masih memiliki uang dari hasil menjual koran. Tidak apa-apa aku ambil sedikit saja, lagian lebih mending makan terlebih dahulu baru membeli bola kemudian.

"Bu, saya beli roti itu saja bu 2 yah" Membeli roti paling murah adalah jalan ninjaku agar dapat mengirit uang. Lagi pula 2 roti yang harganya 1000 rupiah, cukup mengganjal perutku ynag sedang berbunyi. Sepertinya cacing lagi bersautan di dalam . Karena setiap pagi aku sudah terbiasa makan dan hanya hari ini saja tidak makan karena aku benci suasana rumah.

\*brukkk\*

"aduhhh" Lututku bertemu dengan lantai begitu keras setelah ada orang jahil yang membuat ulah pagi ini.

"Hmm, sakit yah? Makanya jangan pernah macam-macam dengan kita" Ternyata mereka adalah geng yuri. Selalu saja menggangguku dan tidak pernah membuat hidupku tenang.

Ingin rasanya meluapkan amarah, tapi rasa lapar ku tidak tertahankan. Tanganku langsung mengambil roti yang terjatuh di depan mata.

"Aduh....., Kamu gila ya" bentakku pada yuri saat menginjak tanganku yang ingin mengambil roti. Mereka adalah kejahatan masa kecil yang kejam. Tidak ada habisnya merundung orang-orang yang lemah. Ingin rasanya aku cekik mati tapi sayang masih ada hukum yang tertuang di negara ini.

\*prukkk\*

\*prukkk\* tepukan tangan dari mereka yang disengaja untuk membuatku kesal

"Upsss, maaf roti-rotimu tidak sengaja aku injak" Dengan keras aku melemparkan kaki yuri yang menginjak ku. Tanganku juga melemparkan kaki dina yang sengaja menginjak roti-rotiku.

Dengan cengkeraman yang kuat aku menggenggam kaki mereka berdua dan menariknya hingga terjatuh. Mereka terkapar bebas di atas lantai kantin dan di sambut dengan cekikikan tawa dari beberapa siswa yang melihatnya.

"Aww, sakit key emang ya orang miskin kayak kamu tidak punya otak" Ucap yuri dengan beberapa cacian dari mulitnya, sedangkan tubuhnya masih rebahan di atas lantai dengan dina. Ratih dan bela berusaha mengangkat mereka berdua untuk segera bangkit.

"Kamu menanyakan dimana otakku? Yang pasti di kepala bukan sepertimu di dengkul" Tatapanku merasa puas saat melihat yuri merasa malu dengan perkataanku.

"Hahahahha, huuu bangun wey jangan rebahan" Suara tertawa dari siswa lain semakin membuat diriku percaya diri. Aku tidak mau ada perundung yang sok jagoan lagi. Sampai kapanpun aku akan melawannya meski memiliki resiko besar.

"Pagi yang menjengkelkan, tidak jadi aku sarapan gara-gara mereka" Gumamku sambil pergi dari kantin dan meninggalkan mereka yang sedang bergelut dengan rasa malunya. Sungguh menjengkelkan sekali, pagi tidak bisa makan dirumah bahkan tidak bisa makan di sekolah saja.

Uang yang aku bawa hanya 4 ribu, 2 ribu tadi sudah aku belikan roti tapi belum sempat aku makan. Jika aku ingin membelinya lagi makan nanti siang aku tidak bisa makan. Biarlah, aku akan merasakan kelaparan ini dengan kuat karena kata ibu aku anak kuat hehehe.

~~~ BERSAMBUNG ~~~

Episodes
1 1. Pertemuan dengan bola
2 2. Terserempet Motor
3 3. Mengintip latihan bola
4 4. Pertemuan dengan David
5 5. Lelaki asing bersama ibu
6 6. Mengajak Riki menonton bola
7 7. Amarah ibu padaku
8 8. Aku dan kesunyian
9 9. Ibu masih menyayangiku?
10 10. Ari sahabat terbaik
11 11. Pemandangan Minggu yang indah
12 12. Ibu pergi meninggalkanku
13 13. Menerima kehidupan
14 14. Senyuman dari hujan dan David
15 15. Pertandingan bola pertama
16 16. Pertandingan sekolah
17 17. awal pertandingan tarkam
18 18. Menikmati bakso pak Ali
19 19. Kelulusan Sekolah
20 20. Kesedihan Yuri
21 21. Wisuda yang sepi
22 22. Belanja Ke Pasar Besar
23 23. MOS Sekolah Baru
24 24. Ari Di Gigit Ular
25 25. Hukuman Lari
26 26. Aku Terluka
27 27. Masuk Rumah Sakit
28 28. Libur yang membosankan
29 29. Terkunci di Gudang
30 30. Kak Dika Suka Padaku?
31 31. Kesalahan Ana Dalam Tim
32 31. Pertandingan Pertama Menyamakan Skor
33 33. Bertemu Ibu
34 34. Gelang Persahabatan
35 35. Kemenangan Tim Kami
36 36. Mundur Dari Tim
37 37. Masuk Semi Final
38 38. Kericuhan Sekolah
39 39. Demo di Sekolah
40 40. Klub Malam
41 41. Cidera
42 42. Kepanikan Ibu dan Bapak
43 43. Pertengkaran Sengit
44 44. Skorsing
45 45. Belajar Berjalan
46 46. Kecurigaan Pada Rena
47 47. Hadiah Dari Yuri dan Ari
48 48. Kenaikan Kelas
49 49. Rem Blong
50 50. Bayangan Hitam
51 51. Tenggelam
52 52. Pertolongan Yuri
53 53. Menikmati Senja
54 54. Siswa Baru Lagi
55 55. Dia Tidak Mengenaliku
56 56. Rena Yang Licik
57 57. Berlatih Dengan David
58 58. Bolos Sekolah
59 59. Terjatuh Dalam Pelukan David
60 60. Doni Yang Malang
61 61. Kumpulan Orang Jahat
62 62. Penyamaran
63 63. Fitnah Rena
64 64. CCTV Rusak
65 65. Semangat Untuk Pemain
66 66. Jodoh David
67 67. Doni Menyatakan Cinta
68 68. Berhasil Merekam
69 69. Mulut Beracun
70 70. Mencium Aspal
71 71. Mencari Belalang
72 72. Jersey Timnas
73 73. Preman Pasar
74 74. Ari Menjadi Saksi
75 75. Permainan Yang Buruk
76 76. Berlatih Keras
77 77. Hinaan
78 78. Nomor Ponsel Ibu
79 79. Menunggu Pacarku
80 80. Undangan Dari Kak Dika
81 81. Rahasia Menyakitkan
82 82. Kasih Sayang Bapak
83 83. David yang Dulu
84 84. Keluarga Kecil
85 85. Menghibur Bapak
86 86. Terkunci
87 87. Cemburu
88 88. Foto Klub Malam
89 89. Bunuh Diri?
90 90. Vidio Rena
91 91. Rena Pendiam
92 92. Ari Adalah Hacker
93 93. Ayah Tiri Yuri?
94 94. Menjadi Detektif
95 95. Rena Bunuh Diri?
96 96. Mendapatkan Bukti
97 97. Ayah Tertabrak
98 98. Ayah Kritis
99 99. Pelajaran Untuk Adel
100 100. POV David
101 101. Lamaran Mama Yuri
102 102. Menggagalkan rencana lelaki jahat
103 103. Membalas Ari dan Yuri
104 103. Berpamitan Ke luar Kota
105 105. Ban Bus Bocor
106 106. Lapangan Kambing
107 107. Jangan tertunduk
108 108. Penghianat Tim
109 109. Senam Pagi
110 110. Kemenangan Telak
111 111. Penjahat Otak Kosong
112 112. Pertarungan Konyol
113 113. Pertolongan Mereka
114 114. Rani Dikeluarkan Dari Klub
115 115. Lolos Ke Babak Selanjutnya
116 116. Kalung Dari David
117 117. Bertemu Ana
118 118. Mengalahkan Ana
119 119. Pengakuan Bela
120 120. Obat Terlarang
121 121. Liburan
122 122. Sang Bintang
123 123. Senja di Pantai
124 124. Bertemu Mereka
125 125. Keluarga Ibu
126 126. Kelakuan Boby
127 127. Ayah Ke Luar Negeri
128 128. Kesedihan Menghilang
129 129. Bolos Sekolah
130 130. Tembus Tim Kota
131 131. Ulang Tahunku
132 132. Pembalasan pada Mbak Yeni
133 133. Ani Menghilang
134 134. Kepergian Ani
135 135. Terpuruk
136 136. Kesenangan Dalam Permainan
137 137. Bersama Adit
138 138. Rena Pergi
139 139. Kehadiran Ibu
140 140. Jalan Dengan Adit
141 141. Masuk Tim Kota
142 142 . Merindukan Ani
143 143. Kemenangan Kedua
144 144. Rekayasa Kematian
145 145. Alasan David
146 146. Buku Taktik
147 147. Kemenangan Kota Kelahiran
148 147. Surat Dari Adit
149 149. Sambutan
150 150. Suami Ibu
151 151. Penderitaan Ibu
152 152. Peretasan Data
153 153. Undangan Timnas Putri
154 154. Berpamitan
155 155. Semua Salahku
156 156. Terpaksa Pergi
157 157. Fans David
158 158. Lolos Timnas
159 159. Bertanding Di Luar Negeri
160 160. Kekalahan
161 161. Kesalahpahaman
162 162. Kaira
163 163. Sambutan Meriah
164 164. Pertemuan
165 165. Tamat
Episodes

Updated 165 Episodes

1
1. Pertemuan dengan bola
2
2. Terserempet Motor
3
3. Mengintip latihan bola
4
4. Pertemuan dengan David
5
5. Lelaki asing bersama ibu
6
6. Mengajak Riki menonton bola
7
7. Amarah ibu padaku
8
8. Aku dan kesunyian
9
9. Ibu masih menyayangiku?
10
10. Ari sahabat terbaik
11
11. Pemandangan Minggu yang indah
12
12. Ibu pergi meninggalkanku
13
13. Menerima kehidupan
14
14. Senyuman dari hujan dan David
15
15. Pertandingan bola pertama
16
16. Pertandingan sekolah
17
17. awal pertandingan tarkam
18
18. Menikmati bakso pak Ali
19
19. Kelulusan Sekolah
20
20. Kesedihan Yuri
21
21. Wisuda yang sepi
22
22. Belanja Ke Pasar Besar
23
23. MOS Sekolah Baru
24
24. Ari Di Gigit Ular
25
25. Hukuman Lari
26
26. Aku Terluka
27
27. Masuk Rumah Sakit
28
28. Libur yang membosankan
29
29. Terkunci di Gudang
30
30. Kak Dika Suka Padaku?
31
31. Kesalahan Ana Dalam Tim
32
31. Pertandingan Pertama Menyamakan Skor
33
33. Bertemu Ibu
34
34. Gelang Persahabatan
35
35. Kemenangan Tim Kami
36
36. Mundur Dari Tim
37
37. Masuk Semi Final
38
38. Kericuhan Sekolah
39
39. Demo di Sekolah
40
40. Klub Malam
41
41. Cidera
42
42. Kepanikan Ibu dan Bapak
43
43. Pertengkaran Sengit
44
44. Skorsing
45
45. Belajar Berjalan
46
46. Kecurigaan Pada Rena
47
47. Hadiah Dari Yuri dan Ari
48
48. Kenaikan Kelas
49
49. Rem Blong
50
50. Bayangan Hitam
51
51. Tenggelam
52
52. Pertolongan Yuri
53
53. Menikmati Senja
54
54. Siswa Baru Lagi
55
55. Dia Tidak Mengenaliku
56
56. Rena Yang Licik
57
57. Berlatih Dengan David
58
58. Bolos Sekolah
59
59. Terjatuh Dalam Pelukan David
60
60. Doni Yang Malang
61
61. Kumpulan Orang Jahat
62
62. Penyamaran
63
63. Fitnah Rena
64
64. CCTV Rusak
65
65. Semangat Untuk Pemain
66
66. Jodoh David
67
67. Doni Menyatakan Cinta
68
68. Berhasil Merekam
69
69. Mulut Beracun
70
70. Mencium Aspal
71
71. Mencari Belalang
72
72. Jersey Timnas
73
73. Preman Pasar
74
74. Ari Menjadi Saksi
75
75. Permainan Yang Buruk
76
76. Berlatih Keras
77
77. Hinaan
78
78. Nomor Ponsel Ibu
79
79. Menunggu Pacarku
80
80. Undangan Dari Kak Dika
81
81. Rahasia Menyakitkan
82
82. Kasih Sayang Bapak
83
83. David yang Dulu
84
84. Keluarga Kecil
85
85. Menghibur Bapak
86
86. Terkunci
87
87. Cemburu
88
88. Foto Klub Malam
89
89. Bunuh Diri?
90
90. Vidio Rena
91
91. Rena Pendiam
92
92. Ari Adalah Hacker
93
93. Ayah Tiri Yuri?
94
94. Menjadi Detektif
95
95. Rena Bunuh Diri?
96
96. Mendapatkan Bukti
97
97. Ayah Tertabrak
98
98. Ayah Kritis
99
99. Pelajaran Untuk Adel
100
100. POV David
101
101. Lamaran Mama Yuri
102
102. Menggagalkan rencana lelaki jahat
103
103. Membalas Ari dan Yuri
104
103. Berpamitan Ke luar Kota
105
105. Ban Bus Bocor
106
106. Lapangan Kambing
107
107. Jangan tertunduk
108
108. Penghianat Tim
109
109. Senam Pagi
110
110. Kemenangan Telak
111
111. Penjahat Otak Kosong
112
112. Pertarungan Konyol
113
113. Pertolongan Mereka
114
114. Rani Dikeluarkan Dari Klub
115
115. Lolos Ke Babak Selanjutnya
116
116. Kalung Dari David
117
117. Bertemu Ana
118
118. Mengalahkan Ana
119
119. Pengakuan Bela
120
120. Obat Terlarang
121
121. Liburan
122
122. Sang Bintang
123
123. Senja di Pantai
124
124. Bertemu Mereka
125
125. Keluarga Ibu
126
126. Kelakuan Boby
127
127. Ayah Ke Luar Negeri
128
128. Kesedihan Menghilang
129
129. Bolos Sekolah
130
130. Tembus Tim Kota
131
131. Ulang Tahunku
132
132. Pembalasan pada Mbak Yeni
133
133. Ani Menghilang
134
134. Kepergian Ani
135
135. Terpuruk
136
136. Kesenangan Dalam Permainan
137
137. Bersama Adit
138
138. Rena Pergi
139
139. Kehadiran Ibu
140
140. Jalan Dengan Adit
141
141. Masuk Tim Kota
142
142 . Merindukan Ani
143
143. Kemenangan Kedua
144
144. Rekayasa Kematian
145
145. Alasan David
146
146. Buku Taktik
147
147. Kemenangan Kota Kelahiran
148
147. Surat Dari Adit
149
149. Sambutan
150
150. Suami Ibu
151
151. Penderitaan Ibu
152
152. Peretasan Data
153
153. Undangan Timnas Putri
154
154. Berpamitan
155
155. Semua Salahku
156
156. Terpaksa Pergi
157
157. Fans David
158
158. Lolos Timnas
159
159. Bertanding Di Luar Negeri
160
160. Kekalahan
161
161. Kesalahpahaman
162
162. Kaira
163
163. Sambutan Meriah
164
164. Pertemuan
165
165. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!