3. Mengintip latihan bola

2 jam berlalu, aku berpamitan pada Riki untuk segera pulang. Padahal aku pergi ke lapangan sepak bola untuk latihan. Aku tidak ingin dia tau, takutnya nanti dia akan menertawaiku.

*bruk, bruk, bruk*

"Haduhhh, capek juga ternyata" Istirahat sebentar mungkin lebih baik untuk melanjutkan perjalanan. Keringat bercucuran di dahi sehingga tanganku tak kualahan menahannya. Padahal belum juga separuh perjalanan sudah capek.

Hidungku mencoba mengatur pernafasan agar stabil. Jedag-jedug di dada semakin berisik karena terlalu terkejut berlari dengan rasa terburu buru. Setelah istirahat 2 menit untuk menstabilkan pernafasan, aku kembali berlari karena takut ketinggalan melihat latihan sepak bola.

Di waktu yang singkat, ide ku tiba-tiba datang untuk menuntun arah melewati persawahan agar lebih cepat sampai ke lapangan sepak bola.

Jalan yang kecil didampingi tempat peraiaran persawahan di samping kanan kiri. Langkahku terus saja berlari dan konsentrasi melihat jalan walaupun sesekali terjatuh dan terpeleset masuk ke pengairan sawah. Untung saja hanya kaki dan celana saja yang basah, setidaknya aku tidak masuk angin terlalu cepat hehehe.

Lompatan demi lompatan, membawaku sampai juga ke lapangan. Inilah lapangan terdekat yang aku tau saat ini, karena disana banyak anak-anak yang di usianya sekitar 7 tahun hingga 15 tahun dilatih disini.

"Sepertinya itu pelatih yang memberikan arahan, lebih baik aku mendengarkan secara sembunyi" Lubang sungai tanpa air sangat cocok untuk aku duduk sambil mendengarkan arahan dari pelatih yang jaraknya cukup dekat denganku.

"Selamat sore anak-anak, hari ini kita akan berlatih sepak bola dan sebelumnya mari kita berdoa sesuai agama masing-masing agar diberikan kemudahan saat berlatih" Spontan aku ikut berdoa bersama mereka.

"Berdoa selesai"

Setelah berdoa selesai, pelatih itu sepertinya memberikan arahan, tapi aku tidak mendengarnya dengan jelas karena angin mengubah arah jadi tidak bisa lagi aku mendengarkan dengan jelas. Sekarang hanya bisa melihat saja apa yang akan mereka lakukan selanjutnya, agar aku bisa mengikutinya.

Pertama-tama mereka semua berlari di lalangan sebanyak 5 kali puraran, mungkin itu pemanasan awal yang biasa mereka lakukan. Haduh, jangankan 5 putaran, paling setengah putaran kaki aku sudah mengibarkan bendera putih.

"Eh tapi gak boleh nyerah, mungkin ini adalah awal aku untuk belajar". Seketika aku mengingat kembali perkataan kakek tua di dalam mimpi itu, bahwa harus bersiap diri walaupun fisik menjadi awalan untuk bertahan menjadikan tumpuan permulaan.

Berarti tidak perlu ada bola dahulu untuk bermain sepak bola. Tapi harus mempersiapkan fisik biar tidak lemas saat di terjang. Setelah mereka berlari, lalu melakukan pemanasan kaki, tangan kepala hingga seluruh badan.

"Kalo pemanasan seperti ini mah gampang, di sekolah setiap ada pelajaran olahraga selalu melakukan pemanasan seperti itu jadi tidak membuatku terkejut hehehe". Tiba-tiba fokus ku menghilang saat melihat salah satu anak laki-laki diantara kerumunan.

lelaki itu memiliki ciri-ciri kulit putih, hidung mancung dan matanya tidak terlalu sipit dan juga tidak terlalu lebar jadi sedang-sedang saja. Badannya kurus berisi dengan tinggi sekitar 160 cm. Membuatku tak asing dengan dirinya, pikiranku melayang terbang kembali untuk mengingat siapa anak itu.

"Oh iya, dia" Ucapku yang terlalu kencang lalu kembali menutup mulut dengan spontan. aku lupa bahwa saat ini sedang melakukan persembunyian untuk mengetahui tentang bola. Akhirnya aku juga mengingat bahwa dia adalah anak laki-laki yang menolongku saat terjatuh di lapangan pertandingan yang diadakan di belakang sekolah saat itu.

Aku tidak mengerti apakah ini takdir yang menemukan aku kembali dengan dia. Tapi asik juga, kelihatannya dia adalah seorang yang baik karena pada saat semua nenertawakanku, hanya dia yang rela mengulurkan tangannya padaku. Untuk membantu bangkit saat terjatuh. Sayang sekali aku tidak tau namanya, apa mungkin dia melakukan latihan sepak bola disini.

Jika memang benar, berarti kita satu kota. Bagus juga bila dipikir, karena aku ingin belajar dengannya. Tapi sayang sekali nyaliku ciut, karena dia laki-laki dan aku perempuan. Tidak ada ikatan pertemanan yang membuat diri ini jadi canggung.

Sudahlah, lebih baik mencari tau sendiri tentang bola dan menekuni apa yang aku cari. Bila yang aku cari tidak ada maka aku akan mencarinya kembali hingga ketemu, maksudku adalah tentang bola.

Banyak sekali mode latihan yang mereka peragakan. Mulai dari pemanasan, peregangan otot dan yang terakhir latihan oper bola. Bola ditendang dari kaki ke kaki, lalu di tahan oleh teman lainnya. Dan yang paling aku suka pada saat dilakukan pertandingan bola itu seakan melekat di kaki tapi bagaimana bisa?.

Pertanyaan yang masih belum ada jawabannya. Mungkin besok atau lain hari aku akan mengetahui triknya. Latihan mereka cukup lama, membuat aku cukup kesal. Karena banyak semut yang menggigit hingga kulitku merah-merah dan gatal.

Memang sih menikmati latihan saat ini, tapi tidak dengan semut yang mencari perkara. Ingin rasanya aku sentil sarangnya tapi takut mereka marah dan membuat formasi berubah bentuk menjadi manusia. "Hiiiii, ngeri sekali".

*prittttt* pluit panjang dibunyikan. Semua pemain berkumpul kembali di tempat semula mereka datang. Duduk tenang mendengarkan perkataan dari pelatih.

" Latihan sore cukup sampai disini saja, kita akan lanjutkan latihan lusa"

"Baik coach" Jawabnya serempak.

"Oh iya, kalian jangan pernah malas untuk berlatih agar kelak bisa masuk ke timnas, semangat" Ucapnya sambil memberikan semangat ada anak didiknya.

"Baik coach, semangat" jawab semuanya dengan serentak

"Baik kita akhiri pertemuan saat ini dengan berdoa menurut agama kalian masing-masing, berdoa mulai" Semua menundukkan kepala begitu juga aku mengikutinya untuk berdoa. Padahal aku sendiri tidak ikut latihan, tapi namanya berdoa bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun yang kita mau.

"Selesai"

"Alhamdulillah". Semua pemain berkemas diri untuk pulang. Satu-persatu berpamitan kepada sang pelatih lalu bergegas untuk pulang.

Bibirku tersenyum melihat semua, walaupun lumayan lama melihat latihan mereka tapi setidaknya aku mempunyai hal baru untuk aku pelajari serta aku lakukan. Saat aku rasa semua sudah pergi, aku bergegas masuk ke lapangan untuk mencoba berinteraksi dengan rumput-rumput disana. dengan telanjang kaki aku percaya diri berada di tengah lapangan.

Ternyata ada rasa senang sendiri berlatih disini. Meskipun tempatnya berdekatan dengan sawah dan laut, lapangan ini tidak kalah dengan lapangan lainnya. Rumputnya juga tidak banyak yang botak, jadi kalo aku berlatih terus lelah bisa saja rumput ini menjadi tempatku untuk istirahat.

Kakiku sudah bersiap untuk berlari seperti yang mereka lakukan tadi. Baru saja 1 kali putaran mengelilingi lapangan, nafasku merengek untuk berhenti berlari. Suara degap-degup semakin kencang. Nafas terengah-engah dan mencoba duduk untuk menstabilkan kembali.

"Haduh, baru saja lari sudah berhenti, ya sudah deh sekarang ganti pemanasan saja biar mudah" Ucapku bergumam sendiri di lapangan yang sepi. Melakukan pemanasan sesuai dengan apa yang mereka lakukan tadi membuatku lupa akan waktu. Hingga senja berpamit akan menghilang dan aku masih saja sibuk dengan latihan sendiri.

Suara burung bersautan menyambut senja yang akan pergi. Akhirnya aku sadar bahwa waktu akan berakhir petang. Sejenak duduk lalu bersandar di pohon besar. Menatap langit yang ingin berubah petang. Lalu menatap kembali pada senja yang ingin pergi.

"Hai senja, sudahkah kau lihat aku latihan saat ini kan. Nanti bila aku sudah berhasil kau harus bilang pada dunia bahwa dirimulah saksi bisu ku" Berharap senja juga mengangguk saat aku berbincang dengannya.

"Oh iya langit, aku yakin tidak akan ada yang mustahil bukan? Karena aku tau semua butuh proses serta berjalan beriringan dengan doa yang aku panjatlan pada Tuhanku". Aku segera bergegas pergi untuk pulang. Tapi arah pulangku melewati jalanan beraspal. Karena aku takut bila melewati persawahan akan ada binatang buas, seperti ular umpamanya.

Sambil melatih pernafasan, aku pulang dengan berlari kecil. Berharap aku bisa belajar mengatur pernafasan jantung. Agar saat aku berlatih berlari, jantungku tidak berdegup kencang seperti layaknya genderang perang yang ditabuh.

Perjalanan yang cukup melelahkan, tubuh bau dengan guyuran keringat saat latihan. Badan lumayan capek karena awal dari pemanasan berlatih sendiri. Dan waktunya pulang ke rumah untuk beristirahat dan bersantai, lalu tidur agar besok tidak lupa untuk semangat bersekolah. Karena tidak ada yang lebih penting dari pendidikan. Maka kita harus mengutamakan pendidikan yang akan kita genggam seumur hidup.

*klek* pintu rumah terbuka, segera aku masuk lalu menghempaakan diri di lantai untuk mencari kesejukan alami. Berdiam sejenak untuk mengistirahatkan tubuh yang lelah. Mengambil nafas sedikit demi sedikit agar menjadi beraturan. Beberapa menit kemudian aku bergegas untuk membersihkan diri lalu bersiap memasak makan malam.

"Ahhh, Lama-lama aku rindu juga dengan ibu" Ku lemparkan spatula di tangan. Lalu menatap dinding yang terpampang foto kami berdua dengan senyuman yang begitu lebar. Aku sadar bahwa saat ini adalah waktu yang berbeda dari hal yang dulu.

Ibu sudah sibuk dengan dirinya sendiri untuk mencari uang membiayai sekolahku. Tapi aku saat ini sangat ingin berada di samping ibu. Dimanja dan tertawa, merebahkan tubuh dan meletakkan kepalaku di pangkuan ibu. Sambil bercerita tentang hari kemarin, hari ini ataupun hari esok.

"Bu bosan sekali hari-hariku" Tidak terasa air mata kembali metes melalui pipi-pipi.

"Tidak-tidak, aku anak kuat jadi tidak boleh cengeng" Tangan kecilku kembali membereskan semua tetesan air mata yang terjatuh. Lalu kembali bergegas untuk memasak dengan bahan-bahan seadanya yang ada di dalam kulkas. Setelah semua selesai, aku belajar dan tidak terasa terlelap dalam gelapnya kesunyian.

"Kukuruyuk" Suara ayam di subuh hari membangunkan ku untuk melakukan hal seperti biasanya. Beribadah, berkemas diri, memasak, makan dan berangkat ke sekolah. Ibu selalu memberikan uang saku di atas meja. Terkadang ia memberi 10.00, bahkan 15.000 tapi bila sudah lupa maka uang saku itu tidak ada.

Uang itu cukup untuk meredakan lapar ku di sekolah, karena siang hari aku jarang memasak dan memilih untuk membeli makanan pengganjal perut di sekolah.

Hari ini aku ingin pergi ke perpustakaan untuk mencari buku tentang bola. Nanti pada jam istirahat, akan aku manfaatkan waktu itu untuk ke perpustakaan walaupun sebentar. Mengais-ngais materi tentang bola, agar aku tau tentang bola walaupun hanya segi materi saja dahulu.

\*kringgggg\* bel istirahat tiba setelah otakku bergelut dengan pelajaran hari ini. Langkahku bergegas untuk menuju perpustakaan dan mencari apa yang aku inginkan. Jika kalian bertanya mengapa aku selalu sendiri di sekolah?

Benar sekali, aku tidak memiliki teman yang selalu bergandengan. Tapi hanya ada satu teman, itupun anak laki-laki. Namanya ari anak kutu buku yang selalu saja tertarik untuk menyentuh buku. Hobinya adalah belajar dan belajar, jadi tidak mungkin juga ia akan tau tentang bola jika aku bertanya padanya. Meski kami berbeda antara langit dan bumi, kami selalu bersama.

Aku bisa dibilang bumi karena tidak pernah mendapatkan nilai terbaik di kelas. Sedangkan ari adalah langit yang selalu mendapatkan nilai terbaik dari satu sekolahnya dulu hingga saat ini. Tapi yang terbaik dari kami berdua adalah saling melengkapi, karena kami tidak pernah mengungkit kekurangan tapi selalu menutupinya dengan kelebihan yang dimiliki.

Manusia adalah hal yang paling baik apabila membuang kekurangannya dan ia lengkapi dengan pelukan hangat dari berbagai penjuru kelebihan yang dimiliki. Tanpa ada rasa dendam ataupun benci, karena sejatinya manusia tidak akan pernah hidup sendiri walaupun dikelilingi banyak harta di dunia ini. Saling membutuhkan adalah kata yang tepat dari bibirku, dan begitupun sama juga dengan nurani Ari.

Aku tidak suka berteman dengan anak perempuan di sekolah ini. Karena mereka selalu berteman dengan membentuk geng. Jika kita tidak cocok maka akan mereka tinggalkan dan mencari siswa lainnya untuk dijadikan geng mereka.

Jujur aku tidak suka dengan sifat mereka atau mungkin karena aku yang terlalu tidak suka dengan peraturan geng dari masing-masing kelompok yang mereka buat. Ah sudahlah, lagipula aku masih memiliki Ari teman ku yang sangat perhatian. Walau terkadang perhatiannya teralih pada buku-bukunya. Tapi dia tetap saja menganggapku teman.

\*klek\* ku buka pintu perlahan di perpustakaan. Memasuki ruangan yang sangat nyaman untuk belajar. Karena baru pertama kalinya aku kesini. Sebelumnya ari sering mengajakku berkunjung ke perpustakan tapi aku tidak mau karena tidak ingin perang terus bersama pelajaran.

"Buku yang ada dikelas saja membuatku pusing apalagi buku di dalam perpustakaan" Pikirku saat itu.

"Di tulis namanya dulu ya nak" ucap guru penjaga perpustakaan sambil menyodorkan pulpen dan buku besar di atas meja.

"Baik bu" Pantas saja bila banyak yang datang kesini, selain tempatnya nyaman guru nya juga cantik serta tutur katanya lembut sekali membuat hati menjadi nyaman belajar. Menyesal sekali aku, karena tidak pernah mau jika di ajak ari pergi kesini. Ah sudahlah, biarlah itu berlalu. Biar mulai sekarang aku akan memasukinya.

~~~ BERSAMBUNG ~~~

Episodes
1 1. Pertemuan dengan bola
2 2. Terserempet Motor
3 3. Mengintip latihan bola
4 4. Pertemuan dengan David
5 5. Lelaki asing bersama ibu
6 6. Mengajak Riki menonton bola
7 7. Amarah ibu padaku
8 8. Aku dan kesunyian
9 9. Ibu masih menyayangiku?
10 10. Ari sahabat terbaik
11 11. Pemandangan Minggu yang indah
12 12. Ibu pergi meninggalkanku
13 13. Menerima kehidupan
14 14. Senyuman dari hujan dan David
15 15. Pertandingan bola pertama
16 16. Pertandingan sekolah
17 17. awal pertandingan tarkam
18 18. Menikmati bakso pak Ali
19 19. Kelulusan Sekolah
20 20. Kesedihan Yuri
21 21. Wisuda yang sepi
22 22. Belanja Ke Pasar Besar
23 23. MOS Sekolah Baru
24 24. Ari Di Gigit Ular
25 25. Hukuman Lari
26 26. Aku Terluka
27 27. Masuk Rumah Sakit
28 28. Libur yang membosankan
29 29. Terkunci di Gudang
30 30. Kak Dika Suka Padaku?
31 31. Kesalahan Ana Dalam Tim
32 31. Pertandingan Pertama Menyamakan Skor
33 33. Bertemu Ibu
34 34. Gelang Persahabatan
35 35. Kemenangan Tim Kami
36 36. Mundur Dari Tim
37 37. Masuk Semi Final
38 38. Kericuhan Sekolah
39 39. Demo di Sekolah
40 40. Klub Malam
41 41. Cidera
42 42. Kepanikan Ibu dan Bapak
43 43. Pertengkaran Sengit
44 44. Skorsing
45 45. Belajar Berjalan
46 46. Kecurigaan Pada Rena
47 47. Hadiah Dari Yuri dan Ari
48 48. Kenaikan Kelas
49 49. Rem Blong
50 50. Bayangan Hitam
51 51. Tenggelam
52 52. Pertolongan Yuri
53 53. Menikmati Senja
54 54. Siswa Baru Lagi
55 55. Dia Tidak Mengenaliku
56 56. Rena Yang Licik
57 57. Berlatih Dengan David
58 58. Bolos Sekolah
59 59. Terjatuh Dalam Pelukan David
60 60. Doni Yang Malang
61 61. Kumpulan Orang Jahat
62 62. Penyamaran
63 63. Fitnah Rena
64 64. CCTV Rusak
65 65. Semangat Untuk Pemain
66 66. Jodoh David
67 67. Doni Menyatakan Cinta
68 68. Berhasil Merekam
69 69. Mulut Beracun
70 70. Mencium Aspal
71 71. Mencari Belalang
72 72. Jersey Timnas
73 73. Preman Pasar
74 74. Ari Menjadi Saksi
75 75. Permainan Yang Buruk
76 76. Berlatih Keras
77 77. Hinaan
78 78. Nomor Ponsel Ibu
79 79. Menunggu Pacarku
80 80. Undangan Dari Kak Dika
81 81. Rahasia Menyakitkan
82 82. Kasih Sayang Bapak
83 83. David yang Dulu
84 84. Keluarga Kecil
85 85. Menghibur Bapak
86 86. Terkunci
87 87. Cemburu
88 88. Foto Klub Malam
89 89. Bunuh Diri?
90 90. Vidio Rena
91 91. Rena Pendiam
92 92. Ari Adalah Hacker
93 93. Ayah Tiri Yuri?
94 94. Menjadi Detektif
95 95. Rena Bunuh Diri?
96 96. Mendapatkan Bukti
97 97. Ayah Tertabrak
98 98. Ayah Kritis
99 99. Pelajaran Untuk Adel
100 100. POV David
101 101. Lamaran Mama Yuri
102 102. Menggagalkan rencana lelaki jahat
103 103. Membalas Ari dan Yuri
104 103. Berpamitan Ke luar Kota
105 105. Ban Bus Bocor
106 106. Lapangan Kambing
107 107. Jangan tertunduk
108 108. Penghianat Tim
109 109. Senam Pagi
110 110. Kemenangan Telak
111 111. Penjahat Otak Kosong
112 112. Pertarungan Konyol
113 113. Pertolongan Mereka
114 114. Rani Dikeluarkan Dari Klub
115 115. Lolos Ke Babak Selanjutnya
116 116. Kalung Dari David
117 117. Bertemu Ana
118 118. Mengalahkan Ana
119 119. Pengakuan Bela
120 120. Obat Terlarang
121 121. Liburan
122 122. Sang Bintang
123 123. Senja di Pantai
124 124. Bertemu Mereka
125 125. Keluarga Ibu
126 126. Kelakuan Boby
127 127. Ayah Ke Luar Negeri
128 128. Kesedihan Menghilang
129 129. Bolos Sekolah
130 130. Tembus Tim Kota
131 131. Ulang Tahunku
132 132. Pembalasan pada Mbak Yeni
133 133. Ani Menghilang
134 134. Kepergian Ani
135 135. Terpuruk
136 136. Kesenangan Dalam Permainan
137 137. Bersama Adit
138 138. Rena Pergi
139 139. Kehadiran Ibu
140 140. Jalan Dengan Adit
141 141. Masuk Tim Kota
142 142 . Merindukan Ani
143 143. Kemenangan Kedua
144 144. Rekayasa Kematian
145 145. Alasan David
146 146. Buku Taktik
147 147. Kemenangan Kota Kelahiran
148 147. Surat Dari Adit
149 149. Sambutan
150 150. Suami Ibu
151 151. Penderitaan Ibu
152 152. Peretasan Data
153 153. Undangan Timnas Putri
154 154. Berpamitan
155 155. Semua Salahku
156 156. Terpaksa Pergi
157 157. Fans David
158 158. Lolos Timnas
159 159. Bertanding Di Luar Negeri
160 160. Kekalahan
161 161. Kesalahpahaman
162 162. Kaira
163 163. Sambutan Meriah
164 164. Pertemuan
165 165. Tamat
Episodes

Updated 165 Episodes

1
1. Pertemuan dengan bola
2
2. Terserempet Motor
3
3. Mengintip latihan bola
4
4. Pertemuan dengan David
5
5. Lelaki asing bersama ibu
6
6. Mengajak Riki menonton bola
7
7. Amarah ibu padaku
8
8. Aku dan kesunyian
9
9. Ibu masih menyayangiku?
10
10. Ari sahabat terbaik
11
11. Pemandangan Minggu yang indah
12
12. Ibu pergi meninggalkanku
13
13. Menerima kehidupan
14
14. Senyuman dari hujan dan David
15
15. Pertandingan bola pertama
16
16. Pertandingan sekolah
17
17. awal pertandingan tarkam
18
18. Menikmati bakso pak Ali
19
19. Kelulusan Sekolah
20
20. Kesedihan Yuri
21
21. Wisuda yang sepi
22
22. Belanja Ke Pasar Besar
23
23. MOS Sekolah Baru
24
24. Ari Di Gigit Ular
25
25. Hukuman Lari
26
26. Aku Terluka
27
27. Masuk Rumah Sakit
28
28. Libur yang membosankan
29
29. Terkunci di Gudang
30
30. Kak Dika Suka Padaku?
31
31. Kesalahan Ana Dalam Tim
32
31. Pertandingan Pertama Menyamakan Skor
33
33. Bertemu Ibu
34
34. Gelang Persahabatan
35
35. Kemenangan Tim Kami
36
36. Mundur Dari Tim
37
37. Masuk Semi Final
38
38. Kericuhan Sekolah
39
39. Demo di Sekolah
40
40. Klub Malam
41
41. Cidera
42
42. Kepanikan Ibu dan Bapak
43
43. Pertengkaran Sengit
44
44. Skorsing
45
45. Belajar Berjalan
46
46. Kecurigaan Pada Rena
47
47. Hadiah Dari Yuri dan Ari
48
48. Kenaikan Kelas
49
49. Rem Blong
50
50. Bayangan Hitam
51
51. Tenggelam
52
52. Pertolongan Yuri
53
53. Menikmati Senja
54
54. Siswa Baru Lagi
55
55. Dia Tidak Mengenaliku
56
56. Rena Yang Licik
57
57. Berlatih Dengan David
58
58. Bolos Sekolah
59
59. Terjatuh Dalam Pelukan David
60
60. Doni Yang Malang
61
61. Kumpulan Orang Jahat
62
62. Penyamaran
63
63. Fitnah Rena
64
64. CCTV Rusak
65
65. Semangat Untuk Pemain
66
66. Jodoh David
67
67. Doni Menyatakan Cinta
68
68. Berhasil Merekam
69
69. Mulut Beracun
70
70. Mencium Aspal
71
71. Mencari Belalang
72
72. Jersey Timnas
73
73. Preman Pasar
74
74. Ari Menjadi Saksi
75
75. Permainan Yang Buruk
76
76. Berlatih Keras
77
77. Hinaan
78
78. Nomor Ponsel Ibu
79
79. Menunggu Pacarku
80
80. Undangan Dari Kak Dika
81
81. Rahasia Menyakitkan
82
82. Kasih Sayang Bapak
83
83. David yang Dulu
84
84. Keluarga Kecil
85
85. Menghibur Bapak
86
86. Terkunci
87
87. Cemburu
88
88. Foto Klub Malam
89
89. Bunuh Diri?
90
90. Vidio Rena
91
91. Rena Pendiam
92
92. Ari Adalah Hacker
93
93. Ayah Tiri Yuri?
94
94. Menjadi Detektif
95
95. Rena Bunuh Diri?
96
96. Mendapatkan Bukti
97
97. Ayah Tertabrak
98
98. Ayah Kritis
99
99. Pelajaran Untuk Adel
100
100. POV David
101
101. Lamaran Mama Yuri
102
102. Menggagalkan rencana lelaki jahat
103
103. Membalas Ari dan Yuri
104
103. Berpamitan Ke luar Kota
105
105. Ban Bus Bocor
106
106. Lapangan Kambing
107
107. Jangan tertunduk
108
108. Penghianat Tim
109
109. Senam Pagi
110
110. Kemenangan Telak
111
111. Penjahat Otak Kosong
112
112. Pertarungan Konyol
113
113. Pertolongan Mereka
114
114. Rani Dikeluarkan Dari Klub
115
115. Lolos Ke Babak Selanjutnya
116
116. Kalung Dari David
117
117. Bertemu Ana
118
118. Mengalahkan Ana
119
119. Pengakuan Bela
120
120. Obat Terlarang
121
121. Liburan
122
122. Sang Bintang
123
123. Senja di Pantai
124
124. Bertemu Mereka
125
125. Keluarga Ibu
126
126. Kelakuan Boby
127
127. Ayah Ke Luar Negeri
128
128. Kesedihan Menghilang
129
129. Bolos Sekolah
130
130. Tembus Tim Kota
131
131. Ulang Tahunku
132
132. Pembalasan pada Mbak Yeni
133
133. Ani Menghilang
134
134. Kepergian Ani
135
135. Terpuruk
136
136. Kesenangan Dalam Permainan
137
137. Bersama Adit
138
138. Rena Pergi
139
139. Kehadiran Ibu
140
140. Jalan Dengan Adit
141
141. Masuk Tim Kota
142
142 . Merindukan Ani
143
143. Kemenangan Kedua
144
144. Rekayasa Kematian
145
145. Alasan David
146
146. Buku Taktik
147
147. Kemenangan Kota Kelahiran
148
147. Surat Dari Adit
149
149. Sambutan
150
150. Suami Ibu
151
151. Penderitaan Ibu
152
152. Peretasan Data
153
153. Undangan Timnas Putri
154
154. Berpamitan
155
155. Semua Salahku
156
156. Terpaksa Pergi
157
157. Fans David
158
158. Lolos Timnas
159
159. Bertanding Di Luar Negeri
160
160. Kekalahan
161
161. Kesalahpahaman
162
162. Kaira
163
163. Sambutan Meriah
164
164. Pertemuan
165
165. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!