4. Pertemuan dengan David

Baru saja aku memasuki ruangan utama, yang berisi banyak buku di rak-rak tertata rapi. Terkejut bukan main karena baru saja pertama melangkah, aku sudah disambut ribuan buku. Asik sekali ruangannya, bahkan di langit-langit juga tergantung kan kata-kata indah tentang buku.

*buku adalah hidupmu, di dalamnya banyak pelajaran yang kau lalui*

*buku adalah tempat mimpi yang perlahan engkau gapai*

*buku adalah teman yang membuatmu hidup*

Pantas saja ari selalu kesini, karena banyak sekali kata-kata penyemangat yang tertulis dan ditata rapi. Lain kali aku akan ikut dengan ari ke perpustakaan. Hitung-hitung mencari teman baru di dalam buku. Yang terpenting bukan buku pelajaran saja yang aku baca.

Saat langkahku berjalan menuju rak-rak buku, mataku tertuju pada salah satu kata-kata yang tertempel di dinding rak.

*buku adalah ketenangan dan kesunyian yang membuatmu nyaman meraih bintang* kata-kata yang indah dan sangat cocok denganku.

Karena aku selalu berteman sunyi dan sepi. Mungkin aku bisa belajar dari kesunyian agar kelak bisa meraih bintang walaupun banyak cacian orang serta tanpa dukungan yang nyata oleh orang yang aku sayang.

"Olahraga, olahraga, hmmmm. Nah ini dia bukunya" gumamku mencari buku tentang olahraga yang terletak di rak paling ujung. berbagai buku macam-macam buku terlihat asik saat aku menatapnya sambil menimang-nimang salah satu buku.

Bukunya terlihat menarik, rapi tapi aku tidak tau hal apa saja yang tertata di dalam rak ini. Setelah aku baca judul satu persatu, banyak sekali buku tentang olahraga. Ada yang tentang bola voli, bola futsal, badminton, pencak silat dan masih banyak lagi.

Tapi yang aku cari bukanlah buku itu melainkan salah satu buku yang berisi tentang sepak bola. Bibirku melebarkan senyum kesenangan, karena apa yang aku cari sudah ada di depan mata. Segera aku mencari tempat duduk untuk membaca dan mencari tau tentang bola.

"Nah, akhirnya dapat juga"

"Sssstttt, jangan berisik" Ucap salah satu siswa yang ada di sampingku. Padahal aku menggunakna suara hati, yang sudah jelas sangat pelan dan tidak berisik. Sungguh mengesalkan sekali orang yang sok pendiam.

"Bibirku udah diam, telingamu saja yang terlalu besar" kesalku padanya dan langsung bergegas pergi mencari tempat baru.

"Lama-lama aku pukul juga dia, ngeselin sekali" Gumamku pada udara yang tiada teman bicara.

Segera aku menemukan tempat duduk dan mencoba untuk fokus membaca dan menggali tentang sepak bola. Membaca judul terlebih dahulu, lalu membaca penulis serta daftar isi. Padahal itu bukanlah hal penting untuk dibaca. Tapi perlu mencari tau latar belakang bukunya juga sih,, issss gaya-gaya ku yang sok menjadi anak pintar hehehehe.

Lembaran demi lembaran aku buka satu persatu, lalu menemukan bagian-bagian dari sepak bola. Tentang posisi pemain serta tugas-tugasnya.

"Ah susah juga untuk menghafal, lebih baik aku menulisnya saja" Gumamku sambil membuka lembaran buku putih yang aku bawa. Perlahan aku tuangkan coretan tinta membentuk huruf-huruf indah agar enak untuk aku baca. Aku menulis mulai dari tugas penjaga gawang, bek, gelandang, serta penyerang.

Itupun hanya bagian tertentu saja, sedangkan dilapangan akan dibagi lagi menjadi beberapa bagian seperti sayap kanan, sayap kiri, dan masih banyak lagi lainnya. Inti yang paling utama adalah pemain bola berjumlah 11 dan tidak lebih.

*kringgg* tidak terasa bel masuk berbunyi. Pikirku kembali melayang, jika buku ini aku pinjam dan dibawa pulang maka takut bila ibu mengetahui. Tapi aku masih belum selesai membacanya dengan jelas. Hmmm, lebih baik besok saja aku akan kembali lagi ke perpustakaan.

"Key key, kamu ngapain disini" Tegur ari saat aku keluar dari perpustakaan.

"Hmm, anu aku lagi baca buku lah" Sambil melemparkan senyum pada ari.

"Tumben sekali, pantas saja pas istirahat tadi kamu terburu-buru tanpa ngomong ke aku" sahutnya

"Oh iya soalnya aku juga ingin pintar seperti kamu Ari"

"Ih, kamu key bisa aja. Ya sudah ayo kita ke kelas bel masuk telah berbunyi" Kami berdua berjalan ke kelas sambil tertawa seperti biasa. Ari juga bercerita bahwa tadi ia pergi ke kantin untuk makan. Ari juga ingin mengajakku tapi sayangnya tadi setelah bel berbunyi langkah ini langsung bergegas menuju perpustakaan jadi tidak ada waktu berbicara dengan Ari.

Pelajaran dimulai seperti biasa menulis dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. "Key" Ari mengganggu konsentrasiku yang sedang sibuk memikirkan tentang bola.

"Apa" Tatapku dengan wajah tidak ramah.

"Kamu masih saja jualan koran key?" Sejenak aku terdiam. Mungkin ari kembali melihat aku berjualan akhir-akhir ini. Padahal aku sudah menyembunyikannya agar tidak ada yang tau.

Sambil menghela nafas aku menatap ari.

"iya ri, kamu udah tau ya" jawabku agak ragu dan malu padanya

"Kenapa kamu jualan lagi?"

"Sudahlah jangan dibahas, kita masih belajar takutnya kita kena marah lagi" Sahutku yang ingin membungkam pertanyaan ari.

Sebenarnya ari mengetahui bahwa aku sudah berhenti berjualan koran. Padahal aku kembali berjualan akhir-akhir ini untuk membeli sesuatu yang aku inginkan yaitu bola. Tapi aku hanya bisa terdiam dan tidak ingin memberitahu ari.

"Key, kalau kamu punya masalah cerita ya sama aku. Siapa tau aku bisa bantu kamu key" Tatapan itu lagi-lagi meyakinkan tentang rasa saling melindungi dalam persahabatan. Tidak adil rasanya bila hanya satu orang sahabat saja yang menjadi penopang sedangkan satu lainnya hanya bisa menjadi benalu, yaitu aku.

"Tidak apa-apa, aku baik saja kok" Jawabku sambil tersenyum pada ari untuk menandakan aku baik-baik saja. Meskipun itu hanya ilustrasi yang tidak benar keadannya.

Hingga akhir pelajaran tiba aku tetap saja berdiam diri dan fokus dengan apa yang aku pelajari tentang bola. Suruh siapa meletakkan pelajaran matematika di bagian akhir yang membuatku ditemani kantuk.

Akhirnya aku tidak mempedulikannya karena membuat burung-burung akan berterbangan bila terus saja aku pikirkan. Beda dengan ari yang selalu diselingi kebahagiaan saat pelajaran matematika datang. Sepertinya ari tidak pernah membenci pelajaran apapun, kecuali pelajaran Olahraga.

"Baik anak-anak, kita selesai sampai disini dan besok akan ibu lanjutkan lagi"

"Baik bu, Terima kasih" Jawaban serentak satu kelas. Semua siswa langsung bergegas untuk segera pulang. Aku dan ari secara bersamanya bergegas keluar dari kelas.

"Eh, eh, eh bentar dulu dong kok buru-buru amat" Suara yang tidak asing aku dengar di telinga. Suara cempreng yang suka membuat kekacauan dan kegaduhan dimanapun ia berada.

"Kita mau pulang yuri" Jawab ari pada yuri dengan nada agak ketakutan.

Yuri adalah ketua geng yang suka merundung anak-anak lemah tapi dia bodoh. Dia memiliki 4 anggota dalam gengnya yaitu dina, Ratih, yuri dan bela. Aku selalu diam jika mereka merundung, tapi kali ini aku akan melawan dan tidak ingin menjadi orang terlemah dalam pandangan mereka.

"Jangan buru-buru dong, nih bawain dulu tas aku" Senyum licik ku mulai mencuat. Yuri dan kawan-kawan memberikan tas itu padaku dan ari. Tanpa banyak bicara aku langsung merampas tas yang di gendong ari. Sekarang tas ini sudah dalam genggamanku jadi aku bebas melakukan apapun.

*brakkkk*

"selesai" Ucapku sambil tersenyum kepada mereka. Karena tas itu sudah berakhir di dalam tong sampah.

"Apa-apaan ini, kamu gila ya" Tangannya meremas bahuku, lalu aku menghempaskan nya dengan keras.

"Memang gila" Menjawab dengan santai adalah cara yang terbaik mulai saat ini.

"Hey, kamu udah gila beneran ya key" Lagi-lagi tangan dina juga menarik rambutku dengan keras. Tanpa basa-basi tubuhku melintir dan berusaha melepaskan tangannya dengan paksa. Lalu aku mendorong tubuh dina hingga ia terkapar di atas lantai. Ari yang dari tadi tercengang mulai tersenyum dan tepuk tangan karena ia melihat apa yang aku lakukan pada geng mereka.

"Mulai hari ini, aku sama ari gak takut dengan kalian. Oh iya satu lagi, kalau kalian mau jadi preman jangan disini mendingan di terminal sana dan jangan lupa bersihin tasnya bau banget tuh" Tanganku melambai sebagai isyarat untuk meninggalkan mereka semua. Aku bergegas pergi dan ari mengekoriku ikut bergegas pergi juga dari hadapan geng mereka.

"Iihhhh, aku benci kamu key awas saja nanti akan aku balas kamu" Badanku berbalik dan hanya menjulurkan lidah dengan tatapan yang begitu menjengkelkan. Kali ini aku sudah benar-benar muak dengan perilaku mereka.

Selama aku masuk sekolah di SMP ini, mereka merundungku dengan ari dan kami hanya diam saja. Tapi kali ini aku akan melawan apapun keadaannya agar tidak dapat direndahkan oleh siapapun karena kita sama-sama manusia.

"Key hebat banget, gila" Aku hanya menatap ari dengan wajah datar. Sedangkan tatapan ari padaku sangat kagum bukan main. Karena selama ini ari tidak pernah melihat aku melakukan hal seperti itu.

Meskipun ari dan aku sudah berteman lama tapi ada hal yang belum ari ketahui tentangku. Yaitu kehidupan keluarga yang hancur tanpa tuan. begitu juga denganku yang tidak pernah mengetahui latar belakang pekerjaan keluarga ari, yang jelas mereka orang kaya.

"Udah sana pulang, itu mobil ayahmu sudah jemput" ucap ku sambil menunjuk ke mobil hitam yang parkir di depan sekolah. Ari adalah anak orang kaya yang berbanding kebalik dengan kehidupanku. Dia juga tidak tau, seperti apa keluargaku. Tapi yang jelas keluarga ari adalah impianku yang ingin memiliki ayah dan ibu sama seperti ari. Menyayangi dia dan tidak pernah meninggalkan dia sampai kapanpun.

"Yaudah key, aku duluan ya" Lambaian tangannya aku balas dengan senyuman.

"Hati-hati" Teriakku.

Aku pulang dengan melewati jalanan biasa. Tapi yang tidak biasa kali ini adalah pulang dengan berlari. Aku akan melakukan lari setiap hari pada saat pulang untuk membiasakan jantungku agar tidak terkejut bila aku berlari kencang. Hitung-hitung ini adalah langkah awal aku untuk memulai bermain bola.

Sekarang aku tau, tidak perlu memiliki bola terlebih dahulu tapi kita harus melatih fisik dan mental lalu skil yang kita asah. Mungkin begitulah awal kata dari buku yang aku baca tadi. Dan hampir sama juga bila dikaitkan dengan ucapan sang kakek dalam mimpiku saat itu.

Tapi sayangnya mimpi itu hanya kebetulan karena datangnya hanya sekali. Andai saja mimpi itu datang lagi pasti bakalan enak untukku bertanya kembali pada si kakek. Biarlah sudah, saat ini aku pulang saja.

Setiap hari aku lakukan hal biasa setelah pulang sekolah. Yaitu pulang berganti baju, lalu berganti tempat menuju jalanan untuk menjajakan koran. Meski waktu menjajakan koran hanya sedikit, setidaknya aku bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah sebagai simpanan untuk membeli bola suatu saat nanti.

Setelah berjualan koran telah usai, tidak akan aku lewatkan untuk menonton latihan di lapangan. Walaupun jarak dari lapangan dan jalanan tempat aku jualan cukup jauh, setidaknya perjalananku kesana adalah suatu cara untuk melatih fisik berlari.

Sudah seminggu aku melakukan hal tersebut, hingga sedikit demi sedikit aku hafal tentang latihan fisik yang mereka lakukan. Aku terus mengasah berlari, serta pemanasan sehingga aku sudah terbiasa. Bahkan aku juga terbiasa berlari dan sekarang jantungku tidak berdegup kencang lagi. Mungkin jantung ini sudah damai dengan caraku berlari demi mengejar mimpi.

Sore itu di hari minggu, aku kembali ke tempat lapangan latihan. Tapi sayangnya tidak ada yang latihan disana. Padahal setiap hari mereka latihan meskipun hari minggu. Tapi kenapa pada saat ini tidak ada yang latihan sedikitpun. Memang sedikit kecewa tapi setidaknya aku akan latihan sendiri dengan beberapa ilmu dan gerakan yang aku ambil dari hari kemarin.

"Satu, dua, tiga, empat, lima"

"Hey" Aku terkejut mendengar suara itu datang tiba-tiba. Aku pikir itu suara setan yang datang menemani saat aku melakukan latihan gerakan pemanasan.

"Hmmmfuuuhh" Aku menarik nafas secara dalam-dalam lalu membuangnya dengan kencang. Perlahan aku membalikkan tubuh dan melihat ke belakang.

"Kamu? " Pikirku bertanya-tanya saat melihat seseorang laki-laki yang tidak asing bagiku. Benar, itu laki-laki yang pernah menolongku saat terjatuh di lapangan. Dia juga latihan disini tapi aku tidak pernah melihatnya secara dekat apalagi berbicara empat mata saat ini bersama dia.

"Iya ini aku, kenalin namaku David dan kamu siapa" Aku menyambut salaman perkenalan darinya. Tapi rasaku masih canggung bila mengingat kejadian dilapangan pada saat itu.

"A.. Aku keyla, panggil saja key" Jawabku menahan malu saat menatap matanya.

"Aku lihat kamu sering berlatih disini saat kelompok kami selesai latihan, apakah kamu mau masuk klub bola?" Aku hanya diam dan terus menatapnya.

*plak*

"hey" Tepuk nya di bahu membuatku terkejut dan langsung memalingkan wajah ke sembarang arah.

"Kamu ngelamun?" Sejenak aku menghembuskan nafas saat David kembali bertanya. Langkahku menepi dan duduk bersandar di pohon besar yang ada di pinggir lapangan. David juga mengikutiku duduk di pohon besar. Dan hanya ada kami berdua di lapangan saat ini.

Episodes
1 1. Pertemuan dengan bola
2 2. Terserempet Motor
3 3. Mengintip latihan bola
4 4. Pertemuan dengan David
5 5. Lelaki asing bersama ibu
6 6. Mengajak Riki menonton bola
7 7. Amarah ibu padaku
8 8. Aku dan kesunyian
9 9. Ibu masih menyayangiku?
10 10. Ari sahabat terbaik
11 11. Pemandangan Minggu yang indah
12 12. Ibu pergi meninggalkanku
13 13. Menerima kehidupan
14 14. Senyuman dari hujan dan David
15 15. Pertandingan bola pertama
16 16. Pertandingan sekolah
17 17. awal pertandingan tarkam
18 18. Menikmati bakso pak Ali
19 19. Kelulusan Sekolah
20 20. Kesedihan Yuri
21 21. Wisuda yang sepi
22 22. Belanja Ke Pasar Besar
23 23. MOS Sekolah Baru
24 24. Ari Di Gigit Ular
25 25. Hukuman Lari
26 26. Aku Terluka
27 27. Masuk Rumah Sakit
28 28. Libur yang membosankan
29 29. Terkunci di Gudang
30 30. Kak Dika Suka Padaku?
31 31. Kesalahan Ana Dalam Tim
32 31. Pertandingan Pertama Menyamakan Skor
33 33. Bertemu Ibu
34 34. Gelang Persahabatan
35 35. Kemenangan Tim Kami
36 36. Mundur Dari Tim
37 37. Masuk Semi Final
38 38. Kericuhan Sekolah
39 39. Demo di Sekolah
40 40. Klub Malam
41 41. Cidera
42 42. Kepanikan Ibu dan Bapak
43 43. Pertengkaran Sengit
44 44. Skorsing
45 45. Belajar Berjalan
46 46. Kecurigaan Pada Rena
47 47. Hadiah Dari Yuri dan Ari
48 48. Kenaikan Kelas
49 49. Rem Blong
50 50. Bayangan Hitam
51 51. Tenggelam
52 52. Pertolongan Yuri
53 53. Menikmati Senja
54 54. Siswa Baru Lagi
55 55. Dia Tidak Mengenaliku
56 56. Rena Yang Licik
57 57. Berlatih Dengan David
58 58. Bolos Sekolah
59 59. Terjatuh Dalam Pelukan David
60 60. Doni Yang Malang
61 61. Kumpulan Orang Jahat
62 62. Penyamaran
63 63. Fitnah Rena
64 64. CCTV Rusak
65 65. Semangat Untuk Pemain
66 66. Jodoh David
67 67. Doni Menyatakan Cinta
68 68. Berhasil Merekam
69 69. Mulut Beracun
70 70. Mencium Aspal
71 71. Mencari Belalang
72 72. Jersey Timnas
73 73. Preman Pasar
74 74. Ari Menjadi Saksi
75 75. Permainan Yang Buruk
76 76. Berlatih Keras
77 77. Hinaan
78 78. Nomor Ponsel Ibu
79 79. Menunggu Pacarku
80 80. Undangan Dari Kak Dika
81 81. Rahasia Menyakitkan
82 82. Kasih Sayang Bapak
83 83. David yang Dulu
84 84. Keluarga Kecil
85 85. Menghibur Bapak
86 86. Terkunci
87 87. Cemburu
88 88. Foto Klub Malam
89 89. Bunuh Diri?
90 90. Vidio Rena
91 91. Rena Pendiam
92 92. Ari Adalah Hacker
93 93. Ayah Tiri Yuri?
94 94. Menjadi Detektif
95 95. Rena Bunuh Diri?
96 96. Mendapatkan Bukti
97 97. Ayah Tertabrak
98 98. Ayah Kritis
99 99. Pelajaran Untuk Adel
100 100. POV David
101 101. Lamaran Mama Yuri
102 102. Menggagalkan rencana lelaki jahat
103 103. Membalas Ari dan Yuri
104 103. Berpamitan Ke luar Kota
105 105. Ban Bus Bocor
106 106. Lapangan Kambing
107 107. Jangan tertunduk
108 108. Penghianat Tim
109 109. Senam Pagi
110 110. Kemenangan Telak
111 111. Penjahat Otak Kosong
112 112. Pertarungan Konyol
113 113. Pertolongan Mereka
114 114. Rani Dikeluarkan Dari Klub
115 115. Lolos Ke Babak Selanjutnya
116 116. Kalung Dari David
117 117. Bertemu Ana
118 118. Mengalahkan Ana
119 119. Pengakuan Bela
120 120. Obat Terlarang
121 121. Liburan
122 122. Sang Bintang
123 123. Senja di Pantai
124 124. Bertemu Mereka
125 125. Keluarga Ibu
126 126. Kelakuan Boby
127 127. Ayah Ke Luar Negeri
128 128. Kesedihan Menghilang
129 129. Bolos Sekolah
130 130. Tembus Tim Kota
131 131. Ulang Tahunku
132 132. Pembalasan pada Mbak Yeni
133 133. Ani Menghilang
134 134. Kepergian Ani
135 135. Terpuruk
136 136. Kesenangan Dalam Permainan
137 137. Bersama Adit
138 138. Rena Pergi
139 139. Kehadiran Ibu
140 140. Jalan Dengan Adit
141 141. Masuk Tim Kota
142 142 . Merindukan Ani
143 143. Kemenangan Kedua
144 144. Rekayasa Kematian
145 145. Alasan David
146 146. Buku Taktik
147 147. Kemenangan Kota Kelahiran
148 147. Surat Dari Adit
149 149. Sambutan
150 150. Suami Ibu
151 151. Penderitaan Ibu
152 152. Peretasan Data
153 153. Undangan Timnas Putri
154 154. Berpamitan
155 155. Semua Salahku
156 156. Terpaksa Pergi
157 157. Fans David
158 158. Lolos Timnas
159 159. Bertanding Di Luar Negeri
160 160. Kekalahan
161 161. Kesalahpahaman
162 162. Kaira
163 163. Sambutan Meriah
164 164. Pertemuan
165 165. Tamat
Episodes

Updated 165 Episodes

1
1. Pertemuan dengan bola
2
2. Terserempet Motor
3
3. Mengintip latihan bola
4
4. Pertemuan dengan David
5
5. Lelaki asing bersama ibu
6
6. Mengajak Riki menonton bola
7
7. Amarah ibu padaku
8
8. Aku dan kesunyian
9
9. Ibu masih menyayangiku?
10
10. Ari sahabat terbaik
11
11. Pemandangan Minggu yang indah
12
12. Ibu pergi meninggalkanku
13
13. Menerima kehidupan
14
14. Senyuman dari hujan dan David
15
15. Pertandingan bola pertama
16
16. Pertandingan sekolah
17
17. awal pertandingan tarkam
18
18. Menikmati bakso pak Ali
19
19. Kelulusan Sekolah
20
20. Kesedihan Yuri
21
21. Wisuda yang sepi
22
22. Belanja Ke Pasar Besar
23
23. MOS Sekolah Baru
24
24. Ari Di Gigit Ular
25
25. Hukuman Lari
26
26. Aku Terluka
27
27. Masuk Rumah Sakit
28
28. Libur yang membosankan
29
29. Terkunci di Gudang
30
30. Kak Dika Suka Padaku?
31
31. Kesalahan Ana Dalam Tim
32
31. Pertandingan Pertama Menyamakan Skor
33
33. Bertemu Ibu
34
34. Gelang Persahabatan
35
35. Kemenangan Tim Kami
36
36. Mundur Dari Tim
37
37. Masuk Semi Final
38
38. Kericuhan Sekolah
39
39. Demo di Sekolah
40
40. Klub Malam
41
41. Cidera
42
42. Kepanikan Ibu dan Bapak
43
43. Pertengkaran Sengit
44
44. Skorsing
45
45. Belajar Berjalan
46
46. Kecurigaan Pada Rena
47
47. Hadiah Dari Yuri dan Ari
48
48. Kenaikan Kelas
49
49. Rem Blong
50
50. Bayangan Hitam
51
51. Tenggelam
52
52. Pertolongan Yuri
53
53. Menikmati Senja
54
54. Siswa Baru Lagi
55
55. Dia Tidak Mengenaliku
56
56. Rena Yang Licik
57
57. Berlatih Dengan David
58
58. Bolos Sekolah
59
59. Terjatuh Dalam Pelukan David
60
60. Doni Yang Malang
61
61. Kumpulan Orang Jahat
62
62. Penyamaran
63
63. Fitnah Rena
64
64. CCTV Rusak
65
65. Semangat Untuk Pemain
66
66. Jodoh David
67
67. Doni Menyatakan Cinta
68
68. Berhasil Merekam
69
69. Mulut Beracun
70
70. Mencium Aspal
71
71. Mencari Belalang
72
72. Jersey Timnas
73
73. Preman Pasar
74
74. Ari Menjadi Saksi
75
75. Permainan Yang Buruk
76
76. Berlatih Keras
77
77. Hinaan
78
78. Nomor Ponsel Ibu
79
79. Menunggu Pacarku
80
80. Undangan Dari Kak Dika
81
81. Rahasia Menyakitkan
82
82. Kasih Sayang Bapak
83
83. David yang Dulu
84
84. Keluarga Kecil
85
85. Menghibur Bapak
86
86. Terkunci
87
87. Cemburu
88
88. Foto Klub Malam
89
89. Bunuh Diri?
90
90. Vidio Rena
91
91. Rena Pendiam
92
92. Ari Adalah Hacker
93
93. Ayah Tiri Yuri?
94
94. Menjadi Detektif
95
95. Rena Bunuh Diri?
96
96. Mendapatkan Bukti
97
97. Ayah Tertabrak
98
98. Ayah Kritis
99
99. Pelajaran Untuk Adel
100
100. POV David
101
101. Lamaran Mama Yuri
102
102. Menggagalkan rencana lelaki jahat
103
103. Membalas Ari dan Yuri
104
103. Berpamitan Ke luar Kota
105
105. Ban Bus Bocor
106
106. Lapangan Kambing
107
107. Jangan tertunduk
108
108. Penghianat Tim
109
109. Senam Pagi
110
110. Kemenangan Telak
111
111. Penjahat Otak Kosong
112
112. Pertarungan Konyol
113
113. Pertolongan Mereka
114
114. Rani Dikeluarkan Dari Klub
115
115. Lolos Ke Babak Selanjutnya
116
116. Kalung Dari David
117
117. Bertemu Ana
118
118. Mengalahkan Ana
119
119. Pengakuan Bela
120
120. Obat Terlarang
121
121. Liburan
122
122. Sang Bintang
123
123. Senja di Pantai
124
124. Bertemu Mereka
125
125. Keluarga Ibu
126
126. Kelakuan Boby
127
127. Ayah Ke Luar Negeri
128
128. Kesedihan Menghilang
129
129. Bolos Sekolah
130
130. Tembus Tim Kota
131
131. Ulang Tahunku
132
132. Pembalasan pada Mbak Yeni
133
133. Ani Menghilang
134
134. Kepergian Ani
135
135. Terpuruk
136
136. Kesenangan Dalam Permainan
137
137. Bersama Adit
138
138. Rena Pergi
139
139. Kehadiran Ibu
140
140. Jalan Dengan Adit
141
141. Masuk Tim Kota
142
142 . Merindukan Ani
143
143. Kemenangan Kedua
144
144. Rekayasa Kematian
145
145. Alasan David
146
146. Buku Taktik
147
147. Kemenangan Kota Kelahiran
148
147. Surat Dari Adit
149
149. Sambutan
150
150. Suami Ibu
151
151. Penderitaan Ibu
152
152. Peretasan Data
153
153. Undangan Timnas Putri
154
154. Berpamitan
155
155. Semua Salahku
156
156. Terpaksa Pergi
157
157. Fans David
158
158. Lolos Timnas
159
159. Bertanding Di Luar Negeri
160
160. Kekalahan
161
161. Kesalahpahaman
162
162. Kaira
163
163. Sambutan Meriah
164
164. Pertemuan
165
165. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!