2. Terserempet Motor

Sejenak netra ini tidak sengaja menatap seorang perempuan yang tidak asing adalah ibu. Duduk di mobil mewah bersama laki-laki yang baru. Padahal 2 hari yang lalu ibu membawa laki-laki ke rumah dan sekarang sudah berganti lagi.

Bibirku terbungkam, sedangkan hati memaksa untuk memanggilnya. Tapi hanya diam adalah salah satu kunci agar ibu tidak menanggung malu dan tau tentang keberadaanku.

"Mataku tidak salah, itu adalah ibu" gumamku sambil bersembunyi di balik pot besar taman jalanan.

Perlahan hujan semakin reda, gerimis juga beranjak pergi. Aku bersyukur karena bisa pulang ke rumah. Mengembalikan koran pada Pak Abu sang penjual koran dan berjanji besok akan kembali untuk menjajakan koran.

Ku telusuri jalanan basah dengan genangan air di mana-mana karena habis hujan. Tumpukan sampah yang menyumbat selokan perkampungan membuat air meluap rata dijalanan.

Bahkan menenggelamkan beberapa tanaman Yang ada di pinggiran. Aku tidak mengerti pada masyarakat di sini, tong sampah sudah dijajarkan rapi, dipilah antara yang basah, kering serta yang plastik. Tapi kenapa masih bisa banyak sampah berserakan di jalan.

"Entah siapa yang salah ini, apa mungkin aku catat saja agar nanti bisa aku tanyakan kembali ke ibu guru besok. Supaya aku bisa tenang setelah mendapatkan jawaban yang jelas" Pikirku, sambil kembali menelusuri jalanan yang banjir.

Aku tidak peduli walaupun air sudah meluap hingga sampai di perutku. Karena aku harus bergegas pulang supaya ibu tidak tau jika aku basah kuyup karena berjualan koran. Semakin jauh melangkah, rasanya semakin berat karena air semakin tinggi. Aku membuka sendal dan menentengnya agar tidak hanyut. Lalu kembali lagi aku menerjang banjir yang ada di depan mata.

"gila, banjirnya tinggi sekali. untung saja aku tidak hanyut" ucapku yang sudah lega karena melewati banjir dengan selamat.

Perjalanan yang seharusnya aku tempuh 10 menit malah menjadi 2 kali lipat lamanya karena banjir menghadang. Perlahan aku berhati-hati menelusuri jalanan yang tidak nampak warna aspalnya. Karena sedikit saja aku salah jalur maka akan masuk kedalam selokan. untung-untung tidak hanya utk, kalau hangat ya hilang.

Akhirnya perjalanan yang cukup panjang dan basah membawaku sampai dengan selamat di depan pintu rumah. Tapi aku harus berfikir kembali bagaimana caranya masuk kedalam agar tidak basah. Ide cemerlang datang secara tiba-tiba. Aku mengeringkan pakaian dengan cara memeras nya untuk menghilangkan air sedikit demi sedikit.

"Peras lagi key, peras lagi. ayo semangat" teriakku menyemangati diri sendiri sambil memeras baju yang terlihat masih basah. Setelah beberapa menit bajuku akhirnya kering. Lalu kaki ini bergegas memasuki rumah untuk mandi dan bersiap diri memasak makan malam dengan persedian yang sudah ada di dalam kulkas.

Setiap hari aku makan sendiri, mencuci piring sendiri dan sibuk sendiri rasanya seperti angka satu lagu dangdut Indonesia, hehehe. Setelah itu aku belajar hingga terlelap menyendiri bersama larut yang dipenuhi hembusan udara dingin. Lagi-lagi sendiri tanpa pelukan kasih tangan lembut ibu.

Setiap hari aku memasak sendiri dan mengurus diriku sendiri. Tanpa campur tangan ibu atau ayah. Terasa hampa sekali hidupku yang dipenuhi kesunyian.

Pada subuh hari aku membuka mata langsung beribadah dan memasak. Setelah itu bergegas pergi ke sekolah, sedangkan ibu masih terlelap karena ia selalu pulang malam.Terkadang ibu pulang pukul 12 malam, terkadang pulang pukul 1-5 pagi, dan bahkan ibu pernah tidak pulang. Oleh karena itu aku memasak, menyiapkan bekal, menyiapkan perlengkapan sekolah dengan sendirinya.

Berpamitan hanya pada sebuah boneka kecil yang sudah aku anggap sebagai teman, bobo namanya. Boneka beruang yang usang dimakan waktu, tapi itu adalah tanda kasih sayang yang diberikan ibu pada saat usiaku 5 tahun. Hingga saat ini dialah teman bisu yang mendengarkan curhatku tanpa balasan kata dari bibirnya.

Begitulah kegiatan yang selalu aku lakukan. Bila dibilang iri, benar aku sangat iri pada teman-temanku yang masih diperhatikan oleh orang tuanya meskipun umur mereka sudah menginjak 13 tahun. Sedangkan aku, hanya bisa menikmati lamunan saja yang tidak pernah terjadi tentang apa yang aku pikirkan.

Padahal inginku sederhana yaitu ingin dimarahi saat berbuat salah, lalu dipukul oleh ayah agar tidak mengulangi lagi. Kemudian ibu datang menghampiri memeluk dengan hangat serta memberi nasihat yang baik agar tidak mengulangi lagi. Aku juga ingin dicari saat pulang terlalu malam, ingin di bentak ayah karena tidak belajar.

Sedangkan ibu sibuk memasak di dapur untuk persediaan makan bersama. Bercerita tentang sekolah, diberikan peluk kehangatan oleh ayah saat ada petir tiba atau dimasakkan makanan yang aku suka oleh ibu. Tapi sudahlah, itu tidak mungkin aku dapatkan karena semua yang terjadi saat ini adalah nyata yaitu benar-benar kenyataan bahwa aaku sedang berdiri sendiri walaupun masih ada ibu.

Tapi semua itu tidak pernah luntur rasa sayangku pada ibu, hanya saja aku membenci ayah karena pergi tanpa pamit kepadaku. Bahkan ayah juga tidak pernah melebarkan tersenyum, serasa asing bagaikan orang lain yang tidak ada ikatan darah.

Aku tidak mengerti, apakah kelahiranku adalah masalah bagi mereka. Sedangkan diriku saja tidak tau apa yang terjadi di masa lalu. Jika memang benar aku adalah kesalahan lalu mengapa mereka tidak membunuhku saja, jika memang aku adalah biang kerok semua permasalahan ini mengapa tidak di buang saja.

Apa lagi yang harus aku jalani jika sesuatu tidak berhenti terus saja melayang tanpa sebab dalam benak yang masih dibilang cukup kecil merasakannya. Hingga saat ini hanya ibu yang aku miliki dan hanya ibu yang membiayai kehidupanku meski aku tidak mengerti apa pekerjaan ibu.

\*kringgggg\* pukul 12 siang waktu untuk pulang telah tiba. Saat ini aku masih duduk di bangku SMP kelas 1. SMP negeri yang dibilang sangat bagus untukku. Karena ini adalah permintaan ibu agar aku bisa mengenyam pendidikan yang paling terbaik.

Meskipun ibu terlihat tidak memepehatikanku secara fisik, tapi pikirnya masih terbayang tentang masa depan yang aku hadapi kelak. Tapi yang aku butuhkan bukan itu bu, hanya belai lembut kasih sayang yang tulus dari dirimu ibu. Benar sekali aku sangat rindu.

Aku pulang sendiri tanpa kendaraan yang aku tumpangi. Hanya mengandalkan kaki kecil yang mungil untuk sampai ke rumah yang jaraknya cukup jauh sekitar 1 km saja. Bila dilalui menggunakan kendaraan mungkin hanya 12 menit, tapi bila berjalan kaki mungkin bisa sampai sekitar 30 menit.

Aku senang bila berjalan dengan santai karena tubuhku akan mencoba menikmati pemandangan untuk menghilangkan jenuh di perjalanan walaupun tidak sepenuhnya. Meskipun di kiri dan kanan hanya ada pepohonan serta sawah-sawah yang mendampingi setiap hari.

Saat ini aku memiliki rencana sedikit, setelah pulang sekolah maka ingin mampir ke tempat lapangan di kampungku. Disana banyak sekali anak-anak berlatih bola bila sore hari. Siapa tau aku bisa mencari ilmu disana dan aku bisa masuk kesana untuk bermain bola. Langkahku semakin cepat untuk bergegas menuju rumah dan berganti pakaian supaya tidak ketinggalan anak-anak yang sedang berlarih.

\*settt\* rem sepatuku sangat baik meskipu sudah terkoyak, tapi itu mengingatkanku bahwa siang ini masih belum ada yang berlatih. Karena mereka akan berlatih sore hari sekitar jam 3.

Bagaimana aku bisa tau? Yang pasti jelas tau karena sempat melihat anak-anak berlatih disana saat aku lewat jalan itu menuju ke laut untuk menghilangkan sedih. Berteriak tidak karuan hanya untuk membuang kekesalan pada gelombang arus yang pasang ataupun surut saat itu. Karena aku tidak ada tempat untuk bercerita yang membuatku gundah, yang tidak lain hanyalah pada bobo dan juga pada alam.

Lapangan itu dari rumahku cukup dekat, palingan hanya sekitar 10 menit bila berjalan kaki kesana. Suasana lapangannya sangat nyaman. Dikelilingi persawahan dan di pinggir laut yang memberikan hembusan angin ketenangan.

Jadi aku tidak usah terburu-buru lagi dan bisa juga aku menjual koran terlebih dahulu, meskipun hanya sebentar yang penting bisa mendapatkan uang walaupun hanya sedikit. Supaya bola bisa terbeli dengan mudah yang bisa menemaniku untuk berlatih. Tapi sepertinya berlari adalah cara yang tepat agar menghemat waktu.

\*Bruk, bruk, bruk\* Aku memutuskan untuk berlari kembali agar cepat sampai ke rumah. Tapi ternyata nafasku tidak sampai.

"aduhh, nafas patah-patah. capek sekali aku berlari. sepertinya aku harus sering berlari agar nafaski tidak seperti ini lagi" keluhku yang bergumam tidak jelas karena nafas yang terengah-engah.

50 menit waktu berlalu. Sekarang sudah pukul 12.50 aku berada di persimpangan jalan. Memeluk koran seperti biasa dengan baju kaos dan celana 3/4. Menjajakan koran dari mobil satu ke mobil lainnya setelah lampu merah menyala. Setidaknya masih ada waktu kurang lebih 2 jam untuk menjajakan koran.

Rejeki memang tidak ada yang tau, tapi aku berharap mendapatkan rejeki yang cukup banyak meskipun dengan waktu yang sangat singkat. Saat tepat berada di jalanan, mataku kembali tertuju pada mobil berwarna putih. Disana aku melihat ibu dengan lelaki yang asing bagiku. Bahkan bukan lelaki yang kemarin aku lihat tapi lelaki ini beda lagi.

Aku segera berlari untuk sembunyi agar ibu tidak tau bila aku berjualan koran kembali. Langkah kaki kecil terus melangkah mundur dengan tatapan mengintai mobil ibu agar tidak menatap padaku yang sedang berusaha untuk kabur.

\*brukkkkk\*

"aduhh" Koran ditangan berserakan karena sepeda motor menabrak tipis lenganku. Keseimbangan yang aku miliki tidak terlalu baik hingga membuat tubuh ini jatuh terkapar diatas jalanan beraspal. Sedangkan orang itu langsung saja gas dan pergi tanpa ada rasa tanggung jawab.

Dasar manusia pisang, yang punya jantung tapi tidak punya hati. Aku segera bangkit dan membersekan kembali koran-koran yang berserakan. Untung saja ibu tidak melihat padaku, karena tatapan matanya fokus berbincang dengan pria itu di dalam mobil. Ingin rasanya aku mengikuti kemana ibu pergi, serta apa pekerjaan yang ibu tekuni saat ini. Tapi masih ada rasa ragu.

"Ayo bangun, kamu gak apa-apa" Ucap riki sambil memapah aku duduk ke halte.

"Gak apa-apa kok ki, ini cuman tergores aedikit saja di lengan" Ucapku sambil menunjukkan luka yang mengeluarkan darah akibat dari benturan yang mempertemukan kulitku dengan goresan aspal.

"Kamu kenapa sih, malah kabur tidak karuan padahal jalanan ini lagi ramai dan untung saja kamu hanya terserempet sedikit" Aku hanya diam lalu melemparkan senyum pada riki.

"Ditanya malah tersenyum" Kesal riki karena aku menjawab hanya dengan senyuman saja.

"Heheh, biar sudah yang penting aku selamat"

"Awas saja kalau aku ketemu orang itu, aku pukuli dia karena sudah menabrak temanku tapi tidak ada rasa tanggung jawab" Marahnya sambil mengepal tangan dan menatap arah lelaki bermotor itu yang sudah berlalu daritadi.

"Sudah, sudah lagian orang itu sudah hilang"

"Baiklah kalau begitu, lain kali hati-hati ya aku mau cari plester dulu untuk menutupi luka kamu" Ucap riki sambil bergegas pergi.

"Terima kasih riki" Riki hanya membalas dengan anggukan dan senyuman.

Riki adalah salah satu temanku di jalanan. Dia juga baru menjadi pedagang asongan. Hidupnya sama sepertiku yaitu sama-sama ditinggalkan oleh seorang ayah. Aku ditinggalkan tanpa sebab dan riki ditinggalkan karena sebab panggilan Tuhan. Sedangkan ayah riki meninggal sehingga ia harus berjuang membantu ibunya mencari pundi-pundi rupiah untuk menghidupi kedua adiknya yang masih berumur 6 tahun dan 3 tahun.

Tekadnya selalu keras menjalani hidup. Ucapan keluh kesah tidak pernah ia lontarkan semenjak aku mengenal riki dari 1 bulan yang lalu hingga saat ini. Riki hanyalah anak remaja yang memikul beban di pundaknya sendiri. Mengais rejeki dari sebuah kotak pedagang asongan. Ucapnya selalu bersyukur pada Tuhan. Karena ia tau semua akan berubah bila nanti waktunya sudah tiba.

"Ini key plester nya, kamu tutupin luka itu biar gak terkena debu" Tangannya menyodorkan satu plester yang cukup untuk menutupi lukaku saat ini.

"Terima kasih ki"

" Iya sama-sama " Riki langsung melanjutkan kembali untuk berjualan. Agar bisa mendapatkan penghasilan saat ini. Sedangkan aku segera mengembalikan koran pada sang pemilik. Lalu bergegas menghampiri Riki dan membantunya berjualan.

"Sini aku bantu jualin minumanmu ya" Tanganku bergegas mengambil 2 botol minuman dingin yang dibawa Riki

"Loh, kamu memangnya tidak berjualan koran"

Tanya Riki dengan tatapan heran.

"Sudahlah, anggap saja ini ucapan Terima kasihku pada kamu ki"

"Yaudah, ayo gas lah kita jualan"

" Hahahahahha"" Kami berdua langsung tertawa ber sama-sama.

~~~ BERSAMBUNG ~~~

Episodes
1 1. Pertemuan dengan bola
2 2. Terserempet Motor
3 3. Mengintip latihan bola
4 4. Pertemuan dengan David
5 5. Lelaki asing bersama ibu
6 6. Mengajak Riki menonton bola
7 7. Amarah ibu padaku
8 8. Aku dan kesunyian
9 9. Ibu masih menyayangiku?
10 10. Ari sahabat terbaik
11 11. Pemandangan Minggu yang indah
12 12. Ibu pergi meninggalkanku
13 13. Menerima kehidupan
14 14. Senyuman dari hujan dan David
15 15. Pertandingan bola pertama
16 16. Pertandingan sekolah
17 17. awal pertandingan tarkam
18 18. Menikmati bakso pak Ali
19 19. Kelulusan Sekolah
20 20. Kesedihan Yuri
21 21. Wisuda yang sepi
22 22. Belanja Ke Pasar Besar
23 23. MOS Sekolah Baru
24 24. Ari Di Gigit Ular
25 25. Hukuman Lari
26 26. Aku Terluka
27 27. Masuk Rumah Sakit
28 28. Libur yang membosankan
29 29. Terkunci di Gudang
30 30. Kak Dika Suka Padaku?
31 31. Kesalahan Ana Dalam Tim
32 31. Pertandingan Pertama Menyamakan Skor
33 33. Bertemu Ibu
34 34. Gelang Persahabatan
35 35. Kemenangan Tim Kami
36 36. Mundur Dari Tim
37 37. Masuk Semi Final
38 38. Kericuhan Sekolah
39 39. Demo di Sekolah
40 40. Klub Malam
41 41. Cidera
42 42. Kepanikan Ibu dan Bapak
43 43. Pertengkaran Sengit
44 44. Skorsing
45 45. Belajar Berjalan
46 46. Kecurigaan Pada Rena
47 47. Hadiah Dari Yuri dan Ari
48 48. Kenaikan Kelas
49 49. Rem Blong
50 50. Bayangan Hitam
51 51. Tenggelam
52 52. Pertolongan Yuri
53 53. Menikmati Senja
54 54. Siswa Baru Lagi
55 55. Dia Tidak Mengenaliku
56 56. Rena Yang Licik
57 57. Berlatih Dengan David
58 58. Bolos Sekolah
59 59. Terjatuh Dalam Pelukan David
60 60. Doni Yang Malang
61 61. Kumpulan Orang Jahat
62 62. Penyamaran
63 63. Fitnah Rena
64 64. CCTV Rusak
65 65. Semangat Untuk Pemain
66 66. Jodoh David
67 67. Doni Menyatakan Cinta
68 68. Berhasil Merekam
69 69. Mulut Beracun
70 70. Mencium Aspal
71 71. Mencari Belalang
72 72. Jersey Timnas
73 73. Preman Pasar
74 74. Ari Menjadi Saksi
75 75. Permainan Yang Buruk
76 76. Berlatih Keras
77 77. Hinaan
78 78. Nomor Ponsel Ibu
79 79. Menunggu Pacarku
80 80. Undangan Dari Kak Dika
81 81. Rahasia Menyakitkan
82 82. Kasih Sayang Bapak
83 83. David yang Dulu
84 84. Keluarga Kecil
85 85. Menghibur Bapak
86 86. Terkunci
87 87. Cemburu
88 88. Foto Klub Malam
89 89. Bunuh Diri?
90 90. Vidio Rena
91 91. Rena Pendiam
92 92. Ari Adalah Hacker
93 93. Ayah Tiri Yuri?
94 94. Menjadi Detektif
95 95. Rena Bunuh Diri?
96 96. Mendapatkan Bukti
97 97. Ayah Tertabrak
98 98. Ayah Kritis
99 99. Pelajaran Untuk Adel
100 100. POV David
101 101. Lamaran Mama Yuri
102 102. Menggagalkan rencana lelaki jahat
103 103. Membalas Ari dan Yuri
104 103. Berpamitan Ke luar Kota
105 105. Ban Bus Bocor
106 106. Lapangan Kambing
107 107. Jangan tertunduk
108 108. Penghianat Tim
109 109. Senam Pagi
110 110. Kemenangan Telak
111 111. Penjahat Otak Kosong
112 112. Pertarungan Konyol
113 113. Pertolongan Mereka
114 114. Rani Dikeluarkan Dari Klub
115 115. Lolos Ke Babak Selanjutnya
116 116. Kalung Dari David
117 117. Bertemu Ana
118 118. Mengalahkan Ana
119 119. Pengakuan Bela
120 120. Obat Terlarang
121 121. Liburan
122 122. Sang Bintang
123 123. Senja di Pantai
124 124. Bertemu Mereka
125 125. Keluarga Ibu
126 126. Kelakuan Boby
127 127. Ayah Ke Luar Negeri
128 128. Kesedihan Menghilang
129 129. Bolos Sekolah
130 130. Tembus Tim Kota
131 131. Ulang Tahunku
132 132. Pembalasan pada Mbak Yeni
133 133. Ani Menghilang
134 134. Kepergian Ani
135 135. Terpuruk
136 136. Kesenangan Dalam Permainan
137 137. Bersama Adit
138 138. Rena Pergi
139 139. Kehadiran Ibu
140 140. Jalan Dengan Adit
141 141. Masuk Tim Kota
142 142 . Merindukan Ani
143 143. Kemenangan Kedua
144 144. Rekayasa Kematian
145 145. Alasan David
146 146. Buku Taktik
147 147. Kemenangan Kota Kelahiran
148 147. Surat Dari Adit
149 149. Sambutan
150 150. Suami Ibu
151 151. Penderitaan Ibu
152 152. Peretasan Data
153 153. Undangan Timnas Putri
154 154. Berpamitan
155 155. Semua Salahku
156 156. Terpaksa Pergi
157 157. Fans David
158 158. Lolos Timnas
159 159. Bertanding Di Luar Negeri
160 160. Kekalahan
161 161. Kesalahpahaman
162 162. Kaira
163 163. Sambutan Meriah
164 164. Pertemuan
165 165. Tamat
Episodes

Updated 165 Episodes

1
1. Pertemuan dengan bola
2
2. Terserempet Motor
3
3. Mengintip latihan bola
4
4. Pertemuan dengan David
5
5. Lelaki asing bersama ibu
6
6. Mengajak Riki menonton bola
7
7. Amarah ibu padaku
8
8. Aku dan kesunyian
9
9. Ibu masih menyayangiku?
10
10. Ari sahabat terbaik
11
11. Pemandangan Minggu yang indah
12
12. Ibu pergi meninggalkanku
13
13. Menerima kehidupan
14
14. Senyuman dari hujan dan David
15
15. Pertandingan bola pertama
16
16. Pertandingan sekolah
17
17. awal pertandingan tarkam
18
18. Menikmati bakso pak Ali
19
19. Kelulusan Sekolah
20
20. Kesedihan Yuri
21
21. Wisuda yang sepi
22
22. Belanja Ke Pasar Besar
23
23. MOS Sekolah Baru
24
24. Ari Di Gigit Ular
25
25. Hukuman Lari
26
26. Aku Terluka
27
27. Masuk Rumah Sakit
28
28. Libur yang membosankan
29
29. Terkunci di Gudang
30
30. Kak Dika Suka Padaku?
31
31. Kesalahan Ana Dalam Tim
32
31. Pertandingan Pertama Menyamakan Skor
33
33. Bertemu Ibu
34
34. Gelang Persahabatan
35
35. Kemenangan Tim Kami
36
36. Mundur Dari Tim
37
37. Masuk Semi Final
38
38. Kericuhan Sekolah
39
39. Demo di Sekolah
40
40. Klub Malam
41
41. Cidera
42
42. Kepanikan Ibu dan Bapak
43
43. Pertengkaran Sengit
44
44. Skorsing
45
45. Belajar Berjalan
46
46. Kecurigaan Pada Rena
47
47. Hadiah Dari Yuri dan Ari
48
48. Kenaikan Kelas
49
49. Rem Blong
50
50. Bayangan Hitam
51
51. Tenggelam
52
52. Pertolongan Yuri
53
53. Menikmati Senja
54
54. Siswa Baru Lagi
55
55. Dia Tidak Mengenaliku
56
56. Rena Yang Licik
57
57. Berlatih Dengan David
58
58. Bolos Sekolah
59
59. Terjatuh Dalam Pelukan David
60
60. Doni Yang Malang
61
61. Kumpulan Orang Jahat
62
62. Penyamaran
63
63. Fitnah Rena
64
64. CCTV Rusak
65
65. Semangat Untuk Pemain
66
66. Jodoh David
67
67. Doni Menyatakan Cinta
68
68. Berhasil Merekam
69
69. Mulut Beracun
70
70. Mencium Aspal
71
71. Mencari Belalang
72
72. Jersey Timnas
73
73. Preman Pasar
74
74. Ari Menjadi Saksi
75
75. Permainan Yang Buruk
76
76. Berlatih Keras
77
77. Hinaan
78
78. Nomor Ponsel Ibu
79
79. Menunggu Pacarku
80
80. Undangan Dari Kak Dika
81
81. Rahasia Menyakitkan
82
82. Kasih Sayang Bapak
83
83. David yang Dulu
84
84. Keluarga Kecil
85
85. Menghibur Bapak
86
86. Terkunci
87
87. Cemburu
88
88. Foto Klub Malam
89
89. Bunuh Diri?
90
90. Vidio Rena
91
91. Rena Pendiam
92
92. Ari Adalah Hacker
93
93. Ayah Tiri Yuri?
94
94. Menjadi Detektif
95
95. Rena Bunuh Diri?
96
96. Mendapatkan Bukti
97
97. Ayah Tertabrak
98
98. Ayah Kritis
99
99. Pelajaran Untuk Adel
100
100. POV David
101
101. Lamaran Mama Yuri
102
102. Menggagalkan rencana lelaki jahat
103
103. Membalas Ari dan Yuri
104
103. Berpamitan Ke luar Kota
105
105. Ban Bus Bocor
106
106. Lapangan Kambing
107
107. Jangan tertunduk
108
108. Penghianat Tim
109
109. Senam Pagi
110
110. Kemenangan Telak
111
111. Penjahat Otak Kosong
112
112. Pertarungan Konyol
113
113. Pertolongan Mereka
114
114. Rani Dikeluarkan Dari Klub
115
115. Lolos Ke Babak Selanjutnya
116
116. Kalung Dari David
117
117. Bertemu Ana
118
118. Mengalahkan Ana
119
119. Pengakuan Bela
120
120. Obat Terlarang
121
121. Liburan
122
122. Sang Bintang
123
123. Senja di Pantai
124
124. Bertemu Mereka
125
125. Keluarga Ibu
126
126. Kelakuan Boby
127
127. Ayah Ke Luar Negeri
128
128. Kesedihan Menghilang
129
129. Bolos Sekolah
130
130. Tembus Tim Kota
131
131. Ulang Tahunku
132
132. Pembalasan pada Mbak Yeni
133
133. Ani Menghilang
134
134. Kepergian Ani
135
135. Terpuruk
136
136. Kesenangan Dalam Permainan
137
137. Bersama Adit
138
138. Rena Pergi
139
139. Kehadiran Ibu
140
140. Jalan Dengan Adit
141
141. Masuk Tim Kota
142
142 . Merindukan Ani
143
143. Kemenangan Kedua
144
144. Rekayasa Kematian
145
145. Alasan David
146
146. Buku Taktik
147
147. Kemenangan Kota Kelahiran
148
147. Surat Dari Adit
149
149. Sambutan
150
150. Suami Ibu
151
151. Penderitaan Ibu
152
152. Peretasan Data
153
153. Undangan Timnas Putri
154
154. Berpamitan
155
155. Semua Salahku
156
156. Terpaksa Pergi
157
157. Fans David
158
158. Lolos Timnas
159
159. Bertanding Di Luar Negeri
160
160. Kekalahan
161
161. Kesalahpahaman
162
162. Kaira
163
163. Sambutan Meriah
164
164. Pertemuan
165
165. Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!