Cinta mengajakku ikut makan malam tim sepulang kerja untuk merayakan keberhasilan tim humas teken kontrak dengan BTS, juga sekalian penyambutan anggota tim baru katanya. Anggota tim baru yang di maksud pastinya adalah aku. Jadi aku langsung saja menyetujuinya karena aku lah tokoh utama dalam makan malam tim itu, masa iya aku tidak bisa hadir? Tapi selain itu kupikir aku juga butuh mengenal lebih banyak teman di kantor dan tentunya butuh minum untuk melupakan Jessica yang selalu mengganggu pikiranku selama ini.
Selesai rapat dengan manager BTS, aku dan Cinta langsung pergi ke tempat makan malam tim.
" Ini dia duet maut tokoh utama kita. Cinta Maharani dan Aidan Kim."
Choi timjang langsung berdiri mengangkat minumannya kepada seluruh anggota tim humas begitu melihat aku dan Cinta masuk ke restoran.
Semuanya melakukan Cheers dan meneguk minumannya masing-masing. Aku dan Cinta langsung bergabung bersama mereka. Aku duduk di sebelah Cinta karena mereka memang memberikan dua tempat duduk yang berdekatan kepada kami.
" Gomawo yedeura. (*terima kasih teman-teman)." Ucap Cinta sambil membungkukkan badan, akupun mengikutinya.
Jujur saja aku yang orang korea malah kikuk sendiri dengan budaya makan malam tim yang seperti ini. Sedangkan Cinta yang orang Indonesia asli malah terlihat terbiasa. Mungkin karena aku terlalu lama tinggal di Indonesia kali yah?
" Oh iya ini Aidan Kim kalian semua sudah kenal kan?" Tanya Choi Timjang pada yang lainnya.
" Ne Timjangnim." Jawab mereka serempak.
" Gimana ladies? Ganteng engga anggota baru tim humas kita?" Choi timjang kembali bertanya pada rekan yang lain dan kali ini pertanyaannya membuatku sedikit malu.
" Ganteng banget timjangnim." Seorang rekan wanita yang kulihat sudah mulai mabuk terdengar berteriak menjawabnya dan membuatku jadi semakin malu.
" Ah Choi timjang jangan seperti itu, saya jadi malu." Ucapku jujur pada timjangnim.
Cinta kulihat mengulum senyum.
" Kenapa harus malu Aidan Kim? Kamu memang ganteng kok. Ayo duduk saya tuangin kamu minuman. Jangan sampai cuman minum sedikit yah? Kamu bintangnya malam ini. Jangan kaya Cinta yang susah di ajak minum. Bikin kesel senior dia tuh. Untung aja dia hebat dalam pekerjaannya, kalau engga udah lama saya depak dari tim humas. Hahahaha. "
Kurasa Choi timjang sudah mulai mabuk. Dia terdengar meracau tidak jelas. Kulihat Cinta juga duduk dengan tidak nyaman. Mungkinkah dia tidak nyaman berada di acara makan malam tim seperti ini?
" Ayo Aidan angkat gelasmu!" Perintah timjangnim yang langsung ku turuti. Ku terima tuangan soju dari timnjangnim dan langsung ku teguk sampai habis kemudian timjangnim memaksaku untuk meneguk habis satu botol soju yang di pegangnya. Untung saja aku termasuk orang yang kuat minum. Aku masih bisa tersadar setelah hampir satu botol ku habiskan. Semuanya bertepuk tangan untukku karena kehebatanku meminum habis satu botol soju tanpa terlihat tanda-tanda mabuk yang parah. Tapi namanya juga minum alkohol walaupun aku masih tersadar tapi tetap saja pengaruh alkohol itu tetap ada.
Aku memperhatikan Cinta yang sama sekali tidak menyentuh miras di makan malam tim ini.
Aku berbisik padanya menggunakan bahasa Indonesia.
" Loe engga bisa minum, engga mau minum atau loe emang engga boleh minum? " Tanyaku pada Cinta.
" Gue bisa minum, gue boleh minum tapi gue emang engga mau minum. Kita bawa mobil, Aidan. Harus ada yang sadar di antara kita berdua kan?" Jawabnya.
Ah benar juga. Si " SAVAGE GIRL" kalau sudah ngomong memang susah mencari bantahannya.
" Eh, tapi bukannya bisa telpon sopir pengganti? Gue rasa bisa seperti itu kan? Ya walaupun gue udah lama engga di Korea." Tanyaku penasaran.
" YAK YAK, Aidan, Cinta. Kalian jangan ngobrol pakai bahasa yang engga bisa kita mengerti lah. " Ujar timjangnim menegur kami yang berkomunimasi dengan bahasa Indonesia.
" Mianhada Choi timjang." Jawabku dan cinta hampir bersamaan.
Selesai makan malam, kami memutuskan untuk melanjutkan ronde ke dua. Aku menawari mereka untuk mentraktir karaoke dan mereka langsung menyetujuinya dengan antusias.
" Anak sajangnim emang beda yah? Baru bergabung udah bisa traktir kita di tempat karaoke mewah seperti ini. choi timjang saja kalah." Ucap salah satu rekan saat kita sudah sampai di tempat karaoke.
Aku tidak begitu tahu mengenai tempat di korea, aku hanya mengandalkan mesin pencari untuk menemukan tempat karaoke ini. Menurut mesin pencari, tempat karaoke ini adalah rekomendasi paling atas, eh benar saja ternyata rekan tim humas semua mengatakan bahwa karaoke ini adalah termasuk tempat karaoke mewah.
" Yak yak.. Kalian tidak sopan dengan timjangnim." Protes Choi timjang tidak terima yang langsung di tertawakan oleh yang lain, termasuk juga Cinta.
Ku lihat dia menarik senyumnya. Aku memperhatikan senyumannya yang terlihat sangat manis. Ada lesung pipi di pipi kanannya. Tidak terlalu dalam tapi sangat pas dengan wajah mungilnya. Aku sampai tidak sadar jika memandanginya tanpa henti.
" Loe lihatin apa?" Tanya Cinta padaku yang membuatku langsung tersadar.
" Engga.. Engga lihatin apa-apa." Jawabku agak gugup.
" Yak Aidan? Saya denger-denger, dulu kamu di Indonesia adalah pencipta lagu terkenal? Apa suaramu juga bagus? Coba kamu nyanyi sebagai pembuka." Pinta Choi timjang padaku.
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal merasa salah tingkah.
" hahaha ( tertawa kaku ) tidak juga timjangnim. Tapi bolehlah kalau saya nyanyi untuk pembukaan."
Akhirnya aku mengambil mic dan mencoba menyanyikan sebuah lagu dari Jungkook BTS berjudul still with you.
Aku begitu menghayati menyanyikan lagu ini sampai tak ku sadari aku meneteskan sedikit air mata.
Aku langsung menyekanya dan memandang ke arah semua orang yang ternyata mereka semua menikmati suaraku tanpa melihat ke arahku. Untung saja mereka tidak melihatku menangis. Jujur saja lagu ini membuatku teringat dengan Jessica. Ah benar-benar payah aku ini, move on saja gagal terus.
Aku menyelesaikan lagu still with you dengan baik. Mereka semua bertepuk tangan bahkan ada yang sampai berdiri memberiku tepuk tangan atas suaraku yang menurutku lumayan bagus hahaha.
" Woaaa. Bagus banget suaramu Aidan."
Aku salah tingkah di puji orang-orang. Aku kemudian duduk di sebelah cinta dan memberikan mic kepada rekan yang lain. Mereka terlihat sangat menikmati acara karaoke ini sementara aku kemudian mengambil soju dan meminumnya langsung dari botol.
Cinta mengamatiku sampai akhirnya dia bertanya ketika aku sudah mengambil botol soju yang kedua.
" Kekuatan minum loe berapa botol Aidan?"
" Biasanya abis botol ketiga gue bakal engga sadar."
" Kalau gitu berhenti!" Ucap Cinta mengambil botol soju di tanganku.
Aku protes dan mencoba mengambil kembali botol soju di tangan Cinta.
" Balikin Cinta, balikin soju gue." Ucapku yang memang sudah mulai mabuk.
" Engga Aidan. Gue yang bawa loe ke sini, kalau loe sampai engga sadar, gue yang repot." Ucapnya yang mulai samar-samar ku dengar.
" Engga, engga, gue engga akan sampai engga sadar kok. Gue cuma pengen lupain Jessica." Ucapku mulai melantur.
Aku memukul mulutku sendiri.
" Ah aku mulai menyebutkan nama wanita itu lagi yah?" Tanyaku pada diri sendiri.
...Ada baiknya kita menggunakan POV Cinta saja ya readers? Maaf Author langsung mengubah POV di tengah-tengah. Hehehe 😁...
Cinta POV
Aidan kulihat sudah mulai meracau.
" Engga, engga, gue engga akan sampai engga sadar kok. Gue cuma pengen lupain Jessica." Ucapnya yang kemudian memukul mulutnya sendiri.
" Ah aku mulai menyebutkan nama wanita itu lagi yah?" Tanyanya.
Entahlah siapa 'wanita itu' yang di maksud Aidan. Kurasa dia sedang mencoba menceritakan masalahnya yang sejak kemarin selalu mengganggu fokusnya.
Aidan masih mencoba mengambil botol soju di tanganku tapi aku selalu menghalanginya. Aku juga tidak mau repot dong kalau sampai bocah ini pingsan? Dia anak sajangnim loh. Terus aku harus mengantarnya kemana coba? Rumah sajangnim saja aku tidak tahu.
" Balikin minuman gue Cinta." Ujarnya lagi.
" Loe udah cukup mabuknya Aidan, jangan di lanjutin lagi atau loe bisa ping..."
Belum sempat menyelesaikan kalimat, Aidan sudah ambruk di pundakku. Aku langsung terdiam seketika. Aku ingin meminta tolong tapi sepertinya rekan yang lain tidak jauh berbeda kondisinya dengan Aidan. Ya memang hanya aku saja yang tidak minum miras satu teguk pun.
" Aidan?"
Aku memanggilnya berharap dia sadar dan segera memindahkan kepalanya dari pundakku.
Tapi sepertinya sia-sia. Bukannya sadar, Aidan malah membetulkan posisi kepalanya semakin mendekati leherku. Kalau saja tangannya tidak kemudian mendekapku, aku mungkin bisa menyingkirkannya. Tapi malangnya saat tadi aku ingin menyingkirkannya tiba-tiba saja tangan Aidan melingkar di tubuhku dan memelukku erat sekali sampai aku bahkan tidak bisa melepaskan diri.
" Aidan please, lepasin gue. Posisi loe bikin gue engga nyaman." Ujarku mencoba berbicara padanya tapi kurasa sia-sia berbicara dengan orang yang sudah mabuk parah.
" Jessica? Ah noona, gue kangen sama loe. Gue kesulitan move on dari loe noona. Gue harus gimana sekarang?"
Ku dengar Aidan meracau sesuatu sambil menangis. Ku dengarkan saja tanpa ku respon. Aku menunggunya melepaskan pelukannya dariku.
" Loe jahat banget sama gue noona. Loe engga kasih gue waktu buat menenangkan diri." Ku dengar Aidan semakin sesenggukan.
Jadi noona ini yang bikin Aidan suka tiba-tiba tidak fokus? Batinku.
Tak berapa lama akhirnya Aidan melepaskan pelukannya tapi dia malah ambruk tertidur di pangkuanku.
" Ah jinjja (*ah bener-bener). Gini nih gue males kalau harus ikut makan malem tim apalagi bawa orang yang jadi tanggung jawab gue. Gue harus pulangin ini anak kemana coba?"
Aku langsung terpikir menghubungi Ahn biseo. Naasnya ponselnya tidak bisa di hubungi. Lalu aku harus membawa bocah ini kemana? Aku bahkan tidak tahu alamatnya.
Akhirnya aku meninggalkan tempat karaoke bersama dengan Aidan. Ku papah dia sampai ke dalam mobil. Berat sekali sampai beberapa kali aku ikut terhuyung bersamanya.
Sesampainya di mobil aku langsung membuka pintu dan meletakkan Aidan di kursi penumpang. Tapi sialnya saat mencoba membaringkan Aidan dia malah mengalungkan tangannya di leherku dan mendorongku keluar.
Di dorongnya aku sampai menabrak bagian luar mobil dan posisi Aidan ada di depanku dengan tangan menahan badannya agar tidak menindihku.
Aku tidak nyaman saat tiba-tiba wajah Aidan mendekatiku, bahkan tangannya menyentuh daguku dan menariknya ke atas mengisyaratkan agar aku melihat ke wajahnya.
Aku gugup, bahkan saking gugupnya sampai tidak berpikir untuk melepaskan diri dari Aidan. Aku hanya diam saja menuruti perlakuannya. Dia mendekatkan bibirnya padaku dengan mata terpejam.
Wait, wait apa dia mau menciumku? Sadar Cinta sadar. Dia sedang mabuk dan aku dalam keadaan sadar. Hentikan dia sekarang juga Cinta.
Aku mendorong tubuhnya tapi dia kembali lagi mendekatiku.
" Noona, gue pengen cium loe." Racaunya.
" Sadar Aidan, gue bukan noona yang loe maksud."
Saat mencoba mendorong tubuhnya tiba-tiba saja Aidan muntah dan malangnya muntahannya mengenai hampir seluruh pakaianku.
" YAK SHIBAL SEKIYA. (*YAK BAJINGAN BRENGSEK)" Umpatku padanya yang sama sekali tidak berpengaruh apa-apa.
Hebatnya lagi setelah muntah, dia berjalan masuk sendiri ke dalam mobil dan tiduran di kursi penumpang.
" HAAAAAAARRGGHHH. AIDAN BRENGSEK." Umpatku sekali lagi sambil mengacak-acak rambut.
Aku masih sangat baik kepadanya bahkan ketika dia sudah membuatku marah. Ku nyalakan mobil agar ac nya ikut menyala dan kutinggalkan Aidan sendirian di dalamnya. Aku pergi ke toilet untuk membersihkan bajuku yang terkena muntahannya.
" Gila Cinta, loe baik banget sama cowo itu. Iya lah gue harus baik, secara dia anak sajangnim. Tapi kenapa? Kenapa harus kena muntahannya? Hiiihhh.. Jijik banget gue bersihinnya."
Aku terus mengomel sambil membersihkan bajuku dengan air mengalir. Untung saja muntahannya lebih banyak keluar air di banding sisa-sisa makanan. Tapi tetap saja tidak ada yang untung dari kemuntahan seseorang.
Saat sudah bersih aku menarik bajuku dan menciumnya. Masih berbau alkohol dan ada bau khas muntahan. Ku semprotkan minyak wangi hampir di seluruh bagian bajuku.
Aku bergegas kembali ke mobil sambil menutupi bagian depanku dengan tas karena kemeja yang kupakai sedikit menerawang akibat basah, sedangkan jaketku ku putuskan untuk membuangnya saja karena aku benar-benar tidak tahan dengan baunya.
Sampai di mobil aku melihat Aidan tertidur lelap di bangku penumpang dengan wajah watadosnya ( wajah tanpa dosa ). Meski posisi tidurnya kurang nyaman dengan kaki yang tertekuk tapi tetap saja ku lihat dia nyenyak sekali sampai aku berpikiran untuk menendangnya keluar jika saja aku tidak ingat kalau Aidan ini adalah anak Kim Sajangnim.
" AAAAAARRGHHH." Aku menggebrak setir mobil frustasi.
" Rumah loe dimana sih? Masa iya gue harus bawa loe ke apartemen gue?" Teriakku padanya yang terasa sia-sia.
Akhirnya ku putuskan untuk membawa Aidan ke apartemenku saja karena hari sudah semakin larut.
...***...
Aku memapah Aidan masuk ke apartemen tipe studio ku. Kubaringkan dia di ranjang. Baik sekali kan aku? Tamu yang membuatku marah saja masih ku persilahkan memakai ranjangku yang hanya ada satu di rumah ini.
Lalu aku? Ya aku mengalah memilih untuk tidur di sofa yang juga ada satu di apartemen ini. Sofa ini punya fungsi ganda, ah bukan hanya ganda tapi malah triple. Satu sebagai sofa tamu, dua sebagai sofa untuk santai dan yang terakhir bahkan bisa di bilang sofa pengganti tempat tidur. Dan ini salah siapa? Salah si brengsek Aidan.
" Aaarrrgghh." Kembali aku mengacak rambutku frustasi dan akhirnya aku sadar bahwa frustasiku tidak ada gunanya. Tidak berpengaruh apapun selain hanya bertambahnya kedongkolan dalam hati.
Akhirnya ku putuskan untuk membaringkan diriku di sofa dan mencoba untuk tidur setelah mengganti pakaianku dan membersihkan diri di kamar mandi karena bau muntahan yang menempel di tubuhku.
Cinta POV End
...___ bersambung___...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments