Aku mematikan alarm yang sejak tadi sudah berbunyi kencang. Aku baru sadar bahwa aku tertidur dalam posisi duduk. Seingatku memang semalam aku lembur mengerjakan desain yang merupakan pekerjaan pertamaku di Star Food.
Ku angkat kepalaku yang bertumpu pada lengan kanan yang kujadikan bantal semalaman tadi.
" Akhhh."
Kurasakan leherku sakit dan lenganku juga terasa kebas. Ku angkat lengan kananku dengan bantuan tanganku yang lain. Aku menggerakkannya ke atas bawah sambil ku hentak-hentakkan. Begitu pula dengan leherku. Kepalaku ku patahkan ke kanan dan kiri serta sesekali melakukan gerakan memutar.
" Hufh ( menghela napas ) karyawan teladan nih gue, baru satu hari kerja udah di suruh lembur. Nasib emang punya seonbae yang kerjanya terlalu royal sama perusahaan. Kasih deadline sama orang baru engga tanggung-tanggung."
" Haahhhh ( menarik napas panjang ) gue kangen juga sama hari-hari gue sebagai penulis lagu AK. Gue engga harus bangun pagi buta kaya gini."
Aku langsung berdiri saat kurasakan tubuhku sedikit membaik. Aku langsung pergi mandi bersiap untuk berangkat kerja.
...***...
Sesampainya di kantor aku langsung menuju ruangan Cinta. Ah iya juga yah dipikir-pikir aku belum memiliki meja kerja. Haruskah aku memintanya pada appa untuk membuatkanku ruangan sendiri? Atau aku tanyakan dulu pada Cinta?
Lebih baik kutanyakan dulu pada Cinta. Sepertinya kurang etis jika langsung meminta pada appa. Selain terlalu berlebihan, aku akan terkesan tidak menghargai Cinta sebagai mentorku.
Ku buka pintu ruangan Cinta tanpa mengetuknya. Ku pikir dia belum datang tapi ternyata dia sudah ada di dalam, berdiri menghadap jendela yang terbuka sambil memegang segelas kopi. Cahaya matahari yang menerpa tubuhnya dari luar membuatnya terlihat bersinar. Rambutnya yang tergerai bahkan sedikit berkibar ke belakang akibat hembusan angin dari luar. Postur tubuhnya yang terlihat dari belakang sedikit mirip dengan Jessica, mungil dan ramping. Aku bahkan hampir memanggilnya Jessica jika saja Cinta tidak menoleh kepadaku.
" Biasakan mengetuk pintu sebelum masuk." Tegurnya datar seperti biasa.
" Ne. Mianhae." Jawabku yang kemudian duduk ke sofa tanpa di perintah.
Aku langsung mengeluarkan laptopku dan membuka pekerjaanku semalam.
" Gue udah selesaiin desainnya. Loe bisa lihat dulu engga?" Tanyaku sambil membuka folder pekerjaanku.
Cinta berjalan menghampiriku dan duduk persis di sebelahku. Akupun menunjukkan padanya tiga desain cover cemilan yang dia minta kemarin. Cinta mengamatinya dengan seksama, dia bahkan mencondongkan badannya lebih mendekatiku. Aku spontan memundurkan dudukku untuk memberinya lebih banyak ruang.
Jujur saja aku merasa kurang nyaman dengan posisi seperti ini. Bisa kalian bayangkan? Aku duduk sementara kepala Cinta ada di depan mataku. Tubuhnya bahkan sedikit menempel padaku. Meski dia hanya berusaha melihat desain dalam laptopku tapi terus terang posisi ini membuatku kurang nyaman. Aku ingin menghindar tapi posisiku sudah terkunci. Jika aku bergerak aku takut membuat Cinta juga merasakan hal yang sama denganku.
" Ini bagus, ini agak gimana yah?" Ucapnya tanpa canggung sedikitpun dengan posisi kami sekarang.
" Ah. Yang ini sempurna." Ujarnya lagi yang kemudian tiba-tiba saja menoleh padaku yang otomatis membuat wajah kami saling berhadapan. Aku terpaku melihatnya. Bahkan aku sampai tidak bisa bergerak. Apa aku terpesona padanya?
" Ah sorry." Ujarnya mundur sambil membuang pandangannya dariku yang akhirnya juga membuatku tersadar.
Aku juga langsung membuang pandanganku sembarangan. Kami berdua bergerak saling menjauh. Mungkinkah kami salah tingkah? Ah entahlah, mungkin hanya aku sendiri yang salah tingkah.
Lihat saja Cinta langsung duduk di tempat kerjanya dengan ekspresi yang seperti biasa. Dia terlihat mengotak atik komputernya seperti tidak pernah terjadi apa-apa, sementara aku memandanginya dengan detakan jantungku yang tiba-tiba saja jadi lebih cepat.
Ya memang sih tidak terjadi apa-apa. Kejadian tadi hanyalah kejadian yang tidak terduga. Ah tapi tetap saja seharusnya dia pun canggung, masa iya dia bisa sesantai ini? Apa jangan-jangan dia engga suka sama cowo yah?
Ah apa sih Aidan, pikiranmu ngaco banget deh. Emang kamunya aja yang aneh ngerasa canggung sendirian.
" Desain terakhir sempurna. Kita bisa pakai desain yang itu aja. " Ujar Cinta tiba-tiba.
" Ah? Oh iya." Jawabku yang belum sepenuhnya sadar dari pikiran ngaco ku sendiri.
" Hari ini kita laporin kerjaan loe ke timjangnim sekalian gue kenalin loe sama beliau."
Aku hanya menganggukkan kepala menyetujui apa yang dikatakan oleh Cinta.
" Ternyata loe cukup berbakat Aidan." Ujarnya yang mau tidak mau membuatku tersenyum.
" Ne. Gomawo (*terima kasih)." Jawabku.
" Ah matta. Gue engga dikasih tempat buat kerja apa di sini?" Sambungku akhirnya menanyakan mengenai ruangan kerjaku.
" Oh itu. Sajangnim bilang kita akan berbagi ruangan sampai tugas mentorin loe selesai. Setelahnya loe bisa tanyakan sendiri kepada beliau."
" Oh gitu. Ok." Jawabku singkat.
" Kajja (*ayo) ikut gue ke ruang timjangnim."
Aku pun mengekorinya menuju ruangan timjangnim. Penasaran juga sejak kemarin belum bertemu dengan kepala tim humas.
Tok tok tok.
Cinta langsung membuka pintu setelah mengetuk ruangan tiga kali.
Seorang pria muda menoleh ke arah kami. Cukup tampan dan ku taksir umurnya mungkin tiga atau lima tahun lebih tua dariku. Dia tersenyum ke arah kami.
" Yaaa.. Ini dia staff humas terbaik kita Cinta Maharani." Ucapnya yang kemudian di sambut dengan senyuman oleh Cinta.
Aku masih terus membuntutinya kemanapun termasuk jika dia hanya sekedar bergeser ke kanan maka aku akan mengikutinya bergeser ke kanan. Hahaha konyol bukan?
" Ah timjangnim bisa saja."
" Ini?" Tanyanya menunjuk padaku.
" Ah matta. Ini Aidan Kim putra Sajangnim yang kemarin saya bahas." Jawab Cinta sambil menyenggol lenganku mengisyaratkan agar aku memperkenalkan diri.
Tapi entah kenapa aku malah tidak paham dengan kodenya, aku hanya diam saja memandangi Cinta dengan bingung.
" Aidan-ssi?" Gumamnya pelan padaku dengan menunjukkan gerakan mata ke arah timjangnim.
Aku akhirnya mengerti kemudian menarik senyum canggung.
" Hahaha ( tawa kaku ) Annyeonghasimnika timjangnim. Aidan Kim imnida." Ucapku memperkenalkan diri sambil membungkuk.
" Oh ya ya. Choi Tae Joon imnida. Kamu tidak perlu sungkan, malah saya yang harusnya sungkan sama anak sajangnim. Hahaha." Candanya padaku.
" Ah anda bisa saja. Saya memang anak sajangnim tapi tolong jangan perlakukan saya berbeda yah Choi Timjang?"
" Nee."
" Ah matta gimana kalau siang ini kita lunch bareng?" Ajak timjangnim.
" Aa.. Mianhada Choi timjang. Saya dengan Aidan akan menindaklanjuti iklan dengan BTS. Saya kesini sekalian membawa desain yang sudah di kerjakan sama Aidan. Ternyata Aidan ini cukup berbakat, tanpa perlu memandang latar belakang keluarganya, dia pasti layak berada di tim humas kita." Puji Cinta tentangku pada timjangnim.
Aku sampai malu sendiri di puji Cinta. Aku rasa wajahku pasti agak memerah. Aku mengulum senyum senang dengan pujian yang di berikan Cinta. Aku bahkan mengusap-usap tengkukku saking salah tingkahnya.
" Oh begitu? Coba saya lihat."
Cinta menyerahkan hasil pekerjaanku pada Choi timjang dan kulihat dari ekspresinya, dia menyukai hasil kerjaku. Ya beginilah Aidan Kim yang terlahir dengan banyak bakat. Hahaha sombong sekali.
Boleh dong sombong? Ah sayang saja sih banyak bakat tapi tidak berhasil mendapatkan wanita yang di sukai. Tuh lagi-lagi aku kepikiran Jessica. Please Aidan fokus dengan pekerjaan, jangan ingat-ingat wanita yang sudah menjadi noona mu sekarang.
Kenapa yah jika aku sudah mulai memikirkan Jessica, seketika aku jadi tidak bisa fokus? Aku menggerakkan kepalaku ke kanan dan ke kiri mengedarkan pandanganku ke berbagai sudut ruangan. Bahkan aku menggaruk-garuk tengkukku yang sama sekali tidak gatal untuk mencoba mengembalikan fokusku. Dan beruntung Cinta melihat padaku kemudian dia berpamitan pada Timjangnim sambil membawaku. Sepertinya Cinta sadar aku mulai tidak fokus pada pekerjaan.
Sampai di ruangan Cinta melepaskan tangannya dari tanganku.
" Aidan-ssi? Sebenarnya loe ada masalah apa? Ini udah ke berapa kalinya gue lihat loe tiba-tiba hilang fokus."
Benar saja kan? Cinta memang menyadari perbedaan sikapku tadi.
" Engga ada apa-apa." Jawabku enggan menceritakan kisahku.
" Oke. Gue engga akan maksa loe buat cerita tapi sebagai mentor loe, jujur bahwa gue kurang suka partner yang tidak profesional, apalagi loe bisa dibilang anak didik gue. Jadi tolong kalau loe punya masalah jangan di bawa dalam pekerjaan. Bersikaplah profesional." Ujarnya yang kemudian pergi meninggalkanku di dalam ruangan.
Aku menghembuskan napas kasar sambil menyugar rambutku. Baru kali ini aku bekerja langsung dengan seorang atasan. Sebelumnya aku biasa menjadi atasan jadi belum pernah merasakan di tegur dalam pekerjaan. Dan rasanya... Kesal? Entahlah rasa kesal ini sebenarnya akibat teguran Cinta atau karena aku stress sendiri sebab Jessica selalu tiba-tiba mengganggu konsentrasiku.
Ya Tuhan? Bisakah aku move on dari Jessica dengan cepat? Ku pikir dengan menjauh darinya pindah ke korea menjadikanku lebih mudah melupakannya. Tapi.. Entah kenapa aku cukup kesulitan melupakan wanita itu.
Ting.
Ponselku berbunyi. Aku langsung membuka pesan.
* Loe udah bisa konsentrasi belum? 15 menit lagi bawa berkas di meja sekalian desain loe yang tadi udah di setujuin timjangnim. Gue tunggu loe di mobil kantor di basement.
Cinta meskipun terkesan dingin kaya kulkas tapi ternyata hatinya cukup hangat. Kurasa kata-katanya yang tadi di ucapkan bahwa dia tidak suka partner kerjanya tidak fokus hanyalan sebuah alasan bahwa sebenarnya dia peduli terhadap rekan-rekan kerjanya. Ah atau mungkin dia sebenarnya peduli kepadaku? Kepada Aidan secara pribadi bukan sebagai rekan kerja?
Lah pikiran macam apa yang barusan saja terlintas? Ah mulai ngaco nih.
Belum sampai 15 menit tapi aku sudah melakukan apa yang Cinta suruh. Aku membawa berkas yang Cinta minta dan langsung menyusulnya ke basement.
...___ bersambung ___...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments