Semenjak pengakuan cintanya pada Dylan beberapa waktu yang lalu, Fella butuh waktu untuk menata hati. Selama beberapa hari itu dia menghindari kakaknya sembari berpikir cara apa yang tepat untuk menggoda sang kakak.
Setelah berpikir panjang, akhirnya Fella menemui kakaknya di kamar laki-laki itu. Gadis itu sedang menyusun rencana dan mencari cara supaya bisa menggoda dan menarik perhatian kakaknya.
“Kak Dylan! Kakak di dalam?” tanya Fella sembari mengetuk pintu kamar sang kakak. Dia sudah tidak lagi asal masuk begitu saja setelah kejadian di kamar Dylan yang berujung pertengkaran mereka.
Sebenarnya Fella sangat gugup saat mulai memperbaiki lagi hubungan dengan kakaknya itu, tetapi dia harus menggoda dan menjerat sang kakak dengan cara apa pun. Oleh karena itu, Fella sedang mempersiapkan cara gila yang muncul di kepalanya.
Sementara itu, Dylan yang sebenarnya sedang mempelajari berkas-berkas dari kantor, akhirnya muncul dan membukakan pintu untuk Fella. Melihat adiknya memakai pakaian tidur yang sangat minim, jakun Dylan naik turun menelan saliva yang tiba-tiba terasa sulit. Yang bisa Dylan lakukan sekarang hanyalah mengulas senyum kaku layaknya robot yang belum jadi sempurna.
“Kak Dylan sibuk?” Fella kembali membuka suara saat melihat sang kakak yang sepertinya sedang kesulitan mengatur pikirannya sendiri.
Dylan butuh waktu untuk bisa menjawab pertanyaan Fella karena rasanya suaranya tercekat di tenggorokan tanpa bisa dikeluarkan. Penampilan Fella saat ini benar-benar membuat pikiran Dylan kacau balau. Bisa-bisanya gadis itu memakai pakaian yang dengan jelas memperlihatkan paha mulusnya itu.
Fella mengangkat satu sudut bibirnya, menciptakan senyuman di wajah menawan yang malam ini akan nekat menggoda kakaknya sendiri. “Kak Dylan!” panggilnya sambil melambaikan tangan di depan muka sang kakak.
“Ah, iya kenapa?” Dylan mencoba menguasai diri dari pikiran kotor tentang paha Fella yang berhasil membangkitkan jiwa lelakinya.
Fella segera memasang raut sendu. Bibirnya sedikit maju dengan kedua alis yang coba bertaut. “Aku boleh pinjam laptop sebentar saja nggak, Kak. Lima menit aja kok. Aku ada tugas dan tiba-tiba laptopku blank, Kak. Bentar aja kok, Kak cuma pindahin file-file sama edit dikit!”
Fella seperti anak kecil yang sedang membuat permintaan agar keinginannya bisa terpenuhi. Dia sudah sering melakukan hal ini dulu saat sebelum kakaknya pergi ke luar negeri. Maka dari itu, dia begitu yakin akan bisa masuk kamar sang kakak dan mulai menggodanya.
“Iya udah deh, tapi jangan lama-lama ya, kakak mau pakai buat pekerjaan juga,” balas Dylan pada akhirnya. Laki-laki itu mempersilakan sang adik untuk masuk ke kamarnya dan menunjukkan letak komputer jinjingnya itu.
Fella langsung merangkul pundak Dylan sambil melompat girang. “Makasih, Kak. Kak Dylan memang kakak terbaik!” ucap Fella sebelum akhirnya meninggalkan Dylan yang masih berdiri mematung.
Dylan merasakan debaran di dadanya semakin keras. Namun, dengan sekuat tenaga dia mengusir pikirannya dan perasaannya itu. ‘Nggak Dylan, Fella itu adikmu! Dia bilang kamu kakak terbaik, itu artinya dia sudah menyadari kalau kemarin-kemarin dia sudah salah jalan.’
Fella mulai fokus dengan kegiatannya sendiri. Tanpa memperhatikan Dylan lagi, Fella segera memasukkan flashdisk ke laptop yang telah menyala itu. Beberapa saat setelahnya, jari jemarinya sudah menari di atas keyboard.
Dylan mengembuskan napas dengan lega. Dia pikir, Fella benar-benar datang ke kamarnya karena ingin mengerjakan tugas saja.
Fella melirik ke arah Dylan yang kini dengan tenang membaca berkas-berkas perusahaan yang dia bawa pulang. Dia menyeringai dan mulai menjalankan misinya.
Mula-mula, Fella menarik sedikit kain yang menutupi pahanya, semakin ke atas sampai paha indah itu terpampang sempurna di depan Dylan yang duduk tak jauh di sampingnya. Lalu, tak lama Fella kembali melirik Dylan yang sepertinya sama sekali tidak tergoda dengan apa yang ia pamerkan itu.
Menyadari bahwa kakaknya tidak terpengaruh, Fella memikirkan cara yang lebih efektif. Dia menjatuhkan ponselnya di karpet, hingga menarik perhatian Dylan.
“Aduh pakai jatuh segala!” Setelah memastikan Dylan melihatnya, Fella membungkuk ke samping dan dengan gerakannya itu, Dylan dapat melihat jelas bukit kembarnya yang terbungkus kain longgar itu.
“Fel!” Dylan mulai gugup hanya karena melihat bagian tubuh milik sang adik yang seharusnya tidak boleh dia lihat.
Sebagai laki-laki normal apalagi Dylan pernah menyukai Fella, Dylan merasa tergoda dengan keseksian yang dimiliki oleh adiknya itu.
“Iyah, Kak Dylan!” Fella sengaja membuat suara yang membangkitkan jiwa lelaki Dylan. Masa bodoh dia dianggap murahan, yang paling penting adalah bagaimana caranya Dylan menjadi miliknya.
“Ka-kamu kok pakai baju begitu sih?” tanya Dylan setelah Fella memperbaiki posisi duduknya kembali.
Fella mengangkat alisnya tinggi-tinggi, merasa tidak ada yang salah dengan pakaian yang dikenakan saat ini. “Memang kenapa, Kak? Ini kan memang baju tidur. Aku beli sama Mama kok,” jawab Fella malah membuka kimono yang melekat di tubuhnya dan semakin menantang Dylan.
Mata Dylan membulat sempurna saat tahu Fella tidak memakai bra sehingga dress tipis dengan tali kecil di pundak itu mencetak jelas bentuk kedua bukit yang sangat menantang.
Pikiran Dylan semakin kacau. Alih-alih menutup paksa tubuh sang adik, Dylan malah memperhatikan seluruh tubuh mulus itu dari ujung kaki sampai ujung kepala.
Logika Dylan kembali muncul. Walau sebagus apa pun tubuh Fella, gadis itu adalah adik kandungnya sendiri. Dylan pun coba memberi nasihat dengan suara pelan. “Bukan begitu, Fel. Kamu ini kan sudah dewasa harusnya ....”
“Tubuh aku bagus kan, Kak?” Fella sengaja memotong pembicaraan kakaknya dan kini ia pun merapatkan tubuhnya itu pada tubuh laki-laki yang sedang menahan diri.
Dylan memandangi tubuh Fella yang memang sangat bagus. Tubuh idaman semua lelaki termasuk dirinya. Jika saja tidak ingat dia adiknya, mungkin Dylan akan menanggalkan pikirannya dan menyerbu bibir ranum milik sang adik.
Melihat kakaknya yang mulai terpancing, Fella semakin bertindak nekat. “Kalau Kak Dylan suka sama tubuh aku, Kakak boleh sentuh apa pun yang Kak Dylan mau,” ucap Fella dengan nada menggoda. Bibir bawahnya sengaja digigit demi menciptakan sensasi yang lebih menantang untuk menggoda keteguhan hati kakaknya itu.
Dylan semakin panas dingin, tapi sebelum semuanya semakin jauh dan akan membuatnya menyesal, laki-laki itu pun menyudahi kegilaan adiknya.
“Cukup Fella! Aku ini kakakmu, jangan pernah memikirkan hal yang menjijikkan seperti itu. Aku tidak akan pernah menyentuhmu! Cepat keluar dari kamarku!” usir Dylan.
Fella tercengang, tapi dia tidak menyerah. Dia menyentuh dada Dylan dan kembali melanjutkan aksinya. “Aku nggak ngapa-ngapain kok. Aku cuma mau Kak Dylan tahu kalau aku sangat mencintai Kak Dylan, dan kalau Kakak mau, Kakak boleh menyentuh tubuhku.”
Dylan semakin kehilangan kesabaran. Dia tidak ingin membuat kedua orang tua mereka kecewa.
“Fella, cukup! Buang pikiran gilamu itu, aku ini kakakmu! Dan jangan pernah menggodaku lagi dengan cara seperti ini, atau aku tidak akan pernah memaafkanmu. Aku akan membencimu seumur hidupku!”
Raut wajah Dylan begitu menyeramkan, sampai-sampai membuat Fella kehilangan kata-kata.
***
Kembang kopinya jangan lupa 💋💋 terus dukung karyaku ya gaess 💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Mei Saroha
anak kecil bs cabul gitu yah
2025-03-29
0
siti homsatun
ya ampiun Fella seperti gadis murahan saja,,,
2023-03-15
3
💞R0$€_22💞
Terlalu agresif lu Fell...tahan diri napa, jelas2 dah ditolak l, malu2in lu jd cewe..Dewhhh
2023-03-06
0