Kemunculan Deliska pagi itu membuat Fella kelimpungan. Dia tidak bisa berkonsentrasi saat dosen menerangkan materi padanya.
Dalam benak Fella, dia hanya memikirkan bagaimana caranya menyingkirkan Deliska, atau pun membuat Dylan menjadi miliknya seorang tanpa ada Deliska.
Saat jam kuliah usai, teman-teman Fella mengajak gadis itu pergi jalan-jalan untuk sekedar nonton atau nongkrong di kafe karena ini adalah hari yang spesial, hari ulang tahun Fella.
“Sory guys, kita pergi next time aja ya. Janji gue yang traktir,” kata Fella yang lebih ingin merayakan hari bahagianya dengan sang kakak dibanding bersama teman-temannya. Pasalnya, waktu bersama Dylan itu jauh lebih susah dicari daripada waktu bersama teman-temannya.
“Alah, nggak asyik banget sih, Fel. Mentang-mentang si Abang balik, kita-kita langsung dilupain,” protes salah satu teman Fella yang bernama Devina.
Sebagai sahabat, tentunya kecewa saat temannya ulang tahun tapi tidak bisa merayakan bersama. Apalagi dua teman Fella itu sudah merencanakan jalan-jalan ini sebelumnya.
“Ya kalian tahu sendiri lah gimana sibuknya Kak Dylan. Selama di LN aja jarang mau angkat telfon. Ini dia udah balik loh, jadi kesempatan banget gitu bisa rayain di hari spesial sama kakak sendiri. Udah deh, jangan bawel, next time kita hang out!” Fella sudah ancang-ancang untuk melarikan diri dari kedua sahabatnya. Gadis itu melambaikan tangan sambil berjalan mundur sebelum akhirnya menghilang dengan cepat.
“Fella tuh aneh banget nggak sih. Dia sama kakaknya tuh terlalu gimana gitu ya, agak aneh,” cetus Devina sembari menatap kepergian Fella.
“Iya juga sih. Dia sama Kak Dylan kayak Brocon gitu nggak sih?” komentar Fanny membenarkan pemikiran Devina.
Memang, sikap yang selama ini Fella tunjukkan untuk sang kakak dinilai terlalu berlebihan, sampai-sampai mereka menduga hal yang tidak wajar yang tengah Fella rasakan untuk kakaknya.
***
Fella telah sampai di rumah tapi tidak menemukan kakaknya di sudut mana pun. Dia buru-buru mandi, lalu pergi ke kamar sebelah milik kakaknya. Dia masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu seperti kebiasaan Fella waktu kecil.
Suara gemercik air yang berasal dari kamar mandi sang kakak cukup menegaskan bahwa laki-laki itu sedang melakukan aktivitas di sana. Lengkungan senyum pun terbit di wajah cantik Fella karenanya.
“Untung Kak Dylan di rumah,” gumam gadis itu.
Sembari menunggu sang kakak yang masih mandi, Fella berguling-guling di kasur Dylan dan berkirim pesan pada Devina dan Fanny. Tiba-tiba saja ponsel Dylan yang berada di nakas bergetar-getar. Fella hanya berniat untuk mengintip tapi saat yang muncul foto Deliska dan nama panggilan sayang Dylan pada gadis itu, hati Fella terasa disayat-sayat dengan pisau yang tajam.
Mengingat nama Deliska sebagai tunangan Dylan sangat membuat Fella kesal. Jika saja dia bisa menemui penyihir, ingin sekali gadis itu meminta penyihir untuk mengutuk Deliska menjadi monyet atau apa pun yang tidak disukai Dylan.
Dengan sengaja, Fella mematikan ponsel kakaknya itu agar Deliska tidak bisa menghubunginya.
'Rasain kamu, Deliska! Hari ini aku tidak akan membiarkanmu merusak hari ulang tahunku. Aku akan membuat Kak Dylan hanya memperhatikanku saja!' gumam Fella dengan seringai mengerikan.
Setelah menunggu cukup lama, Dylan akhirnya keluar dari kamar mandi. Laki-laki tampan itu hanya mengenakan celana pendek yang longgar tanpa kaos atau apa pun untuk menutupi perutnya yang terbentuk sempurna. Ada enam kotak otot perut yang seperti roti di sana yang membuat Fella menggigit bibir bawahnya.
“Oh no! Kak Dylan seksi banget!” batin Fella yang hanya mampu menyuarakan perasaannya dalam hati, tanpa mampu berucap meskipun dengan lirih.
“Fella, kamu di sini?” tanya Dylan sembari mengusap rambutnya yang basah. Sebenarnya dia cukup terkejut dengan kemunculan adiknya yang tiba-tiba ada di kamarnya, tapi Dylan membiarkannya begitu saja.
“Iya, Kak. Aku mau rayain ultah sama Kak Dylan. Temani nonton yuk, aku udah pesan tiketnya loh. Mau ya Kak, please!” ucap Fella sembari menangkup kedua tangannya di depan muka. Memohon dengan ekspresi manja yang sejak kecil selalu dia lakukan pada kakaknya itu.
“Ya udah boleh, tapi kakak siap-siap dulu ya,” balas Dylan sembari mencubit pipi Fella dengan gemas.
Fella bersorak girang. Bak gayung yang bersambut, ternyata rencananya berjalan dengan mulus. “Asyik, makasih kakakku yang paling ganteng,” kata Fella yang kemudian bermanja di lengan sang kakak. “Biar aku bantuin, Kak.” Fella merebut handuk kecil yang dipakai untuk mengeringkan rambut itu dari tangan Dylan.
Dengan telaten dan sepenuh hati, Fella mengusap dan memijat kepala Dylan dengan gerakan-gerakan lembut yang merelakskan pikiran Dylan. Ternyata, Fella pintar memijat juga, pikir Dylan.
“Tubuh Kak Dylan keren banget sih,” bisik Fella di sela-sela pijatannya. Gadis itu membayangkan Dylan sebagai laki-laki dewasa, bukan sebagai kakak kandung seperti seharusnya. Gadis yang baru beranjak dewasa itu merasakan debaran dada yang tak seharusnya karena mereka adalah saudara.
Nyatanya, bisikan Fella itu membuat dada Dylan juga berdebar-debar. Dia mulai tidak nyaman dengan perasaannya, tetapi Dylan mencoba menepis itu. Mungkin saja hal itu terjadi karena mereka baru bertemu saat ini. Dylan menekankan hati dan pikirannya bahwa Fella adalah adik kandungnya.
“Pasti Kak Dylan rajin olah raga ya di sana?” tanya Fella dengan santai saat melihat raut tegang di wajah kakaknya dari pantulan cermin.
Dylan terkesiap. Kata-kata Fella itu menyadarkan laki-laki itu dari lamunan. “Ya begitulah, Fel,” jawabnya sembari mengatur irama jantungnya. “Kak Deliska suka olahraga, dan kami sering olahraga bareng makanya badan kakak bisa kayak gini,” imbuhnya sembari mengingat-ingat kekasih hatinya saat ini.
“Oh.”
Fella sangat tidak suka jika Dylan membahas Deliska. Hatinya terasa terbakar setiap kali Dylan menyebut nama itu dengan wajah malu-malu. Terlihat sekali laki-laki itu begitu mencintai tunangannya, dan Fella membenci hal itu.
***
Fella sengaja memilih genre film horor untuk mereka tonton malam ini. Dengan harapan, dia bisa bebas bersembunyi di tubuh Dylan saat hantunya muncul nanti.
Kedua insan itu sedang menunggu waktu yang sudah ditentukan untuk pemutaran film yang akan mereka tonton. Keduanya tampak serasi dengan warna baju yang sama, dan gaya busana yang hampir mirip. Setelan jeans dipadu dengan kaus polos dan sepatu kembar pilihan Fella, keduanya terlihat seperti pasangan anak muda yang tengah berkencan.
“Kok film horor sih, Fel? Emangnya nggak ada film lain ya?” tanya Dylan setelah tahu film apa yang akan mereka tonton selama dua jam ke depan. Sebagai lelaki yang telah berkencan, tentu saja Dylan tahu apa yang terjadi dalam bioskop dengan genre film seperti pilihan adiknya itu.
“Kata temen aku, ini film rekomend banget, Kak. Makanya aku mau nonton. Mereka udah pada nonton duluan nggak ngajakin aku,” jawab Fella berbohong.
“Ya udah, tapi jangan jerit-jerit ya kalau takut,” timpal Dylan pada akhirnya.
“Tapi kalau peluk boleh, kan?” balas Fella sembari merangkul lengan kakaknya dengan mesra.
***
Novel ini ikut lomba cinta terlarang ya, so bijak berkomentar.. Makasih semuanya, yang langsung gercep mampir, love sekebon 💋💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
LENY
YA AGAK BERLEBIHAN KELAKUAN FELLA SEBAGAI SAUDARA GAK NORMAL TEMAN2NYA AJA JG SDH CURIGA.
2024-05-09
1
LENY
WAH BENER2 CINTA TERLARANG KL ADIK KK KANDUNG KECUALI MRK GAK ADA HUBUNGAN DARAH YA. KK TIRI ATAU APA GITU
2024-05-09
0
#ayu.kurniaa_
.
2023-08-23
0