"Beneran ya Na pernikahannya tidak sah dan akan gagal?" tanyaku lagi meyakinkan.
"Iya Sa beneran nanti aku deh yang atur semuanya kamu tinggal ikutin rencana saja," ucap Nabila.
"Baiklah demi kamu dan demi persahabatan kita aku akan melakukannya," ucapku.
Persahabatanku dengan Nabila sudah melebihi kata bestie, dia dan bundanya sudah seperti keluargaku sendiri, saat keluargaku sendiri tidak memperdulikan aku, ada Nabila dan bundanya yang merangkul ku menganggap aku sebagai bagian dari keluarga mereka.
Aku korban dari broken home, ibuku menikah lagi dan hidup bahagia dengan keluarga barunya, ayahku pun sama. Aku tidak tercatat dalam salah satu kartu keluarga mereka, aku dulu tinggal bersama nenek dan setelah nenek meninggal dunia aku hidup sendiri berusaha bertahan hidup dengan kemampuanku sendiri, aku kuliah dengan mengandalkan uang hasil usahaku sendiri, entah itu aku bekerja paruh waktu atau mengisi kekosongan dengan mengajar privat secara online. Kedua orang tuaku sudah tidak peduli lagi aku hidup atau mati.
Kami pun pulang ke Surabaya guna
mempersiapkan pernikahan itu, sebenarnya bunda sudah menelepon beberapa hari yang lalu agar kami segera pulang tapi kami selalu mencari alasan agar bisa mengundur waktu tapi kemarin bunda marah marah dan kami pun terpaksa untuk segera pulang.
"Assalamualaikum..," ucap Nabila ketika memasuki rumahnya dan bunda telah menyambut kami dengan senyuman manisnya.
"Waallaikum salam... Alhamdulillah kalian sampai dengan selamat," ucap bunda.
Bunda memeluk Nabila kemudian memelukku, bunda telah menganggap aku sebagai anaknya sendiri begitu pula aku pun sudah menganggap bunda sebagai orang tuaku sendiri, aku yang kehilangan kasih sayang dari ibuku aku mendapatkannya dari bundanya Nabila.
"Beristirahatlah kalian pasti capek, nanti sore kita ke butik lihat gaun pengantinnya sudah jadi apa belum," ucap Bunda.
"Nikah kurang empat hari gaun masih di butik Bun," ucapku kaget.
"Mau gimana lagi Sa wong acaranya dadakan begini ya tidak ada persiapan," ucap Bunda.
"Nabila sama Salsa ke kamar dulu ya Bun," pamit Nabila. Aku pun mengekor Nabila pergi ke kamarnya.
"Sepertinya si Adnan suka sama kamu deh Na makanya baru ketemu sudah ngajak nikah," ucap Salsabila sambil menghempaskan tubuhnya ke kasur.
"Dia bukan suka aku Sa kan ketemunya sama kamu jadi dia suka sama kamu, gara gara kamu main sosor saja Sa sekarang malah pernikahannya di percepat," ucap Nabila cemberut.
Aku malah cengengesan mengingat bagaimana tingkahku saat itu, rencananya mau bikin si Adnan ilfill malah sebaliknya dia ngajak nikah di percepat dasar ustadz alim punya cara sendiri untuk menyikapi orang orang seperti aku.
"Aku heran deh Na! sebenarnya si Adnan itu nafsu atau suka kok ngebet banget pingin nikah cepat," ucapku.
"Mana aku tahu! ah bodo amat ayo tidur nanti sore kita ke butik lihat baju pengantin," ucap Nabila.
"Kamu saja yang tidur aku mau jalan-jalan dulu," ucapku sambil bangun dari tempat tidur.
"Mau kemana lagi Sa? apa kamu tidak merasa capek," tanya Nabila.
"Aku mau jalan-jalan sambil beli jajan, mau apalagi kalau tidak jajan," jawabku cengengesan.
"Nitip batagor ya! nanti kalau pulang jangan lupa belikan," ucap Nabila.
"Gak mau beli saja sendiri," ucapku dan berlalu pergi meninggalkan Nabila yang sedang uring-uringan karena permintaannya aku tolak.
"Loh kok masih keluyuran, gak istirahat dulu Sa, gak capek apa?" ucap Bunda saat melihat aku keluar dari kamar.
"Gak Bun sudah biasa, Bunda mau kemana kok rapi?" tanyaku.
"Mau belanja ke warung ada yang perlu bunda beli," jawab Bunda.
"Salsa ikut Bun," ucapku.
"Beneran kamu gak capek Sa?" tanya Bunda lagi.
"Gak Bun! Salsa masih fit kok," jawabku sambil tersenyum manis.
"Ya sudah ayo kalau begitu bunda jadi ada temannya," ucap Bunda.
Aku pun berangkat ke warung yang lumayan besar bersama Bunda, untung saja kondisi warung itu luas walaupun banyak macam sayur dan dagangan lain tapi ditata dengan rapi di tempat masing-masing, saat aku jadi bebas bergerak ke sana kemari.
"Assalamualaikum Tante,"
Aku mendengar suara yang tidak asing di telingaku, aku yakin itu suara si Adnan dan aku pun menoleh untuk memastikan ternyata benar Adnan ada di sini, aku pun bingung dibuatnya jangan sampai dia memanggilku dengan nama Nabila bisa ketahuan bunda sebelum rencana yang aku buat dengan Nabila berhasil di jalankan.
Aku pun mengambil sayur asal asalan pura -pura sedang memilih sayuran agar si Adnan tidak melihatku.
"Waallaikum salam, eh kamu ada di sini juga Nak," ucap Bunda menjawab salam Adnan.
"Iya Te ada yang perlu di beli," jawab Adnan sopan.
Aku pun masih sibuk dengan sayuran yang aku gunakan untuk bersembunyi dari Adnan.
"Mbak cantik kenapa sayur Mamang kok di bolak balik begitu? sayur itu di masak Mbak bukan di bolak-balik seperti pengantin baru," ucap tukang sayur itu.
"Duh cerewet banget sih tukang sayur ini jadi ketahuan kan aku," gerutuku sebal karena tukang sayur yang mulutnya gak mau diam itu.
"Salsabila," ucap Bunda tiba-tiba memanggilku.
"Bunda mau kangkung tidak ini aku sudah pilihkan ?" tanyaku asal.
"Itu bukan kangkung Nak! itu bayam," jawab Bunda.
Aku pun cengengesan karena aku salah menyebutkan nama sayuran yang sejak tadi aku gunakan sebagai persembunyiaku. Aku pun melirik Adnan dan aku lihat dia pun menertawakan aku karena tidak tahu nama sayuran itu.
"Anak perempuan sekarang mah manja manja, pada malas ke dapur bisanya cuma makan jadi tidak tahu nama sayuran, sebelum menikah banyak banyak main ke dapur Mbak, bedakan nama sayur, nama bumbu masakan dan belajar itu mengolah bahan jadi makanan," ucap ibu ibu yang sedang berbelanja sayur juga.
Ini sebenarnya sindiran sih buat aku tapi masa bodo aku tidak ambil pusing.
"Aku sering main ke dapur kok Bu," jawabku tenang.
"Wah bagus itu, pintar masak dong Mbak," ucap ibu itu.
"Bukan Bu cuma buat cari makan saja ,' ucapku cengengesan.
"Waduh Mbak kalau begitu bisa bisa suaminya klayaban cari makan di luar," ucap wanita yang satunya lagi.
"Mending klayaban cari makan Bu, dari pada istri pintar masak gak pintar nyervis malah suaminya klayaban cari yang tukang servis di luaran sana, enak yang di luar dong," ucapku sambil melirik Adnan yang kebetulan saat ini juga menatapku, aku pun mengerling nakal ke arahnya.
"Betulkan ustadz Adnan?" tanyaku sengaja menggoda Adnan.
Rasanya aku ingin tertawa melihat wajah Adnan yang memerah karena malu, walaupun dia sembunyikan dalam sikap tenangnya tapi aku masih bisa melihatnya dengan jelas.
"Hmmm," jawabnya singkat sambil mengangguk.
"Tuh kan calon suami kekinian saja lebih suka istri yang pintar nyervis dari pada pintar masak," ucapku cengengesan.
"Hust kamu ini Sa, suka sekali goda orang kasihan dia malu ," ucap Bunda sambil mencolek tanganku.
"Tenang saja Bun sebentar lagi kan dia mau jadi keluarga juga," jawabku enteng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
QQ
Kok Ustadz Adnan ngga bingung saat bunda memanggil dengan sebutan Salsabila bukannya Nabila kan setau dia itu nama anaknya bunda yang akan dijodohkan dengan nya 🤔🤔🤔🤔🤔
2022-12-23
0