"Loh kenapa beda yang di foto ini terlihat lebih cungkring," ucapku membandingkan orang yang ada di depanku ini dengan yang ada di foto.
"Apa kita bisa langsung pergi?" ucap Adnan.
"Sebentar," jawabku.
Aku berjalan mendekatinya dan mengambil foto selfie berdiri dekat dengannya tapi dia pun segera bergegas mundur dan hampir membuatku terjatuh.
"Bukan muhrim, jangan dekat-dekat," ucap Adnan.
"Ini tuh cuma foto buat laporan kalau aku sudah jemput kamu, pelit banget sih jadi cowok," gerutuku sebal.
Aku pun mengirimkan hasil jepretanku pada Nabila si anak jin itu sebal aku jadi dia selalu menyeretku dalam hal hal yang tidak masuk akal.
"Sip itu orangnya, kamu ngaku saja ke dia kalau kamu itu aku," balas Nabila." Buat dia ilfeel dan memutuskan untuk membatalkan pernikahan ini," lanjutnya.
"Oke siap laksanakan! jangan lupa bayarannya langsung di transfer ke rekeningku," balasku.
Aku pun melirik Adnan yang sejak tadi tidak pernah menatapku sama sekali, Adnan terlihat sangat cool dengan baju Koko dan sebuah shwal di lehernya. Aku sudah tidak sabar kali ini menjadi jin pengganggu dan aku ingin tahu bagaimana reaksinya nanti.
"Ayo kita pergi," ucapku.
Dia pun mengangguk dan berjalan mengikutiku sambil menyeret kopernya.
Aku sengaja mensejajarkan langkah kami aku pun selalu meliriknya yang sampai saat ini tidak pernah menatapku sedikitpun.
Bodo amat aku tidak peduli dia sealim apa dia, aku terus berjalan hingga sampai di parkiran aku tekan tombol remot kunci mobil hingga lampunya menyala.
"Masukkan sendiri kopermu ke bagasi," ucapku pada Adnan.
Orang ini tidak menyahut sama sekali tapi dia langsung berjalan ke arah belakang dan membuka bagasi memasukkan kopernya ke dalam bagasi sedangkan aku menuju arah kemudi dan masuk mobil terlebih dahulu.
Ketika sampai di dalam mobil aku pun segera mengirimkan pesan pada anak jin itu.
"Setelah ini harus aku bawa ke mana pangeran mu ini?" tanyaku.
"Terserah kamu, aku serahkan dia ke tanganmu asal jangan kamu perkosa dia saja," balas Nabila.
Ingin rasanya aku jitak kepala tuh anak sudah bikin orang susah masih saja bercanda.
"Oh dasar stress," balasku.
Aku mendengar suara pintu bagian belakang mobil terbuka lalu tertutup kembali dan saat aku menoleh Adnan telah duduk anteng di kursi penumpang belakang.
"Pindah depan! aku bukan sopir taksi online," ucapku jengkel.
"Aku mau pindah depan tapi perbaiki dulu pakaianmu," jawabnya sambil menatap kaca jendela mobil.
Dia tidak pernah mau menatapku, apakah wajahku ini buruk seperti hantu hingga dia tidak sudi menatapku? Ah masa bodo penting aku harus bisa menggagalkan pernikahan perjodohan Nabila kasihan dia kalau mendapatkan orang alim seperti Adnan sudah bisa di pastikan dia akan berpenampilan memakai cadar alhasil dia tidak bisa tebar pesona bisa mati kutu si Nabila kalau begitu caranya.
"Kamu risih ya dengan pakaianku? kamu tidak suka dengan penampilanku? kita batalkan saja ya perjodohan ini, toh kamu tidak menyukaiku dan aku pun sama," ucapku.
Aku merasa senang mendapatkan jalan untuk mengatakan agar perjodohan ini di batalkan.
"Bukan wewenang ku untuk mengambil keputusan ini," jawab Adnan singkat.
"Eh kok bisa begitu? kamu kan cowok kalau kamu tegas dan ambil keputusan pasti perjodohan ini bisa batal," ucapku ketus.
"Perjodohan ini sudah dijalin sejak kita sama sama masih kecil, jadi bagaimana pun usahamu untuk menbuat perjodohan ini batal tidak akan berhasil, ujungnya tetap aku akan menikahi mu," ucap Adnan tenang.
Aku pun semakin frustasi mendengar jawaban ini cowok, ternyata tidak semudah yang aku bayangkan membuatnya menyerah dan membatalkan perjodohan ini. Aku pun segera mengirimkan pesan pada Nabila untuk melaporkan apa yang terjadi.
"Gawat Na! dia tetap kukuh tidak mau membatalkan perjodohan ini," ucapku.
"Loh kok bisa gitu? please Sa cari cara agar dia mau membatalkan perjodohan ini, aku janji kamu minta apa saja aku berikan asal kamu bisa membuat dia membatalkan pernikahan ini," balas Nabila.
"Terus aku harus berbuat apa anaconda?" balasku.
"Terserah kamu! mau kamu colek colek dia atau kamu ***** ***** nakal pun boleh," balas Nabila.
"Sialan kamu kira aku tante tante girang yang lagi kesepian apa," balasku.
Tiba-tiba terlintas ide cemerlang di otakku aku pun tersenyum miring lalu aku mulai menjalankan mobil.
"Kita cari tempat makan dulu aku lapar," ucapku.
"Hmmm," jawab Adnan.
Aduh nih orang irit banget bicaranya sudah seperti ponsel kehabisan pulsa saja.
Aku yang tipikal orang cerewet menghadapi orang irit bicara seperti ini rasanya pingin jungkir balik saja.
"Sabar" aku mengelus dadaku.
Suasana di dalam mobil sepanjang perjalanan hanya ada keheningan, sayup-sayup aku dengar Adnan sedang membaca dzikir. Aku membayangkan bagaimana jadinya jika Nabila benar benar menjadi istri Adnan bisa bisa dia dibacakan ayat-ayat ruqyah setiap hari dan jin jin yang bersemayam dalam tubuhnya akan rontok satu persatu.
Aku pun tanpa sadar tertawa cekikikan, segera ku bekap mulutku untung saja Adnan sedang fokus berdzikir jadi tidak bisa mendengar tawaku kalau dia mendengar aku tertawa sendiri tanpa sebab bisa bisa aku di kira gila. Atau memang dia sudah menilai diriku ini gila?.
Aku melihat rumah makan yang menyediakan masakan khas Sunda di seberang jalan aku pun membelokkan mobil memasuki area parkir rumah makan itu. Aku segera turun dan Adnan pun mengikuti masuk ke dalam rumah makan.
Aku sengaja duduk dekat Adnan untuk menggodanya, aku memilih kursi yang ada di sampingnya tapi setiap kali aku duduk di sampingnya dia pun pindah tempat duduk aku pun selalu mengikutinya hingga beberapa kali pindah tempat duduk.
"Sudah stop! jangan dekat-dekat, duduk sana agak menjauh," ucapnya mungkin dia sudah capek pindah tempat duduk terus.
"Memangnya kenapa toh kita akan menikah?" tanyaku jahil.
"Aku akan memberikan hak mu setelah menikah, untuk sekarang jaga jarak," ucap Adnan pelan tapi menohok.
Aku pun mencebikkan bibirku dan pindah duduk di kursi yang ada tepat di depannya, posisi kami terhalang meja, sengaja aku duduk di depannya agar aku bisa menggodanya dengan selalu menatapnya nakal.
Pelayan pun datang dengan membawa buku menu aku memesan nasi timbel dan Adnan memesan nasi liwet, tidak beberapa lama pun pesanan kami diantarkan oleh pelayan ke meja kami.
Aku yang sudah kelaparan karena sejak pagi belum sarapan dan waktu makan siang pun sudah terlewatkan tanpa sungkan aku segera menyantap makananku.
"Baca bismillah dulu," ucap Adnan.
"Aku sudah membaca doa dalam hati," jawabku asal.
Padahal mana pernah aku baca doa saat mau makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments