"Assalamualaikum...." Nara baru saja masuk rumah. Dari jauh terdengar salam terjawab "Waalaikumsallam" Eca tengah beberes dapur setelah tutup warung. Tadi ia hendak menunggu sang majikan datang, tapi karena sudah terlalu lama menunggu dan tak kunjung datang akhirnya Eca memuruskan untuk menutup warung.
"Ya Allah buk, saya sampe khawatir lho. Katanya berangkat dari pagi tapi sampe jam sepuluh malam baru sampe. Ibuk baik baik saja, kan? nggak kenapa kenapa, kan?" Saking panik Eca menatap dari ujung kepala sampai ujung kaki. Tidak ada luka atau lecet sedikit pun.
"Saya baik baik saja, Ca. Tadi jalanan macet banget jadi agak lama"
"Kalau begitu tak buatin teh hangat ya buk. Atau mau makan sekalian?"
Sambil melepas jaket "Teh anget aja deh, Ca. Tadi di jalan udah makan kok. Tapi saya mau ganti baju dulu ya, gerah"
"Baik, Buk"
Tak berapa lama kemudian Nara masuk kamar. Menghempaskan badan di atas ranjang "Huff.....hari ini terasa sangat panjang sekali" Mengingat kejadian bersama Bagus membuatnya kesal. Luka lama belum sepenuhnya kering kini mulai terbuka lebar kembali.
Bagus tengah duduk menyendiri di bawah pohon mangga depan rumah. Setelah beberapa bulan bertemu kembali dengan Nara. Setibanya di rumah Bagus banyak merenung. Sikap Nara mulai menyakiti hati "Ternyata hatiku sakit melihatnya berubah drastis. Nara yang dulu begitu perhatian, lemah lembut, dan penurut, sekarang sudah berubah. Kami seperti orang asing" Ucap Bagus.
"Semua terjadi karena salah kamu sendiri" Tiba tiba saja Seorang lelaki tua duduk di sampingnya. Beliau adalah ayah kandung Bagus "Coba kalau kamu tidak selingkuh, pasti saat ini anak dan istrimu masih ada bersamamu" Sambil menepuk pundak sang anak "Lain kali kalau tidak mau terbawa arus jangan suka bermain di tengah lautan. Kamu tidak tau kapan laut akan pasang atau surut. Rumah tangga itu ibarat hamparan lautan, nak. Sekali terbawa arus maka dia tidak akan membawamu kembali. Arus akan membawamu jauh dari tempat semula. Kamu harus terima dampak terburuk dari perbuatanmu sendiri"
Bagus menatap mata sang ayah. Pandangannya meredup seolah menyesali semua yang terjadi. Sekarang dan setelah mendapat karma, dia baru menyadari bahwa orang ketiga dalam sebuah hubungan hanyalah duri. Tiba masa duri itu menyakiri diri sendiri. Cinta seorang pelakor bagaikan sebuah bunga mawar. Meski cantik tapi berduri "Bagus menyesal, pak. Sudah menyakiti Nara. Kalau saja Bagus bisa memutar waktu, maka saat ini juga Bagus ingin kembali hidup bahagia bersama mereka. Bahkan Bagus tidak akan pernah kehilangan Aska" Kalau menyangkut tentang Aska pasti Bagus akan meneteskan air mata. Rasa bersalah tidak akan bisa di tebus walau sampai air mata mengering. Jeritan Aska ketika badan terlempar jauh dari pandangan, membuatnya terus merasa bersalah.
Sang ayah berdiri sambil menatap langit "Sekarang percuma kamu meratapi semua. Yang terjadi telah terjadi, sekarang tinggal bagaimana kamu berbenah diri"
Meraih tangan sang ayah "Iya, pak. Bagus janji akan berubah. Terima kasih ya pak sudah menerima Bagus kembali" Mencium punggung tangan sang ayah. Di balas dengan usapan lembut "Tidak ada orang tua melempar jauh anak anaknya meski ribuan kesalahan sekali pun. Sampai kapan pun dan seperti apa pun, orang tua adalah rumah bagi anak anaknya" Sesekali beliau menghela nafas panjang "Bapak juga sadar kalau kesalahan kamu sangatlah fatal. Tidak mudah bagi bapak menerima semuanya, apa lagi ibumu. Anak yang kami besarkan penuh kasih sayang, tega menyakiti hati anak istrinya demi wanita lain. Tapi kembali lagi, yang terjadi sudah terjadi. Kuatkan hatimu anakku untuk memetik buah dari perbuatanmu sendiri. Bapak hanya berpesan untuk selanjutnya jangan pernah ulangi kesalahan yang sama. Belajar dari masa lalu untuk hidup dimasa mendatang"
"Baik, pak. Bagus akan memperbaiki diri"
"Ya sudah kalau begitu bapak masuk dulu" beliau langsung masuk dalam rumah. Bagus kembali menyendiri "Ternyata benar kata bapak. Tempat kembali seorang anak adalah orang tuanya" Air mata menetes perlahan. Setelah kecelakaan itu dia tinggal bersama mereka. Dengan kondisi Bagus saat itu, tentu saja mereka menerima sang putra bagaimana pun kondisi si anak. Orang tua tidak akan mengusir anaknya meski banyak ribuan kesalahan. Bahkan, seorang buron sekali pun pasti akan di lindungi oleh kedua orang tuanya. Kesimpulannya tidak ada anak jahat dalam pandangan orang tua mereka masing masing. Bagi orang tua anak adalah harta, tapi terkadang anak lupa dengan itu. Kebanyakan anak akan mencari orang tua ketika terlibat dalam masalah. Sandaran ternyaman bagi seorang anak adalah mereka.
"Kenapa bengong...." Suara itu mengejutnya Bagus. Sontak saja Bagus menoleh lalu melihat sosok lelaki berdiri melihatnya.
"Ngagetin aja Lo. Sini duduk temenin gue ngobrol"
"Kenapa sih galau begitu kelihatannya?" Sambil duduk samping Bagus.
Tatapan Bagus tak lepas dari langit "Tadi ketemu mantan bini Gue" Dari nada bicaranya sudah terliha ada banyak penyesalan.
"Kenapa lagi dia?"
Seketika Bagus menundukkan kepala. Kedua tangan mengatup dengan sedikit membungkuk "Dia marah sama gue, Jon. Sampai saat ini dia belum mau maafin gue"
Jono menggeleng kepala sambil memicingkan mata "Ya bagaimana dia nggak marah, punya suami model kaya lo begini. Udah selingkuh sana sini, masih aja buat masalah. Pake bawa anak bungsu lo keluar, andai waktu itu lo nggak maksa, kejadiannya nggak bakal kaya gini, Bro" Orang lain akan marah ketika mengetahui kelakuan Bagus. Tidak hanya menyakiti hati seorang wanita tapi juga memisahkan seorang ibu dari putranya untuk selama lamanya.
Mengingat yang sudah terjadi membuat Bagus hampir meneteskan air mata. Semua kejadian itu adalah penyesalan terbesarnya seumur hidup. Bahkan tidak ada satu pun yang bisa menutup dosa dosanya.
"Gue juga menyesal banget, bro. Kalau pun bisa gue mau menggantikan posisi anak gue. Kenapa nggak gue aja yang mati, kenapa harus anak gue?"
"Yang jelas Tuhan mau kasih tunjuk sama lo, Tuhan mau lo sadar kalau semua yang lo lakuin itu salah besar. Tuhan juga mau menghukum lo biar lo tau apa itu karma" Ketus Jono. Setiap kali membahas tentang Nara semua teman Bagus langsung terbawa emosi. Bagi mereka Nara adalah wanita paling baik sedunia. Seorang wanita yang mandiri, tidak hanya mengandalkam dari hasil suami. Menerima bagaimana pun keadaannya. Tidak pernah membebani keluarga mau pun orang lain. Nara juga kerap membantu teman Bagus yang terlilit hutang piutang. Kurang baik apa wanita seperti itu?
Bagus diam seribu bahas dengan segala penyesalan.
"Tugas lo sekarang menebus karma dari perbuatan lo sendiri. Memang tigas lo sebagai seorang suami sudah tidak berlaku lagi, tapi lo masih punya Tugas penting. Yaitu anak pertama lo. Mau sampai kapan lo terus berdiam diri kaya gini? lo harus menafkahi dia. Penuhi tanggung jawab lo"
"Gimana cara gue nafkahi dia, Jon. Dengan kondisi gue sekarang mana ada yang mau tetima gue lagi" Bagus terlihat prustasi dengan hidupnya.
"Lo udah bisa jalan, kan?" Tekan Joni.
Bagus mengangguk " Iya, tapi kan...."
"Nggak ada halangan buat lo cari kerjaan, bro. Meski kaki lo cuma kaki pelsu, setidaknya lo bisa jalan lagi. Kalau lo mau bisa kok ikut gue kerja di tempat pak Sumardi"
"Tapi gue nggak ada bakat di bidang itu, bro"
Jono tersenyum "Bakat atau tidak kamu nggak akan tau kalau belum mencobanya. Jangan takut mencoba. Gua yakin li pasti bisa"
"Oke, deh gue mau"
"Nah gitu dong. Besok pagi gue kasih tau bos dulu ya baru gue kasih kabar sama lo"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
bener kata Jono ayo kamu berbenah diri bangun kamu masih ada tanggung jawab Andra sebelum dia terjerumus lebih dalam sama pergaulan nya
2022-11-29
0
@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ
pasti lah Nara marah dan benci sama kamu bagus
2022-11-29
0