Pertengkaran Nara dan Bagus

Baru beberapa meter keluar dari pekarangan rumah, tiba tiba saja Nara teringat sesuatu "Pras, kalau boleh nanti berhenti depan tugu itu, ya"

Prasetya langsung menatap Nara "Kamu yakin mau ke sana? aku takut kalau kamu jadi sedih"

Berusaha baik baik saja untuk menutupi kesedihan "I'm fine. Aku sudah ikhlas dengan takdir ini. Semua sudah di gariskan Allah untukku. Aku hanya ingin melihat makam Aska sebentar saja. Meski tidak bisa bertatap muka, setidaknya aku bisa melihat tempat terakhir anakku" Tak bisa di pungkiri air mata perlahan menetes. Sigap Prasetya langsung menyeka air matanya "Jangan menangis, Aska sudah tenang di sisi Allah. Kalau kamu terus bersedih arwah Aska tidak akan tenang di alam sana. Dari pada kamu menangisi dia, lebih baik banyakin doa"

Seketika Nara membuang muka. Pasti hati Nara sangat terpukul atas kepergian sang putra. Meski sudah lewat bertahun tahun lamanya, tapi luka masih tertinggal dalam dada. Kisah pilu seorang ibu harus menyaksikan akhir kehidupan sang anak, di tambah kematiannya di sebabkan oleh tragedi kecelakaan. Setiap kali mengingat kisah tragis yang menewaskan sang buah hati, membuat Nara mengingat kebencian terbesarnya pada Bagus.

Melihat Nara terdiam membuat Prasetya bingung. Dia sendiri tau betapa sakit kehilangan orang terpenting dalam hidup. Kesedihan Nara tidak bisa di gambarkan dengan kata kata. Ibarat jatuh masih tertimpa tangga pula. Andai dia bisa membeli kebahagian dalam hidup Nara, seberapa pun itu pasti dia beli. Sambil terus mengemudi, Prasetya bergumam (Andai kamu tau seberapa ingin aku membuatmu bahagia, sedikit senyum di bibirmu adalah warna untukku. Aku tau tidak ada harapan lagi untukku masuk dalam kehidupanmu, setidaknya aku ingin melihat kebahagiaan itu sebelum kamu benar benar melupakan aku)

"Pokoknya mulai sekarang kamu nggak boleh sedih. Sekarang kamu punya peran ganda sebagai ibu, anak, dan juga ayah. Kalau kamu lemah siapa yang akan menguatkan Andra dan Emak? mereka sama sedihnya. Bisa jadi Andra jauh lebih sedih dari kamu, dia tidak hanya kehilangan adik tapi juga merasa kehilangan kamu. Mulai sekarang hapus kesedihan ganti dengan hidup baru"

"Aku nggak sedih. Hanya saja setiap kali mengingat Aska, hati ini serasa sakit sekali. Apa aku salah jika merindukan anakku..." ujar Nara sembari menundukkan kepala. Jemarinya bermain pada ujung jilbab yang tengah di kenakan.

"Kerinduan beda alam bisa terobati dengan doa. Percuma kamu bersedih seperti ini, sebab tidak akan mengembalikan apa pun. Aku punya sedikit saran sih, itu pun kalau kamu berkenan"

Seketika Nara menatap Prasetya dengan wajah sendu "Apa?"

"Bagaimana kalau mengadakan doa bersama anak yatim? insya Allah doa mereka bisa sampai pada Aska. Saat ini yang Aska butuhkan bukan uang, bukan air mata, dan juga bukan kasih sayang. Melainkan doa dari kita"jelas Prasetya.

"Iya, aku setuju. Insya Allah nanti aku adakan doa bersama di masjid bareng anak yatim. Makasih ya udah kasih saran" Sedikit senyum menyejukkan hati Prasetya.

"Iya sama sama. Nah gitu dong senyum. Itu baru Nara" Reflek Prasetya mengusap ujung kepala Nara. Seketika itu pandangan keduanya bertemu sejenak. "Ah....maaf aku nggak sengaja" buru buru Prasetya berpaling.

"Aska....maafkan bapak ya, nak. Kalau bisa bapak ingin menggantikan posisi kamu. Semua karena dosa dosa bapak, kamu jadi korbannya, nak. Mungkin kata maaf saja tidak akan mengembalikan semuanya. Bapak sangat menyesal, sayang. Bapak benar benar menyesal" Bagus bersimpuh penuh air mata di samping makam sang putra.

Dari kejauhan terlihat Nara memasuki pemakaman. Ia tengah membeli bunga di sekitar makam "Ibu kesini lagi? bukankah baru beberapa hari lalu ibu datang ke sini?" Tanya seorang penjual bunga.

"Iya, bude. Sengaja mampir sekalian mau berangkat kerja" Ujar Nara lembut.

"Ibu ini sama persis kaya bapak bapak tadi, beliau bisa seminggu tiga kali ke makam sini. Katanya anaknya ada yang di makamkan di sini juga" Sambil memberikan sebungkus bunga kepada Nara.

"Bapak bapak?"

"Iya, buk. Mungkin kebetulan saja kali ya buk."

Nara mulai curiga. Tanpa tunggu lama ia pun langsung menuju makam Aska. Benar saja ada seseorang tengah mengusap batu nisan Aska sambil menundukkan kepala "Mas Bagus?"

Seketika Bagus menoleh "Nara?" Dengan susah payah, Bagus berdiri. Baru beberapa bulan lalu ia melakukan pemasangan kaki palsu. Jadi dia agak kesulitan ketika hendak berdiri lagi sehabis jongkok.

"Ngapain kamu di sini?" Tiba tiba raut wajah Nara menunjukkan kemurkaan "Aku sudah peringatkan kamu jangan sentuh makam anakku. Tangan kotor kamu tidak pantas menyentuh makam anakku" Kedua mata Nara membulat sempurna.

Bagus hendak meraih tangan Nara namun di tepis olehnya "Jangan menyentuhku, atau kamu tau akibatnya"

"Nara, aku hanya mau minta maaf sama kamu. Sumpah demi Allah, semua di luar kendaliku. Semua murni kecelakaan"

Mendengar setiap kalimat keluar dari mulut Bagus, membuat telinga Nara memanas. Darah seolah mendidih, jantung berdetak tak beraturan, dan suasana tiba tiba memanas.

Plak....

Satu tamparan keras mendarat pada pipi Bagus "Enteng sekali kamu bicara. Kamu sudah membunuh anakku, dan kamu masih mebela diri kamu sendiri? dasar iblis kamu" Ketika berhadapan langsung dengan Bagus, tentu membuat Nara hilang kendali. Dengan sangat kasar ia mendorong Bagus sampai terjengkang "Seharusnya kamu saja yang mati. Orang seperti kamu tidaka da gunanya hiduo di dunia lagi. Bahkan mungkin neraka saja tidak sudi menampung orang macam kamu ini."

Baru kali ini Bagus menerima perlakukan keji dari seorang wanita. Meski harga diri terlukai, tapi ia tidak bisa membela diri. Semua memang salahnya.

Meraih kaki Nara sambil memohon ampun "Aku tau semua salahku, aku sadar. Tapi aku cuma manusia biasa. Tolong berikan maafmu padaku. Aku sudah banyak menerima karma dari perbuatanku sendiri. Kalau pun aku bisa sudah sejak dulu aku menggantikan posisi Aska" Bagus menangis sambil membayangkan banyaknya derita yang ia beri.

Melepas tangan Bagus "Percuma kamu mati sekali pun tidak akan mengembalikan Aska padaku. Tapi aku sangat ingin melihatmu jatuh sejatuh jatuhnya, biar kamu tau bagaimana karma menjalankan tugasnya" Kecam Nara.

"Nara, aku mohon jangan bicara seperti itu. Aku mau memperbaiki semuanya. Atau kita bisa bersatu kembali dan membuka lembaran baru" Mendongak melihat wajah Nara. Bagus tidak sadar ucapannya justru akan membuat Nara semakin membencinya.

"Berdiri kamu" Titah Nara.

Bagus segera bangkit "Jadi kamu mau menerimaku lagi?" Wajah Bagus menjadi senang.

"Aska....sekarang ibu bersumpah di depan makam kamu, nak. Mulai sekarang sampai kapan pun ibu tidak akan lagi mengulangi kesalahan yang sama" Pandangan Nara beralih pada Bagus. Kepalan tangan mengerat kencang "Dan untuk kamu laki laki durjana" Satu langkah maju "Jangan pernah bermimpi bisa kembali denganku lagi. Sampah seperti kamu tidak layal berada di dekat kami. Lebih baik kamu menjauh dari kehidupan kami, itu jauh lebih baik."

Ucapan Nara bagaikan petir menyambar (Ternyata sakit juga mendengar ucapan Nara. Kenapa dia bisa berubah sejahat ini?)

Wanita lemah bisa berubah menjadi singa pemarah kalau dia banyak di sakiti.

Terpopuler

Comments

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

@C͜͡R7🍾⃝ᴀͩnᷞnͧiᷠsͣa✰͜͡w⃠࿈⃟ࣧ

sukur kamu bagus ,sakit kan di hina seperti itu,

2022-11-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!