Cuitan burung yang meloncat di ranting-ranting pohon membangunkan manusia-manusia yang masih terlelap di dalam tenda.
"Woy, bangun woy udah pagi ini, matahari udah pada berkilau tuh", seru Jihan membangunkan teman-temannya.
Tetapi mereka malah mengeliat dan dan memejamkan mata kembali.
"Woy!!! Kencana hilang!!", teriak Jihan ketika menyadari Kencana sudah tidak ada pada tempatnya.
Seketika semuanya terbangun. Mereka saling pandang ketika mengetahui Kencana sudah tidak ada di tempatnya.
Akhirnya, Satya mengecek keluar tenda. Ia mendapati Kencana tengah berjongkok membelakanginya sembari meniup sesuatu seperti tengah membakar umbi-umbian yang baunya khas membuat lapar perut.
Rambutnya hitam tergerai panjang sepinggang. Dan ia mendendangkan sebuah lagu Jawa yang mereka semua tidak mengerti apa artinya.
"Umpomo sliramu sekar melati, aku kumbang nyidam sari.
Umpomo sliramu margi wong bagus, aku sing bakal ngliwati.."
"Kencana", panggil Satya.
Seketika Kencana menghentikan kidungnya dan menoleh kepada Satya.
"Mas Satya, sudah bangun?"
"Ini kencana bakar singkong sama rebus ketela. Tadi Kencana dapat pohon di sekitar sini, mari makan", ujar Kencana lembut.
"Wah... enak nih kayaknya", ujar Akbar yang langsung menerobos berlari dari tenda.
Semua berkumpul untuk sarapan singkong bakar dan ketela rebus buatan Kencana.
"Kencana, kamu tadi nyanyi apa?", tanya Keysa di tengah-tengah kegiatan mengunyah singkongnya.
"Saya ngidung mbak, itu lagu kesukaan saya, Sekar Melati. Lagu yang sering di nyanyikan simbok ketika mau menidurkan saya", jawab Kencana lembut.
Wajah Kencana berubah sendu, mungkin ia teringat dengan kaluarganya.
"Sudah kencana, jangan sedih. Setelah ini, kita akan mengantarkan kamu ke desa. Kamu masih ingat kan jalannya?", tanya Rio menghibur Kencana.
"Iya, Mas, Desa Mayangsari bersebelahan persis dengan hutan ini", jawab Kencana dengan sumringah.
...****************...
Setelah selesai sarapan, mereka semua segera berkemas dan meninggalkan hutan ini.
Mobil melaju tenang meninggalkan hutan menuju sebuah desa yang tepat persis di dekat hutan sini.
sebuah desa yang sudah modern, penduduknya juga sudah banyak. Namun, saat mobil mereka melintasi perbatasan. Seorang nenek tua berambut putih tiba-tiba melintasi depan mobil.
Hal itu membuat Satya mengerem mobilnya secara mendadak dan mengumpat.
"Hampir aja gue tabrak tuh nenek!", seru Satya dengan kesalnya.
"Mau apa sih? nenek-nenek pengemis kali! kasih uang Sat biar minggir!", ujar Keysa ikutan sebal.
Nenek itu menggedor-gedor pintu tengah mobil yang di dalamnya ada Keysa, kencana dan Jihan.
Karena kesal, Keysa membuka kaca mobilnya. Dan memberikan selembar uang lima ribuan kepada nenek itu.
Namun, nenek itu tidak mau mengambil uang pemberian Keysa. Matanya malah terfokus pada Kencana.
"Den Ayu.....", ujar nenek itu terbata.
"Siapa Kencana? kamu kenal nenek itu?", tanya Jihan.
Kencana hanya menggeleng.
"Den Ayu...kamu sudah kembali... ", ujar nenek itu sendu.
Mereka tak tau siapa nenek yang memanggil Kencana dengan sebutan 'Den Ayu' itu. Kencana sepertinya juga tidak mengenalinya.
"Sudahlah Sat, kita jalan aja, dia orang gila mungkin!", seru Keysa.
Akhirnya, Satya melajukan kendaraannya kembali.
Nenek itu masih menatap mobil mereka meski sudah menjauh. Ada tatapan sendu di pelupuk matanya.
"Hufttt!! ada-ada aja!", ujar Keysa.
Tiba-tiba wajah Kencana berubah pucat. Keringat sebesar biji jagung keluar dari dahinya.
"Huekkkkk.....", pekik Kencana sembari memegangi perutnya.
"Keysa! ambilkan kresek! Kencana mau muntah!", pekik Jihan.
Kencana pun muntah di dalam kresek. Jihan memijat tengkuknya yang dingin seperti masuk angin. Sedangkan Keysa melaburinya dengan minyak angin.
"Kamu kenapa Kencana?", tanya Keysa.
"Mobil ini..sangat tidak enak. Saya tidak terbiasa naik mobil sebagus ini. Saya biasanya naik andong Bapak ", lirih Kencana.
"Oohh.. dia mabuk Key", ujar Jihan setengah tertawa.
Satya berhenti tepat di rumah yang bertuliskan 'Kepala Desa', ia yakin rumah itu adalah milik Pak Kepala Desa sini.
Para lelaki turun dari mobil, sementara para perempuan tetap menunggu di mobil, sebab Kencana tidak kuat untuk turun sehabis mabuk.
"Assalamualaikum, permisi"
Seorang wanita setengah baya keluar dan menjawab salam mereka. Ia mempersilahkan masuk.
"Jadi, apa maksud kedatangan Mas-Mas ke sini?", tanya lelaki yang tak lain adalah Pak Kepala Desa.
"Apa benar ini Desa Mayangsari ya Pak?", tanya Satya dengan sopan.
Pak Kepala Desa dan isterinya saling berpandangan.
"Dari mana kalian tahu?", tanya Pak Kepala Desa.
"Kami hanya ingin menggunakan sebagai penelitian Pak, sepertinya desa ini sangat subur dan kita tahu di maps namanya adalah Desa Mayangsari", ujar Rio sedikit berbohong.
"Sebenarnya begini, desa ini dulunya memang Desa Mayangsari, sangat dulu sekali, ketika masih ada penjajahan Belanda. Namun, Desa Mayangsari sudah lama punah, ketika ada bencana longsor sekitar tahun 1950 an", ujar Pak Kades sembari menyesap rokoknya.
Mereka bertiga tercengang mendengar perkataan Pak Kades.
"Lalu Desa Mayangsari sempat menjadi desa mati tak berpenghuni, dan seiring berkembangnya tahun, desa ini di tempati penduduk lagi. Dan sekarang desa ini telah berganti nama menjadi Desa Argomulyo. Itu cerita setahu saya dari sesepuh saya dulu, saya juga tidak tahu pastinya. Mungkin waktu itu saya belum lahir", tukas Pak Kades .
"Jika kalian ingin tahu sejarah Desa Mayangsari, sebaiknya kalian menemui Mbok Darmi. Ia adalah wanita tua yang katanya lahir di zaman Desa Mayangsari. Usianya sudah sangat tua sekitar seratus tahun lebih. Ia tinggal di dekat jembatan tua di ujung jalan sana", saran Pak Kades ramah.
"Tapi kalian harus hati-hati. Mbok Darmi itu agak aneh. Agak gila!", ujar Isteri Pak Kades.
Mereka bertiga sangat tercengang mendengar fakta dari Pak Kades yang sangat tak terduga itu.
Akhirnya mereka semua undur diri dan menuju rumah Mbok Darmi.
...****************...
"Kita di suruh Pak Kades ke rumah Mbok Darmi, kata Pak Kades, Desa Mayangsari sudah punah puluhan tahun yang lalu", desis Satya ketika sampai di mobil.
"Apa!!!?",
para cewek-cewek tercengang tidak percaya mendengarnya hingga Kencanapun terbangun.
"Tidak mungkin! ini tidak mungkin terjadi, pasti mereka berbohong! mereka pasti komplotan Mas Wisnu yang menyembunyikan orang tuaku", tukas Kencana.
"Arghhhhh....",
Kencana berteriak dan menjambak rambutnya sendiri. Ia menangis histeris.
"Kencana, tenangkan diri kamu. Kita harus mengunjungi Mbok Darmi supaya tahu kebenarannya", ujar Satya.
"Tidak! mereka pasti menyekap orang tuaku di dalam sana. Aku harus turun Mas!", ujar Kencana dengan meronta dan ingin keluar dari mobil.
Keysa dan Jihan memegangi erat pergelangan tangan Kencana.
Gadis itu berontak hingga pergelangan tangannya berwarna kemerahan karena cekalan Keysa yang kuat.
"Kencana jangan bersikap bodoh! tolong kamu menurut pada kami! apa kamu tidak kasihan pada kami yang rela menghabiskan waktu demi menolong kamu!", pekik Keysa geram.
Gadis itu akhirnya luluh, namun dengan air mata yang berjatuhan.
"Kencana, kamu jangan khawatir, kita akan selalu membantu kamu. Kamu yang sabar ya", hibur Satya ketika Kencana sudah luluh.
Gadis itu hanya mengangguk dan merebahkan kepala di kursi penumpang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments