MSM BAB 2. Berjuang Sendirian

Mikhayla menyeret langkahnya keluar dari area rumah sakit. Otaknya berputar keras memikirkan bagaimana caranya untuk mendapatkan uang. Sekarang bukan hanya tentang kebutuhan perutnya yang lapar, tetapi wanita itu juga punya beban untuk membayar hutang.

Mikhayla berhenti sebentar pada sebuah toko pakaian yang terlihat ramai dan menawarkan diri untuk bekerja di sana, berharap ada lowongan pekerjaan di toko tersebut sebab Mikhayla melihat beberapa karyawan toko kewalahan melayani pelanggan.

"Maaf toko ini tidak membutuhkan karyawan baru, kami masih bisa menanganinya."

Mikhayla mengangguk mendengar penolakan dari pemilik toko yang bernada ketus itu.

"Mengganggu saja, kupikir mau membeli, eh nggak tahunya malah mencari pekerjaan."

Mikhayla mengusap dadanya agar dirinya bisa bersabar mendengar kalimat yang diutarakan pemilik toko pada karyawannya. Namun, masih terdengar jelas di telinga Mikhayla.

Hingga sore hari Mikhayla yang sudah berkeliling tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Perutnya sudah terasa sangat lapar dan dia hanya bisa menelan ludah saat melihat toko roti diseberang sana.

"Wah rotinya sudah berjamur, pedagang tersebut tidak amanah. Bukankah tadi saya sudah memilih roti yang berkualitas bagus, kenapa saat dicek sekarang malah kadaluarsa seperti ini?" Seorang wanita langsung membuang roti sembarangan sebab teramat kecewa pada penjual roti yang dijumpainya tadi. Wanita itu langsung menyeberang jalan dan menghampiri toko roti yang sejak tadi menjadi pusat perhatian Mikhayla.

Mikhayla mengusap perutnya dengan bibir yang tersenyum seolah ingin mengatakan pada janin dalam kandungannya bahwa 'kali ini kita bisa makan.'

Tanpa pikir panjang dan tanpa menoleh kanan kiri, Mikhayla langsung mengambil roti tersebut, mengusap dari debu-debu yang menempel lalu memakannya. Jamur roti tidak masalah baginya ketimbang harus menahan perutnya yang sakitnya terasa sangat menyiksa.

Selesai menelan habis rotinya, Mikhayla bangkit dari duduknya berniat untuk mencari pekerjaan kembali. Namun, matanya berkunang-kunang dan pandangannya terlihat kabur. Ada rasa mual yang menyiksa di dalam perut sana dan sepertinya ada yang ingin keluar, tetapi tertahan dan tidak bisa keluar.

"Argh! Sakit sekali." Mikhayla memijit pelipisnya dengan tangan kanan dan menekan perut dengan tangan kiri. Rasanya sakit kali ini benar-benar menyiksa. Mikhayla mengeluarkan busa dari mulutnya dan pandangan matanya langsung menggelap.

***

"Kau keracunan makanan, bisa tidak merepotkanku terus?" Mikhayla membuka mata dan mendapati wanita yang menolongnya itu berada di sisinya lagi.

Mikhayla langsung mengedarkan pandangan ke segala penjuru lalu menyadari bahwa dirinya berada di rumah sakit lagi.

"Kenapa harus dia lagi yang menolongku?" batin Mikhayla.

"Kenapa hanya diam? Kau makan racun ya? Mau lari dari tanggung jawabmu terhadap hutangmu padaku?"

Mikhayla menggeleng. "Tidak, mungkin aku keracunan roti yang sudah aku makan."

"Kalau roti yang sudah jamuran jangan dimakan kalau tidak ingin koid, kayak kebal saja makan sembarangan. Yang ada hatimu itu tipis sehingga tidak bisa menyaring racun pada makanan. Ya sudahlah, ini tagihan rumah sakit kali ini dan sudah dipastikan hutangmu akan semakin banyak padaku." Setelah mengatakan itu wanita setengah baya itu langsung bergegas pergi.

"Tunggu dulu Bu!"

"Ada apa lagi?"

"Berapa total hutangku padamu Bu?"

"Bukankah kau sudah melihat sendiri rincian administrasinya?"

"Iya tapi dengan bunganya saya tidak tahu berapa totalnya."

"Sepuluh juta." Wanita itu menjawab dengan enteng sedangkan Mikhayla tampak menganga tak percaya.

"Sudah tidak ada yang mau ditanyakan lagi?" Wanita itu hendak bersiap-siap pergi lagi.

"Boleh aku meminta tambahan pinjaman?"

"Apa? Sudah punya hutang 10 juta masih mau pinjam lagi?"

Mikhayla mengangguk lemah. "Saya butuh uang untuk makan dan kalau saya kelaparan tidak bisa bekerja untuk menyicil hutang pada Ibu."

Wanita yang menjadi lawan bicara Mikhayla diam sebentar. Beberapa saat kemudian mengeluarkan dompet dari dalam tasnya. Wanita itu menyodorkan 2 lembar uang seratus ribuan pada Mikhayla.

"Ingat bayarnya 2 kali lipat!"

Mikhayla yang memang butuh uang menyanggupi begitu saja persyaratan dari wanita itu. Sekarang yang menjadi prioritas adalah perutnya kenyang, perkara membayar hutang dia pikirkan nanti saja.

Keluar dari rumah sakit Mikhayla langsung mencari pekerjaan. Tak perduli tubuhnya yang masih sangat lemah, dia sangat membutuhkan pekerjaan saat ini apalagi jika bicara harus beristirahat dia tidak tahu harus beristirahat di mana. Hari-harinya semenjak keluar dari rumah sudah kacau, hidup di jalanan dan tidur di mana pun dia lakukan agar sedikit bisa mengobati rasa lelah. Beruntungnya tidak ada yang mengganggu dirinya selama ini. Tuhan masih melindunginya, Mikhayla patut bersyukur untuk itu.

Sejauh langkah kaki berjalan, sejauh itu pula hatinya melawan rasa lelah dalam mendapatkan penolakan terhadap lamaran pekerjaan. Hingga langkahnya sampai pada sebuah pasar yang terlihat ramai, Mikhayla berhenti sebentar.

"Bu saya bantu." Mikhayla mengambil barang-barang yang dipegang seorang ibu-ibu yang kelihatannya kesusahan untuk membawa barang-barangnya tersebut.

"Bawa ke angkot yang itu ya Dik!" Permintaan sekaligus perintah dari ibu pemilik barang. Mikhayla mengangguk dan mengikuti langkah ibu tersebut yang berjalan di depan.

"Ini ongkosnya Dik, terima kasih ya sudah membantu ibu."

"Ongkos?" Mikhayla menatap uang yang sudah ada di tangannya.

"Iya itu sudah biasa, bagi kami yang kulakan di pasar ini sangat membutuhkan tenaga kuli angkut di pasar. Ambillah!" Setelah mengatakan hal itu ibu pemilik barang langsung masuk ke dalam angkot.

Angkot bergerak meninggalkan pasar sedangkan Mikhayla masih berdiri tertegun.

"Mbak bantu bawain barang aku yuk!" Permintaan seseorang menyadarkan Mikhayla dari lamunannya.

"Iya Mbak dimana?"

"Di sana Mbak."

"Oh oke, baiklah.

Siang hari pasar sudah mulai sepi Mikhayla duduk sebentar di bawah pohon sambil menghitung uang hasil bekerjanya sedari pagi.

"Sembilan puluh lima, seratus ribu. Wah lumayan." Mikhayla mencium uang di tangannya dan langsung berdiri lalu berjalan menuju sebuah warung yang juga masih berada di kawasan pasar tempatnya itu.

"Nasi rames Bu!"

"Baik Mbak, saya bikinkan pesanannya dulu. Dibungkus atau dimakan di tempat?"

"Dimakan di sini saja Bu."

"Baik."

Selesai makan Mikhayla melanjutkan perjalanannya kembali walaupun entah kemana dia akan melangkah.

"Saya harus mencari tempat kos yang murah dulu mumpung uang yang aku pinjam dari ibu itu masih ada, lumayan untuk uang muka." Mikhayla mengambil keputusan di tengah perjalanannya. Tidak mungkin bukan dia tidur di jalanan sepanjang waktu?

Adzan dhuhur berkumandang. Mikhayla memutuskan untuk berhenti dulu di sebuah masjid yang berada di seberang jalan. Mandi, mengambil wudhu, shalat dan beristirahat sebentar ia lakukan di masjid tersebut.

Saat hendak melanjutkan perjalanan kembali dia melihat seorang anak kecil menjajakan tisu dan air mineral di lampu merah, bahkan anak tersebut sampai dua kali mengambil air pada seorang pria setengah tua yang duduk di tepian jalan dengan beberapa dus air mineral dan beberapa dus tisu di depan dan sampingnya.

Tertarik melihat dagangan anak itu begitu cepat laris, Mikhayla pun menemui pria setengah tua itu dan meminta izin untuk menjual tisu dan air seperti anak tadi.

Berhasil, dalam secepat kilat tisu dan air mineral ludes hingga Mikhayla berulang kali menjemput air dan tisu beberapa kali kepada pria itu.

Mikayla merasa puas meskipun pekerjaannya bukanlah pekerjaan yang berbobot, paling tidak dia bukan pengangguran lagi. Hari itu pula dia menemukan tempat kos. Meskipun kecil dan sempit bagi Mikhyla tak mengapa dibandingkan dirinya harus tidur di jalanan seperti beberapa hari ini.

Selama dua bulan Mikhayla menjalani pekerjaan sebagai tukang angkut di pasar ketika pagi sampai siang dan siang sampai sore dia menjajakan tisu dan air mineral di lampu merah. Selama itu pula dia merasa memang tidak ada yang pernah memperdulikan ataupun sekedar mencari dirinya. Dia benar-benar berjuang sendirian untuk hidup dan bisa menghidupi bayi dalam kandungannya.

Suatu sore saat dia menjajakan tisu dan air mineral seperti biasa, Mikhayla melihat seorang preman menepuk bahu anak kecil yang baru selesai mengamin.

"Serahkan semua uangnya padaku!"

"Jangan Bang, ini untuk biaya pengobatan ibuku yang sedang sakit." Anak itu menunduk dengan raut wajah ketakutan begitupun dengan gadis kecil yang ikut dengan abangnya itu.

"Serahkan aku bilang atau kalau tidak, kick." Preman itu menaruh tangannya di depan leher dan menggerakkan melintang seperti gaya orang menyembelih.

"Iya Bang." Akhirnya anak itu menyerahkan sebagian hasil mengamennya.

"Sudah kukatakan, semuanya!" tekan preman itu.

"Atau adikmu ini aku bawa pergi." Preman itu mengunci pergerakan adik dari bocah laki-laki itu.

"Jangan Bang, aku mohon!" Bocah itu tampak memelas.

"Hei lepaskan dia Bang!" Mikhayla menepuk pundak bahu preman tersebut.

"Wow, rupanya ada yang mau jadi pahlawan di sini." Preman itu langsung bersiap memukul Mikhayla. Mikhayla menangkis setiap gerakan yang diarahkan padanya bahkan wanita itu memukul habis pria tersebut.

Melihat temannya kalah preman yang lainnya datang membantu. Sekarang perkelahian bukan lagi satu banding satu melainkan satu banding 3. Walaupun demikian, Mikhayla yang memang menguasai ilmu beladiri tetap memenangkan pertarungan itu.

Tiga preman itu mengaduh kesakitan karena tangannya dipelintir dan tubuh mereka langsung dihempaskan sehingga bertubrukan satu sama lain.

"Pergi atau akan kubuat kalian tidak bisa bergerak tanpa bantuan kursi roda!" Gertakan Mikhayla sukses membuat ketiga preman itu lari tunggang-langgang tak tentu arah.

"Terima kasih Kak."

"Sama-sama Dek, ini uang kalian dan pulanglah!"

Kedua anak itu mengangguk.

Seorang pria yang memperhatikan perlawanan Mikhayla tadi terkesima dan memilih tidak melanjutkan perjalanannya saat lampu merah berubah hijau.

"Hebat, gerakan Anda tadi sangat keren!"

Mikhayla menoleh dan mendapati seorang pria berjalan ke arahnya. Wanita itu mengernyit saat tidak mengenali pria itu.

Mau apa dia ke sini?

"Dari gaya pukul dan tangkis- menangkis Anda saya tahu Anda menguasai ilmu beladiri."

Mikhayla mengangguk dalam hati menerka-nerka apa yang sekiranya pria itu ingin sampaikan pada dirinya.

"Saya punya penawaran baik untuk Anda."

"Penawaran? Penawaran apa?"

"Saya ingin Anda menjadi pelindung istriku. Bisa, bukan?"

"Pelindung?"

"Ya semacam bodyguard untuk istriku yang sering diganggu oleh orang-orang."

"Mikhayla tampak berpikir, apakah bisa dirinya mengambil job seperti itu sedangkan dia sekarang tengah hamil?"

"Kuberikan kamu gaji 10 juta sebulan untuk tugas itu."

Sontak saja Mikhayla terlihat syok. Bagaimana mungkin dia bisa mendapatkan gaji sebesar itu. Dalam mimpi pun dia tidak pernah memegang uang sebanyak itu.

Lalu tanpa pikir panjang lagi Mikhayla menerimanya. Apalagi mengingat rentenir yang telah meminjamkan uang padanya itu seolah selalu membuntuti dirinya dan selalu menagih. Dengan bekerja pada orang di depannya ini, Mikhayla langsung terbebas dari hutang-hutangnya.

"Baik saya terima penawaran Anda."

"Bagus, kalau begitu kamu bisa mulai bekerja hari ini. Mari ikut ke dalam mobil!"

Mikhayla mengangguk dan mengikuti langkah pria tersebut masuk ke dalam mobil.

***

"Arghh!" Seorang wanita cantik berteriak histeris saat membuka kado di tangannya.

"Ada apa Nyonya?" Mikhayla segera berlari menuju majikannya yang tertegun di depan pintu dengan tubuh yang bergetar ketakutan. Kotak di tangannya jatuh ke lantai.

Pandangan Mikhayla teralihkan ke kotak yang kini terlihat berlumuran darah.

"Kucing?" Mikhayla memeriksa kotak yang isinya adalah penggalan kepala kucing yang berlumuran darah segar. Ingin rasanya Mikhayla muntah saat itu juga menyaksikan benda tersebut. Namun sebisa mungkin dia menahannya.

"Nyonya diteror?" gumam Mikhayla.

"Bi jaga Nyonya, saya ingin mengejar orang itu!" perintahnya pada pembantu di sana.

Tanpa pikir panjang lagi Mikhayla membawa motor dan mengejar pengantar paket tadi.

Ckiit!

Mikhayla langsung menghalangi motor pengantar paket itu dengan motornya yang diposisikan melintang di depan motor pria berhelm topong tersebut.

"Jangan halangi jalanku!"

"Katakan siapa yang menyuruhmu!"

"Bukan urusanmu dan kau juga tidak akan tahu jika aku memberitahumu."

"Kurang ajar! Kau telah mengganggu ketenangan majikanku!" Segera Mikhayla menarik lengan pria itu dari atas motor dan memukul. Pria itu melawan hingga terjadilah perkelahian antara keduanya.

Keduanya sama-sama kuat sehingga tidak ada yang menang dan kalah. Lelah berkelahi, akhirnya saat Mikhayla lengah pria itu langsung kabur.

Tidak terasa satu bulan Mikhayla telah bekerja dan tinggal di rumah seorang pengusaha. Tugasnya hanyalah melindungi istri Tuannya itu dan ikut kemanapun wanita itu pergi untuk memastikan keamanannya. Bukan mudah menjadi bodyguard, Mikhayla bahkan harus berkelahi setiap kali ada yang mengganggu majikannya itu padahal perutnya sering sakit saat terguncang.

"Nyonya bolehkah saya izin pergi sebab ingin menemui seseorang untuk membayar hutang?"

"Saya ikut Mika."

Mikhayla menggeleng lemah, bukannya tidak mau majikannya itu ikut. Namun, lebih kepada heran saja sebab ternyata hidup bergelimang harta tidak menjamin kebahagiaan seseorang. Buktinya majikannya itu setiap hari gelisah dan takut jika dirinya ditinggal oleh Mikhayla meskipun sebentar saja. Mikhayla tidak habis pikir kemana Tuannya yang telah mempekerjakan dirinya itu. Sejak sebulan ini Mikhayla hanya melihat tiga kali pulang ke rumah itu.

Mungkin sibuk urus bisnis sana-sini, secara kan dia pengusaha.

"Boleh Nyonya."

"Iya Mik sekalian temani aku shoping ya setelah urusanmu kelar!"

"Baik Nyonya."

Mereka berdua pergi menjumpai wanita rentenir yang telah memberikan Mikhayla pinjaman. Setelah itu baru pergi ke mall untuk berbelanja.

"Mik antar aku ke toilet mall, aku sakit perut!"

"Baik Nyonya."

Mereka berdua pun pergi ke toilet wanita. Setelah majikannya masuk ke dalam, Mikhayla berdiri di luar untuk menjaganya.

"Apa kabar?" Seorang wanita menepuk bahunya dan berbasa-basi.

Mikhayla mengerutkan dahi, berpikir sejenak. "Apa saya mengenal Anda?"

"Tidak, tetapi saya mengenal Anda." Jawaban orang itu sempat membuat Mikhayla berpikir keras. Dia berpikir orang ini adalah suruhan orang tuanya ataupun Bima.

"Kau adalah wanita pelindung untuk orang yang telah merampas hak orang lain," ucap wanita itu kemudian.

"Maksudnya?" Mikhayla benar-benar bingung.

"Orang yang Anda lindungi adalah istri simpanan dari suamiku dan gara-gara dia aku kehilangan anak dalam kandunganku."

Mikhayla menganga, antara percaya dan tidak percaya.

"Kalau kamu tidak percaya kau boleh mencari informasi sendiri apakah yang aku ungkapkan adalah kenyataan ataukah rekayasa semata. Aku harap kamu bisa bijak sebagai sesama perempuan. Aku menganggu dia dan meneror dia hanya agar dia sadar dan mau melepaskan suamiku. Setelah dia lepas aku pun akan menghentikan aksi tidak baikku itu. Namun, jika kamu masih memilih melindungi wanita itu, kau bersiap-siaplah untuk ikut hancur." Wanita itu menepuk bahu Mikhayla lagi dan langsung pergi.

Setelah perempuan itu pergi. Mikhayla menjadi bimbang antara akan tetap mempertahankan pekerjaannya atau pamit dan mencari pekerjaan lain.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

ARA

ARA

Astaga.. Gaji gede tapi jagain pebinor😶

2023-03-06

1

Aulia Finza

Aulia Finza

lho.....klo beneran iya mikha pergi aja deh yg penting dah gk punya hutang lagi

2022-11-16

2

lihat semua
Episodes
1 MSM BAB 1. Lelaki Pengecut
2 MSM BAB 2. Berjuang Sendirian
3 MSM BAB 3. Menjadi Pengantar Bunga
4 MSM BAB 4. Sembunyi dan Melahirkan
5 MSM BAB 5. Masuk Rumah Sakit
6 MSM BAB 6. Mengambil Alih
7 MSM BAB 7. Cobaan, Pengkhianatan, Dan Tantangan
8 MSM BAB 8. Cantika Diculik
9 MSM BAB 9. Tidak Bisa Move On Dan Bertemu Bima.
10 MSM BAB 10. Dia Bukan Anakmu
11 MSM BAB 11. Hasutan
12 MSM BAB 12. Panik
13 MSM BAB 13. Wanita Pembawa Sial.
14 MSM BAB 14. Mencari Mailena
15 MSM BAB 15. Pingsan
16 MSM BAB 16. Hipotensi
17 MSM BAB 17. Jauhi Anakku!
18 MSM BAB 18. Penjelasan Mikhayla
19 MSM BAB 19. Wanita Lemah
20 MSM BAB 20. Permintaan Mikhayla
21 MSM BAB 21. Perpisahan
22 MSM Bab 22. Cantika Merajuk
23 MSM BAB 23. Mimpi
24 MSM BAB 24. Penawaran
25 MSM BAB 25. Kenyataan Pahit
26 MSM BAB 26. Kecurigaan Fergi
27 MSM BAB 27. Buku Harian Mailena
28 MSM BAB 28. Ceroboh Dan Terkena Masalah
29 MSM BAB 29. Berembug
30 MSM BAB 30. Siasat
31 MSM BAB 31. Ketahuan Berbohong
32 Bab 32. Meminta Penjelasan Kembali
33 Bab 33. Pembicaraan Bima dan Cantika
34 Bab 34. Kekonyolan Fergi
35 Bab 35. Tidak Mau Kalah
36 Bab 36. Aneh
37 Bab 37. Dijebak
38 Bab 38. Merasa Dijebak (1)
39 Bab 39. Merasa Dijebak (2)
40 Bab 40. Pernikahan Tanpa Cinta
41 Bab 41. Permintaan Cantika
42 Bab 42. Reynold Tak Berkutik
43 Bab 43. Pengakuan
44 Bab 44. Tragedi
45 Bab 45. Tidak Semua Harus Pakai Logika
46 Bab 46. Berbohong
47 Bab 47. Hadapi Bersama
48 Bab 48. Terenyuh
49 Bab 49. Sadar
50 Bab 50. Oma
51 Bab 51. Air Mata Bima
52 Bab 52. Masa Lalu
53 Bab 53. Harapan
54 Bab 54. Akhir Segalanya
Episodes

Updated 54 Episodes

1
MSM BAB 1. Lelaki Pengecut
2
MSM BAB 2. Berjuang Sendirian
3
MSM BAB 3. Menjadi Pengantar Bunga
4
MSM BAB 4. Sembunyi dan Melahirkan
5
MSM BAB 5. Masuk Rumah Sakit
6
MSM BAB 6. Mengambil Alih
7
MSM BAB 7. Cobaan, Pengkhianatan, Dan Tantangan
8
MSM BAB 8. Cantika Diculik
9
MSM BAB 9. Tidak Bisa Move On Dan Bertemu Bima.
10
MSM BAB 10. Dia Bukan Anakmu
11
MSM BAB 11. Hasutan
12
MSM BAB 12. Panik
13
MSM BAB 13. Wanita Pembawa Sial.
14
MSM BAB 14. Mencari Mailena
15
MSM BAB 15. Pingsan
16
MSM BAB 16. Hipotensi
17
MSM BAB 17. Jauhi Anakku!
18
MSM BAB 18. Penjelasan Mikhayla
19
MSM BAB 19. Wanita Lemah
20
MSM BAB 20. Permintaan Mikhayla
21
MSM BAB 21. Perpisahan
22
MSM Bab 22. Cantika Merajuk
23
MSM BAB 23. Mimpi
24
MSM BAB 24. Penawaran
25
MSM BAB 25. Kenyataan Pahit
26
MSM BAB 26. Kecurigaan Fergi
27
MSM BAB 27. Buku Harian Mailena
28
MSM BAB 28. Ceroboh Dan Terkena Masalah
29
MSM BAB 29. Berembug
30
MSM BAB 30. Siasat
31
MSM BAB 31. Ketahuan Berbohong
32
Bab 32. Meminta Penjelasan Kembali
33
Bab 33. Pembicaraan Bima dan Cantika
34
Bab 34. Kekonyolan Fergi
35
Bab 35. Tidak Mau Kalah
36
Bab 36. Aneh
37
Bab 37. Dijebak
38
Bab 38. Merasa Dijebak (1)
39
Bab 39. Merasa Dijebak (2)
40
Bab 40. Pernikahan Tanpa Cinta
41
Bab 41. Permintaan Cantika
42
Bab 42. Reynold Tak Berkutik
43
Bab 43. Pengakuan
44
Bab 44. Tragedi
45
Bab 45. Tidak Semua Harus Pakai Logika
46
Bab 46. Berbohong
47
Bab 47. Hadapi Bersama
48
Bab 48. Terenyuh
49
Bab 49. Sadar
50
Bab 50. Oma
51
Bab 51. Air Mata Bima
52
Bab 52. Masa Lalu
53
Bab 53. Harapan
54
Bab 54. Akhir Segalanya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!