Aini baru saja selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Eh tiba tiba caci suaminya memanggil dia apa lagi, ya di suruh kerja. Itu yang bikin Aini sebel padahal mereka bersebelahan rumah dan istri cacu suaminya nggak ada anak kecil yang merepotin tapi ya kebiasaaan orang sini suka memperbudak orang dan kalau sudah di tolong ngucapin terimakasih juga tidak.
Awal awal sih Aini nurut karena memang suaminya juga yang nyuruh harus bantu kalau mereka minta tolong. Ini mah bukan minta tolong dia sengaja memanfaatkan rumah dia pekerjaan dia lakukan sendirilah emang dia mahu bantu bantu orang kagak.
"Aini sini, caci memanggilnya tapi dia pura pura tak mendengar."
Wajar saja akhirnya perempuan istri cacu suaminya itu uring uringan. Dia menjelek jelekkan Aini pada suaminya . Bahkan selalu menyalahkan Aini apa pun itu.
Sifat caci ini, Aini sudah paham tetapi lagi lagi suami Aini malah menganggap itu wajar. Katanya nolong orang itu pahala.
Gila bener kalau soal pahala Aini juga tau nyusahin orang gangguin orang itu dosa. Yah ini kan adat orang sini nggak mahu di salahkan apa lagi itu menyangkut wanita wanitanya.
Ini yang buat muak. Padahal mereka kerja nya bersolek aja paling jahit baju setiap bulan itu pun saling pamer. Nah si Aini memang nggak punya malah mereka ngetawain kalau Aini pakai baju itu itu saja.
Yang lebih nyebelin bila Aini di beliin oleh suami nya eh...sudah berbaris ipar ipar minta jatah.
Kadang di pikir pikir di sini musuhnya yang godain laki bukan wanita lain ipar biang kerok edan nggak tu. Kalau di mana mana justru wanita luar teman kerja janda janda atau gadis gadis nakal eh kalau di sini saudari suami.
Boro boro suaminya beliin baju untuk makan sehari hari aja susah. Makanya suami Aini bukan pelit karena dia juga nggak punya gaji lebih. Suaminya lebih mementingkan pendidikan anak anak.
Nah ipar iparnya mereka malah nggak menyekolahkan anak anak mereka . Kalau sekolah pun di sekolah negri gratis. Tapi kalau soal fanshion wah mereka nggak tanggung tanggung. Untuk beli pernak pernik mereka boros semua karena lebih mementingkan fanshion di banding pendidikan anak mereka.
Berbeda dengan suami Aini memang kalau dari segi ini Aini setuju karena anak anak mendapat pendidikan yang layak. Jadi nggak terkungkung adat. Cuma yang bikin kesel mereka menjadikan adat tameng. Contoh ada perkawinan nah suami Aini yang ngatur sana sini semua termasuk keuangan kalau dulu semua tinggal goyang goyang kaki karena full biaya dari suami Aini. Eh sekarang suami Aini malah di anggap tidak layak oleh mereka. Karena ya duit tadi apa yang suami Aini kasih nggak ada.
"Sayang, aku mahu jual kalung mu." Tiba tiba Aini terkejut mendengar ucapan suaminya.
"Buat apa?" tanya Aini.
"Adek ku kan kawin aku nggak ada duit."
"Trus kenapa harus kalungku yang di jual kalau memang nggak ada duit tinggal bilang ke mereka kamu nggak ada duit."
"Kenapa kamu nggak paham juga ini adat kami di sini aku sebagai abang bertanggung jawab."
"Aku tidak menghalangi tanggung jawab mu, tapi coba kamu pikir apa mungkin kalung satu satunya milikku cuma itu yang ku pakai setelah kita ber tahun tahun menikah kamu tega menjualnya demi pernikahan adek mu, adat apaan ini?"
"Kalau kamu tidak mahu ya sudah jangan marah marah."
"Bukan aku mau marah kau yang seharusnya sadar, kalau kalung ini di jual untuk keperluan anak atau kamu aku masih bisa terima, apa kurang bantuan mu selama ini pada adek adek mu, apa mereka nggak ada otak apa untuk kerja apa mereka nggak mikir kalau kamu juga punya keluarga?"
"Yah mereka nggak salah ini adat kami."
"Dengar baik baik yah, aku nggak ada masalah dengan adat kalian yang jadi masalah, kalau hak aku dan anak ku kau pergunakan untuk adek adek mu maka aku pasti bertengkar."
"Kenapa kau jadi marah marah?"
"Aku yang heran sama kamu sudah tau kamu aku muak dengan adat kau orang tetapi masih kau banggakan di depan aku."
kesellllllll yah gimana nggak kesel sudah dari dulu sering di bantuin sewaktu suaminya kerja di luar negri bahkan dulu Aini pun nggak hidup berlebihan semua di rampas adek adek suami eh sekarang malah suaminya yang sengaja bikin Aini kesel dengan alasan adat.
Woiii adat itu kalau kalian kaya silah kan. Ini mah kagak, makan mahu enak tapi nggak mahu kerja. Mahunya gratis tanpa harus banting tulang. Malah semakin bangga adat.
Ngertinya aku kalian begitu karena aku orang asing tetapi sesama pakistan kalian nggak berani gila bener kalian semua.
"Aini kamu nggak beli baju baru?"
tanya ipar Aini.
"kagak."
"kenapa?"
"Lah kamu ingat kalau aku di beliin baju apa mungkin nggak ku pakai, memang kolot kali otak kalian melihat aku pakai baju lama kalian tanya tanya, kalian sudah tau kalau abang kalian nggak beliin."
"Minta lah sama keluarga kamu, kalau suami kamu nggak beliin."
"Apaaaaaaa???? ,hahahahaha", Aini tertawa kencang sampai orang orang pada melihat saking keselnya Aini ngomong. "Hei kamu dungu apa goblok sih kalau suami aku nggak ngasih, artinya dia nggak ada duit dan buat apa aku minta keluargaku, nyusahin keluargaku, aku bukan orang sini kalau laki kalian nggak ngasih malah kalian nyusahin keluarga sendiri, sayang sini kamu dulu ini saudari mu ini memang nggak ada otak kau nggak ngasih aku malah banyak banyak tanya seharusnya dia malu bertanya begitu eh malah sebaliknya semakin bangga dia karena dia memakai baju baru aku baju lama."
Semua yang hadir di situ semua masih saudara karena tuan rumah cuma ngundang keluarga terdekat saja. Nah karena percakapan Aini dan iparnya sempat jadi tontonan suami iparnya memarahinya.
Ya iyalah ngapain juga malu, suami sendiri yang nggak beliin baju baru, eh malah iparnya seneng melihat dirinya pakai baju lama dengan maksut menghina.
Setelah selesai acara adat beserta ***** bengeknya. Tibalah saatnya untuk pulang.
Sekarang bukan iparnya lagi yang ber ulah justru istri dari ipar laki di sebut derani.
"Kamu bawa apa waktu kamu datang"? tanyanya.
"Apa maksud pertanyaan kamu, jelas jelas ngomong?" tanya Aini balik dengan ketus.
"Nih lihat orang tuaku ngasih ini semua."
"Oh ...aku paham, jadi kamu bangga karena kamu bawa barang rongsokan buat apa aku nyusahin orang tua ku bawa barang barang."
"Adat sini memang harus bawa barang barang," timpal yang lain.
"Makan tu adat kalian."
"Hei ada apa ni ribut ribut." Tiba tiba ada anti datang.
"Ini Anti mereka selalu menghina saya dengan alasan adat, dan mereka sengaja jelek jelekkan saya , saya jawablah buat apa saya bawa barang rongsokan kesini keluarga saya tinggalkan apa perlu saya nyusahin keluarga saya."
"Kenapa kalian tidak hormat sedikit pun kepada dia, seharusnya kalian malu bicara begitu sama dia, bela anti tadi atas sikap derani dan iparnya tadi."
"Ah nggak apa apa kok Anti mereka kan orang sini adatnya yang dibanggakan."
"Bukan begitu saya juga orang sini, tetapi sikap seperti itu nggak bisa di benar kan," jawab anti lagi.
"Yah itu bagi orang yang masih waras kalau mereka ini nggak waras."
Di bilangin begitu sama Aini ipar dalam bahasa sini nand saudari suami istri dari ipar cowok derani muka mereka langsung cemberut.
Dewer saudara suami bininya derani. Nand saudari suaminya nandoi. Jadi posisi Aini di sebut jatrani suami jat oleh si derani.
sejak menikah dewernya semakin bertingkah derani sama nandnya Aini. Tapi Aini nggak ambil pusing. Mereka sering datang dan bikin gara gara. Setelah itu Aini kena sialnya.
Memang Aini bukan tipe sabar gimana mau sabar selalu di tuntut adat sedangkan yang lain malah di anak mamakan si Aini di anak tirikan.
Nggak masalah mereka nggak bantu apa pun termasuk nggak ngasih apa pun ke anak anak Aini. Tetapi mbok yah jangan mengganggu rumah tangga Aini. Malah suami Aini marahin Aini kalau bilangin kenapa mereka sering datang.
Waktu itu mereka datang lagi memang kebiasaan bertamu tanpa malu. Tanpa minta ijin datang pergi sesuka hati. Dan harus di layani. Siapa yang tahan. Dengan sikap egois berlindung di balik adat.
"Sayang kok mereka sering datang kesini? Apa mereka nggak punya kerjaan?"
"Inikan hak mereka juga."
Itu jawaban suami Aini. Sudah di jawab Aini kalau hak mereka kenapa saya kamu suruh di sini suruh mereka di sini menetap dan saya pergi. Eh lagi lagi alasan adat yang di bilangin suaminya.
Suami Aini cuma bilang kamu sabar lah nanti anak anak kita besar kamu juga yang senang. Coba kamu perhatikan hidup kita apa kurang kita hidup normal.
Bukan masalah sabar atau benci dengan mereka mereka itu orang orang yang nggak berpendidikan dan terbelakang dalam artian mereka kolot semua. Mahunya enak terus. Iya nggak masalah kalau suami Aini kaya. Ini boro boro untuk anaknya aja mereka makan kurang kurang jarang beli baju karena mereka mikir anak anak sekolah.
Nah sementara yang lain nggak begitu mereka lebih royal ke fanshion dari pada pendidikan anak anaknya. Nah adat tadi sebagai alasan kuat.
Siapa yang tahan mereka nggak bantuin malah nyusahin kalau mereka nggak mahu bantu mbok yah mikir jangan nyusahin. Eh ini malah kagak sudah nggak bantuin numpang berbuat sesukanya trus kalau Aini ngomong tinggal nyalahin Aini.
*******
Kriiiiiiingggggggggg.........
"Halo."
"Mbak sedang apa?"
"Lagi melamun terus buyar dengar hp bunyi."
"Kok melamun kenapa?"
"Ah biasa."
"Cerita dong biar aku jadi pendengar."
"Nggak usah malah bikin mumet kalau di ceritain."
"Oh kalau gitu oke deh boleh aku yang cerita?"
"Silah kan."
"Mbak begini, itu hari kan aku minta tolong sama mbak tentang bantuan dari temen aku, nah sempat ipar ku ngambil bantuan itu dia mahu nguasain dia bohong ke suami aku, jadi waktu aku di pukul depan orang aku bilang lihat saja nanti, ini terakhir kamu pukul saya, dan saya pastikan kamu akan malu besar. Ini uang saya yang saya pinjamkan dulu ama temen saya, sekarang saya minta apa salah saya? Kamu juga nggak mencukupi kebutuhan saya, nah mbak suami saya masih nggak percayakan saya kasih nomor ipar ke mbak kebetulan suami ada di rumah ipar juga, jadi ipar ku bilang ini nomor siapa? Aku tau mereka kaget dengar rekording mbak tapi cepet cepet di ambil ama ipar ku hpnya ku dorong ipar ku terjatuh kena kepalanya jadi semua kaget, dan aku bilang kalian dengar ini baik baik nah setelah mereka dengar semua akhirnya mereka malu sendiri dan suami aku jadi sadar, tau nggak mbak aku bilang ke suami kamu tampar aku gara gara dia adek mu lalu ku tampar berkali kali adeknya itu didepan semua."
"Wahhhhhhhhh hebaaaaattt plok plok," kenapa nggak dari dulu seharus nya kamu dari dulu begitu.
"Iya mbak aku ngerti tapi akukan nggak paham bahasa mereka jadi aku susah mahu jawab."
"Kan aku suda bilang kamu pelajari bahasa."
"Sekarang aku mulai belajar lagi kayak sekolah bahasanya."
"Iya nggak apa apa kamu pelajari trus pratek."
"Makasih ya mbak atas bantuan nya, sangat berarti bagi aku dan anak ku, aku selalu berdoa mbak juga selalu di permudah urusan nya amiin."
"Amiin, ya udah di sana semangat terus yah pokoknya kamu fokus ke anak dan suami aja."
"Iya mbak, mbak jarang koment di group wni, aku juga malas aku cerita nya pamer pameran aja, saling sindir dan nggak peduli teman kalau susah, itu hari aku minta pendapat malah di ketawain, di sindir sindir. Begitu amat temen temen di group, nggak punya perasaan."
"Memang, aku juga malas hehe, di group rempong itu cuma songong songongan pamer pamerin malas aku."
"Iya bener yah aku lebih suka telpon gini nanya kabar."
"Oh ya pamit dulu yah aku mhu kerja lagi nih."
"Ok mbak terimakasih banyak yah."
"Jangan berterimaķasih pada ku ber shukurlah pada yang maha pengasih."
Yah begitu la Aini memang dia nggak setenar teman teman di group rempong tapi Aini kalau ada teman butuh curhat dukungan pendapat dia selalu mencoba membantu.
Membantu bukan hanya dengan uang kadang menjadi pendengar yang baik pun seseorang merasa di hargai. Dari pada di kasih uang trus merendahkan orang, yang di tolong mending nggak usah ngasih sekalian.
Masih ada harapan di mata Aini hidup di manapun tetap sama namanya orang menikah nggak mesti bahagia terus itu yang di pahami betul oleh Aini.
Sekalipun Aini hidup sulit dalam himpitan ekonomi. Tetapi bila melihat anak anak sekolah dengan baik tumbuh besar Aini nggak pernah mengeluhkan susahnya di sini. Justru membuat dia yakin akan masa depan anak anak.
Lebih baik anak anak tumbuh besar dalam didikan orang tua kandung itu yang diingatnya. Kasihan mereka bila harus senasib dengan bapaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Rini Antika
sebaiknya huruf awal pake huruf besar ya Kak, semangat terus..💪💪
2022-11-29
0
Rini Antika
Edan bgt itumah
2022-11-29
0
Rini Antika
itumah orgnya gak tau diri aja, ngucapin terimakasih gak harus pake uang kali
2022-11-29
1