Aini tidak habis pikir begitu pertama kali sampai menginjakkan kaki di sini memang sudah terasa betapa kehidupan di depan sudah mulai terbaca geliatnya.
Namun bukan Aini namanya wanita Indonesia yang tidak mandiri. Semua di lakukan sendiri. Berbeda dengan ipar iparnya sudahlah pada menikah punya keluarga sendiri tapi segala urusan termasuk urusan yang seharusnya tanggung jawab laki masing masing malah di tumpahkan ke suami Aini.
Bukan iri dengan mereka namanya mereka punya keluarga kandung di sini tetapi mereka seperti orang yang nggak punya prikemanusiaan nah bener tuh dasar negara kita patut kita bangga loh. Mencakup segala aspek.
Tapi karena cuma mikirin perut masing masing dan uang berputar dengan pola old mind itu yang justru negara kita di nina bobokan. Yang seharus jadi kekuatan. Yah nggak beda sih dengan negara keduanya sekarang.
Di sini kan mereka banggakan adat tetapi justru adat itu yang buat mereka nggak maju maju bagi yang sudah berpikiran maju mana mahu mereka terkungkung oleh adat. Bahkan ada istilah setinggi apa pun pangkat jabatan bila sudah masuk rumah maka akan tunduk kepada adat.
Begini ada beberapa hal yang lucu sekaligus menjijikkan. Namanya abang kalaupun sudah bertanggung jawab kepada adek adeknya. Dan adek adeknya sudah pada menikah tetap bertanggung jawab. Kalau ini mah adat parasit. Enak di yang kecil pahit di yang besar. Malah mereka bangga loh.
*******
Di suatu hari
"Aini ada duit?" tanya iparnya.
"Buat apa kamu minta duit saya?" jawab Aini.
"Saya mahu beli ini."
"lah trus kenapa pakai uang saya?"
"Itu kan bukan duit kamu, duit abang saya juga saya pun ada hak di situ."
"Eh dengar yah memang duit abang mu tetapi saya istrinya dan saya jauh lebih berhak di banding kamu."
"Awas kau nanti kulaporin ama abang ku."
"Emang ada kerjaan mu yang lain? Selain tukang ngadu? Laporin aja," edan gerutu Aini mhu beli sesuatupun juga minta uang yang sudah di jatahin suaminya.
Ternyata benar iparnya ngadu dan ternyata suaminya justru menyalahkan Aini. Kesal nggak tuh sikap ipar yang nggak punya malu.
"Kenapa kamu tidak kasihkan uang yang dia minta?" tanya suami Aini.
"Maksud kamu apa?" jawab Aini.
"Kan saya tanya tadi saudari saya minta uang kenapa kamu tak bagi?"
"Dengar baik baik, uang ini sudah kamu bagi untuk keperluan saya, trus kenapa saya harus kasih ke dia? Emang dia mau kalau duit yang sudah jadi haknya dikasih ke orang termasuk saya?" Aini tak habis pikir begitu kolot pemikiran mereka. Padahal kalau keadaan di balikkan mereka juga nggak mahu.
Ternyata itu adalah permainan saudari suaminya supaya kedepannnya suami Aini jangan ngasih uang ke istrinya. Ih sangat menjijikkan. Sikap ipar ini lebih menjijikkan dari perempuan yang minta sama pacarnya.
Tak tik kotor beralasan adat berkali kali di buat. Bukan satu kali dua kali iparnya begitu. Pernah suatu kali iparnya mhu minjam sepatu Aini padahal suami iparnya kalau membeli kan sepatu bukan 1 pasang sekali beli 2 pasang eh...tetapi melihat punya Aini di minta juga.
Aini tidak mau minjam kan. Yah marah Aini itu pun dia nggak malu suami Aini juga lebih membela saudarinya padahal ini istrinya.
Nah itu lah negri antah berantah. Sebutan yang tepat menggambarkan keadaan di sini.
Disini peralatan jaman dulu sampai sudah jaman sekarang masih di gunakan sebagian orang. Karena memang seperti strika arang itu alternatif di samping lampu sering mati.
Dipasar pasar yang jualan nggak ada wanita bahkan penjual pakaian dalam wanita pun laki laki hahaha geli juga.
*******
Kembali ke ipar
"Bagaimana rasanya sekarang suamimu nggak ngasih uang lagi, kan?" ledek iparnya senyum puas.
"Oh, jadi itu permainan kamu yah, ok kamu boleh tertawa puas saya bukan wanita pengemis tak tau diri itu adat kalian yang suka nadah sekalipun sudah punya laki, trus laki mu dapat gratislah nggak bermodal."
"Dasar perempuan asing nggak sopan," jawab ipar nya.
"Apa nggak salah ucapan mu kamu yang orang asing di sini, ini rumah saya saya nyonya rumah ini, maka nya kau banggakanlah adat mu itu."
"Lihat aja nanti rumah ini akan jadi milik ku," senyum iparnya sinis menatap Aini.
Ingin rasanya di robeknya mulut iparnya tadi, tetapi buat apa? Dia nggak perlu repot repot. Buat susah yang ada malah dia yang di salahkan.
******
"Sayang minta duit saya mahu beli sesuatu," di perhatikannya suaminya acuh nggak acuh.
Nggak di jawab juga oleh suaminya. Trus Aini diam saja. Padahal dia butuh sekali. Namun sudah hampir 10 tahun di sini bisa di katakan suaminya tidak pernah mengajak dia beli sesuatu untuk keperluannya.
"Ini kenapa pahit?"
"Gula habis."
"Kenapa tidak beli?"
"Mana saya ada duit bukan urusan saya?" jawab Aini .
"Kau bising saja duit duit."
"Kau ini kenapa yang kau kasih itu cuma makan saja keperluanku yang lain kau tidak penuhi, sementara kalau saudari mu minta sekalipun dia tidak butuh kau tak segan segan ngasih."
"Itu bukan urusan mu, dia saudariku dan jangan sekali kali kau larang aku untuk menolong dia."
Preeet edaaaaaaan emang gila. Ini yang membuat ipar ipar sini berkuasa karena tanggung jawab suami sebagai saudara laki laki di salah artikan.
Wouiiiiiii bukan Aini namanya wanita Indonesia yang nggak berani. Sudah negara di tinggalkan eh sampai di sini justru biang kerok ipaaaaaaaaarrrr peaaaaaaakkkk.
*******
Awasss kau yah gumam Aini kau ingat aku nggak bisa membeli kebutuhanku sendiri tanpa uang kau kasih.
Nanti akan aku buktikan kalau aku bisa beli kebutuhan ku sendiri dengan uang ku sendiri.
Di lain tempat.
"Kok kamu gitu sih."
"Iya mbak aku lihat sendiri."
"Mungkin kamu salah paham."
"Gimana mau salah paham di tampar di depan semua orang."
"Ah sudahlah nggak usah di omongin lagi doakan saja semoga dia baik baik saja."
Yah itu nasib teman sesama wni di tempat lain oleh suaminya malah tak segan segan mukul istri di depan orang. Bahkan keluarga suaminya juga jahat sama dirinya. Kayaknya memang adat orang sini begitu tempramem kalau menyangkut ibunya, saudarinya, di jamin mereka marah besar, tapi kalau orang lain mana peduli sekalipun istri atau menantu.
Pernah suatu ketika dia sakit anaknya sakit perempuan itu ngadu ke Aini tetapi apa daya Aini juga nggak bisa apa apa. Cuma bisa menguatkan hatinya tetap sabar demi si buah hati.
Tiba tiba telpon berdering Aini segera menjawab.
"Mbak apa kabar."
"Baik kamu gimana?" tanya Aini sekalipun dia tau temannya itu baru saja mengalami kdrt dia nggak mahu nanya.
"Saya baru saja nidurin anakku, mbak bisa nolong aku?" pinta teman nya.
"Apa itu?"
"Mbak semalamkan aku habis di pukulin lagi ,gara gara aku ketahuan menerima pemberian dari teman, yah ada berupa uang dan pakaian, jadi ipar ku iri, aku minta tolong mbak bilang ke ipar ku kalau itu semua duit aku yang dulu mbak pinjam, mbak kan lancar ngomong urdu jadi mereka bisa paham kalau aku kan kagak mbak."
Termenung Aini mendengar curhatan temannya ternyata temannya jauh lebih menderita di banding dirinya. Memang sih iparnya jahat tetapi suaminya nggak sampai mukul.
"Mbak," ucap temannya mengagetkan Aini.
"Ya iya," Aini tersadar.
"Maaf mbak kalau merepot kan."
"Yah sudah nanti saya rekording kamu kasih nomor ipar mu."
"Makasih mbak semoga urusan mbak juga di permudah amiin."
"Yah sama sama mungkin cuma itu yang bisa kulakuin untuk menolong kamu, nanti akan ku bilang kalau dulu saya berutang uang kepada mu tapi dulu sudah lama yah begitulah kira kira dan sekarang saya membalasnya."
"Iya nggak apa apa, mbak maksud saya cuma mahu mereka nggak nganggap aku minta minta mempermalukan keluarga istilahnya aku sekarang siapapun yang ngasih aku terima tetapi justru karena balas budi."
"Iya nggak apa apa yang penting kamu hati hati di sana yah nanti duit kamu yang pegang ok."
"Iya mbak aku juga belajar jahit dikit dikit belajar bikin rezai jahitnya yah lumayan ini popo suami ada kok baik banget ke aku dia ngajarin aku yang penting kamu harus sabar katanya."
"Yah Alhamdulillah masih ada yang baik keluarga suami mu kamu pandai pandailah di sana."
"Iya mbak makasih sudah mahu mendengar keluh kesah ku."
"Sama sama jangan sungkan kalau mahu curhat silahkan mungkin aku nggak bisa bantu pkai uang tetapi meringankan beban di hati mu."
Cuma itu yang bisa dilakukan untuk menolong dia. Karena bagaimana pun Aini sendiri juga susah.
kembali ke ipar
"Aini kamu asik nelpon aja buat ini."
"Hei aku bukan pembantu mu yang bisa kau suruh suruh."
"Berani kali kau sama aku."
"Ngapain aku harus takut, kau berani karena kau ada keluarga di sini kalau kau nggak punya keluarga saya percaya kau pun takut, bukti nya kau di keluarga laki mu juga di perlakukan tidak baik wajarkan karena kau juga sama."
"Kau iri dengan saya makanya kau bicara begitu."
"Hahahaha, Aini tertawa terpingkal pingkal di bilang iri, hei dengar sini memang kau bli baju setiap bulan makan enak enak tetapi lihat nasib mu sekarang kau malah menjadi pengasuh pembantu anak anak madu mu, ini yang kau bilang iri."
Saking kesalnya iparnya dia menggerutu terus. Tapi bukan Aini namanya kalau nggak menjawab.
Kebanyakan wni di sini kan nangis doang kalau diinjak. Nah Aini dulu juga nggak jawab tapi setelah ngerti ucapan mereka yang ada malah mereka semakin kepanasan.
Yah wajar lah kita sendiri paling teman itu cuma ngetawain kalau kita curhat. Namun Aini nggak mahu begitu kalau ada teman curhat yah di dengar nasehatin tabah kuat.
Cuma itu yang bisa di lakukan ke sesama senasib di negri antah berantah ini.
Di pertemuan
"Mbak gimana kabarnya temen yang itu hari."
"Siapa maksud kamu."
"Itu yang di pukulin suaminya."
"Oh..nggak tau aku."
Tiba tiba orang yang digosipkan datang bersama suami dan anak anaknya. Teman teman yang tadi gosipin terkesima melihat pasangan itu mereka seperti pasangan harmonis bukan di buat buat tapi kenyataan.
"Apa kabar semua," sapanya yah dia teman yang sering curhat sama Aini sejak Aini ngomong ke iparnya tentang bantuan itu suaminya banyak berubah.
"bbaik," ada ragu gugup di raut muka teman yang disapanya.
"Yuk hidangan sudah disediakan yok makan."
Cerita suka cita pertemanan sesama wni yang senasib di pakistan. Yah memang Aini jarang kumpul kumpul karena rumah nya jauh. Mereka yang sering kumpul rumahnya dekat dekat.
Kringggggg......kringggg...
Sudah berkali kali hp Aini berdering tetapi Aini sibuk ngurusin anak anak nya.
Lalu hp suami Aini yang berbunyi. Aini ingat itu bukan untuknya. Karena dia jarang menjawab telpon dari hp suami nya.
📞"Halo, yah saya sendiri, ini siapa yah?"
📞"Oh saya temannya Aini saya telpon dia ber kali kali nggak ada jawaban."
📞"oh sebentar dia tadi sibuk jadi nggak sempat karena ngurusin anak anak."
📞"ok nanti suruh balas sms saya makasih."
📞"oh baik lah."
"Sayang kamu lihat hp dulu tadi teman mu sms kamu tidak lihat," suami Aini ngasih tau.
"Aku masih sibuk nih, nanti lah."
"Sebentar aja lihat."
"Baik lah."
Aini membaca sms dari teman nya. Inti nya kenapa suda lama nggak ngasih kabar. Dan sirrrrrrr darah Aini terkejut begitu melihat kalau temannya ngirim duit ke Aini jumlahnya cukuplah untuk beli keperluan Aini. Dan Aini sangat bershukur ternyata ada juga teman yang masih peduli dengan nya. Padahal teman nya itu sudah lama tidak sms.
Aini ada temen dulu minta tolong sama Aini untuk berkenalan dengan orang pakistan karena Aini bisa bahasanya jadi Aini mak comblang sekaligus wakil bagi temennya. Yah ternyata mereka akhirnya menikah.
Padahal Aini terang terangan mengatakan lebih baik kalau mahu dengannya jangan mahu tinggal di pakistan hehehe ternyata si pakman itu sudah ke paling cinta dan jujur teman Aini mahu mutusin eh ternyata si cowok malah nekat ke Indonesia. Nekat itu cowok datang.
Sebagai ungkapan terima kasih teman Aini ngirim uang untuk Aini. Padahal Aini nggak meminta balasan jasa. Tapi ini kan rezki dan dia butuh.
Cuma bingung gimana ngambilnya. Akhirnya Aini pakai account suaminya.
"Sayang temen aku ngirim uang ke aku minta account kamu, tapi nanti kamu langsung kasih ke aku uangnya," ucap Aini.
"Siapa teman mu?"
"Tadi yang sms kamu?"
"Uang apa?"
"lah uang aku lah."
"Ok nanti ku kasih langsung."
Aini sudah lama merencana kan bagaimana supaya punya uang sendiri dan bisa memenuhi kebutuhan sendiri. bukan tidak bershukur dengan gaji lakinya tetapi gaji suaminya cuma pas pasan.
Belum lagi urusan dokument ijin tinggalnya uang dari mana mahu nggak mahu dia tetap berusaha juga.
Memang susah sih tetapi Allah maha pemberi siapa yang bisa menerka nasib masa depan seseorang tidak ada yang tau. Semangat terus pantang mundur. Jauh dalam hati Aini bersukur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Refnida Fitri
ya saya baru nulis sambil belajar.
2022-12-06
0
Zettasaja
Kak, mau kasih saran hehe
Setelah tanda tanya ga perlu tanda koma ya hehehe
2022-12-06
2
Rini Antika
Semangat terus Aini, semangat jg buat Authornya..💪💪
2022-11-29
1