Demi Sibuah Hati

Demi Sibuah Hati

Awal perkenalan

Dia pendiam terkesan tertutup tidak lain karena dia tipe yang tidak mudah bercerita. Namun jauh dalam hati ia menjerit aku ingin seperti mereka bahagia,tertawa,memiliki apa yang seharusnya di miliki. Namun dirinya cuma gadis dari keluarga miskin.

Temannya yang sesama bermain bahkan yang sama sekolah ada yang menikah bekerja atau melanjutkan kuliah. Sementara dia sejak tamat sekolah seperti kehilangan arah tujuan. Sudah di coba mencari pekerjaan namun tidak mencukupi untuk biaya sendiri.

ibunya yang bekerja sebagai pedagang keliling kadang dagangannya tidak laku. Menambah beban hidupnya.

Dia ingin menjerit sekuat kuatnya, aku ingin seperti mereka hidup normal dan bisa melakukan apa saja, memiliki fasilitas apa saja, namun itu hanya angan angan belaka.

Tapi itu cuma mimpi yang tak mungkin terjadi. Siapa yang peduli gadis miskin yang punya wajah biasa biasa saja. Siapa yang mahu dengan keluarga yang tidak punya nama terpandang.

Begitu ingin sekali mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Kuat tekatnya untuk pergi jauh mengubah nasib .

Aini adalah gadis pendiam terkesan kuper tetapi pintar. Dalam pelajaran sekolah dia selalu dapat pertengahan tidak terlalu pintar atau bodoh. Karena dia berasal dari keluarga miskin dia tidak memiliki gaya apa pun selain gaya cupu. Di akhir sekolah menengah atas Aini mencoba mengadu nasib ke negara orang di sana dia bertemu belahan jiwa yang sekarang menjadi ayah anak anaknya.

Pertemuan mereka terbilang singkat bahkan tidak ada pacaran namun mereka ikhlas menjalani hidup bersama dalam berumah tangga beda adat beda negara.

********

Singkat cerita

"Sayang kenapa tak jawab telpon? Bagaimana saya tau kamu baik baik saja?"

"Iya maaf tadi saya pergi kedokter, dan ternyata saya suda telat datang bulan!Apa yang harus saya lakukan? Sekarang kamu jauh dan saya jauh?"

"Sudah kita terima saja, ini rezki, kita yang buat kita bertanggung jawab kamu jaga diri baik baik setiap bulan saya akan kirim biaya untuk kamu oke! kabari selalu keadaan mu."

"Makasih sayang hati saya senang setelah saya mendengar ucapan mu tadi saya ingat kamu akan menyuruh membuang dan kamu akan melupakan hubungan kita."

"Kenapa kamu berpikir begitu? "saya bukan laki laki brengsek seperti kebanyakan orang orang, yang di sini main perempuan. Cuma saya mikir apa kamu sanggup mengatasi sendiri bagaimana pendapat orang tua mu apa kamu sanggup?"

"Ini hubungan kita, kita jalani suka sama suka dan saya tau resikonya saya tetap mempertahankan anak ini sampai besar. Dan saya tau kamu laki laki yang bertanggung jawab sekalipun kamu juga miskin kita sama sama miskin cuma yang lebih berat karena kita beda negara."

Tak terasa tangisan Aini sesak dada bercerita dengan ayah dari anak nya calon penerus suaminya belahan jiwa nya.

"Sayang kenapa kamu menangis saya kan masih hidup saya belum mati," ucap suaminya menenangkan hatinya yang di liputi kesedihan, membayangkan nasibnya ke depan.

"Iya saya tau kamu masih hidup tetapi saya juga tau resiko ke depan yang akan saya akan alami."

Semakin sesak dada wanita muda itu membayangkan nasib kedepan yang akan dia alami. Tak terasa kehamilannya semakin besar omogan kiri kanan mulai berdesis dan Aini tetap tak bisa bicara apa pun karena rencana janji itu juga butuh biaya sementara segala usaha dan cara suda dilakukan namun semua hanya semakin memperumit keadaan sedangkan keluarga hanya menyudutkan Aini. Tanpa memberi jalan keluar.

3 tahun kemudian.

📞"Sayang, kenapa belum ada kejelasan kapan kamu datang? Anak kita mau sekolah, umurnya sudah semakin besar, kalau kamu tidak datang ke negara saya, kamu panggillah saya ke negara kamu. Saya tidak bisa hidup begini terus, atau kalau tidak? kita berpisah saja."

Aini mengeluarkan kekesalannya selama, ini karena blum juga ada tanda tanda, kapan suaminya datang? Sementara keluarga besarnya selalu menanyakan.

📞"Sayang kamu sabarlah beberapa hari lagi, saya akan panggil Kamu dan anak kita," ucap suami Aini.

📞"Tapi ini sudah sangat lama, kamu pun tau saya sudah bertengkar hebat dengan keluarga saya, karena saya tetap ngotot mengatakan kamu bertanggung jawab, sekarang yang diinginkan keluarga saya kapan kamu datang ?"

Hari ini kembali keluarganya bertanya tentang suaminya. Namun jawaban tetap sama seperti kemaren kemaren.

"Mana suami Kamu? Kapan mahu datang?"

"Ibu, dia ingin datang! Tetapi masih belum sempat."

"Kalau niat ada, Kenapa tak sempat?"

"Ibu, kenapa dia tidak ingin datang ke sini? Dia pasti ingin sekali datang, cuma masalahnya dia belum bisa untuk saat ini"

"Ah..alasan saja, kalau niat ada, sesibuk apa pun pasti disempatkan."

"Ibu cuma ingin dia datang, kan? Dan saya sendiri tidak tau, kapan dia datang? Kalau saya cuma jadi beban untuk ibu ok saya akan keluar dari rumah ini, dan tidak akan membebani ibu lagi."

Yah semakin bingung Aini. Dari pada terus bertengkar. Sementara suaminya belum juga pasti kapan datang.

Setelah bertengkar terus bertengkar dengan keluarga Aini keluar dari rumah orang tuanya. Dia pergi ngontrak bersama anaknya dan dia memberi warning kalau dalam setahun suaminya tidak juga mengurus semua kepergiannya ke negara suami maka Aini putuskan berpisah sepihak.

📞"Sayang saya sudah keluar dari rumah ibu saya. Karena kamu tidak datang juga."

📞"Sayang, kamu sabar yah."

📞"Saya tidak bisa terus begini, kalau kamu masih ingin kita bersama, usaha kanlah bawa saya pergi kalau tidak terpaksa saya melupakan mu," ancam Aini.

📞"Sayang, kamu percayalah sama saya, saya akan usahakan bawa kamu dan anak kita, kamu sabarlah menunggu sedikit lagi uang terkumpul dan saya langsung kirim, dan cepat buat visa untuk kamu dan Anak kita.

📞"Saya bagi kamu waktu dalam satu tahun kalau dalam satu tahun kamu tidak jemput maka terpaksa saya berpisah dengan mu."

Tetapi di lain pihak suaminya memohon mohon jangan lakukan itu karena kita punya anak katanya. Dan dia tidak akan bisa melupakan Aini wanita yang sudah menghadiahkan keturunan untuknya dan lebih lebih anak mereka laki laki.

📞"Sayang apa kabar?"

📞"Baik kamu bagai mana?"

📞"Baik juga, anak kita bagaimana keadaannya?"

📞"Sehat, namun dia degil kali."

📞"Tak apa nama nya anak anak di tambah dia laki laki mesti dia nakal bandel."

📞"Sayang ibu saya nyuruh pulang semalam dia telpon."

📞"Trus kamu apa bilang?"

📞"Apa lagi saya jawab saya pergi dari rumah karena kamu tak datang juga kalau saya pulang kembali nanti bertengkar lagi buat apa."

📞"Dengar baik baik saya sudah bulat tekad saya harus pergi kalau kamu tidak urus saya akan tinggal kan kamu dan kamu tidak akan pernah lagi melihat anak mu untuk selamanya."

📞"Jangan bicara begitu, saya tidak akan bisa melupakan kamu, apa lagi kita sudah punya anak."

📞"Tapi saya tidak bisa berlama lama lagi paham."

*********

Setelah terakhir kali bicara sampai dua bulan kemudian belum juga ada tanda tanda kapan pastinya mau pergi. Aini mencoba menenangkan hati menghibur dirinya dan tetap meyakinkan dirinya kalau semua akan baik baik saja. Dan suaminya pasti menunaikan janjinya tepat waktu.

Walaupun dia sendiri sebenarnya ragu dan bimbang. Tapi apa daya kalau bukan demi anaknya dia tidak akan seperti ini. Apa lagi anaknya lebih banyak darah bapaknya di banding ibunya.

Di tatapnya buah hatinya yang sedang bermain di tambah anaknya semakin keras wataqnya dan dia yang belum berpengalaman memiliki anak di tambah nasibnya, menikah dengan orang luar komplit sudah derita hidupnya, semua di hadapinya seorang diri.

Namun jauh di lubuk hatinya ada secercah harapan untuk dia dan anaknya karena suaminya masih ingin bersama Aini.

Tidak ada keinginan berpisah dengannya begitu pula dengan Aini, bukan bangga punya suami orang luar. Suaminya orang biasa saja. Memang dari negara luar tapi suaminya sederhana saja pekerja keras dan yang pasti tidak suka main perempuan. Dan tidak merokok itu poin yang terpenting kriteria suami bagi Aini.

Di kampungnya bahkan di kota kota banyak cerita bahkan terang terangan perselingkuhan terjadi. Dulu sebelum niat pergi kerja ke luar negri dia sangat berharap ada laki laki yang mahu melamarnya. Namun siapa yang mahu dengan gadis miskin tampang ala kadar.

Oh ya bohong kalau nggak ada. Ada tetapi justru lelaki yang tidak berpendidikan dan pemain perempuan.

Jadi bila sekarang Aini bernasib seperti saat ini Aini masih yakin kalau pilihan ikut suaminya adalah pilihan yang bijak demi mengubah nasib yang selalu di rendahkan orang.

Suaminya masih sayang dia dan tidak mahu kehilangan anaknya. Bahkan dia memohon mohon agar Aini bersabar lagi.

Suaminya akan segera menjemputnya. Kalaupun kadang seperti mimpi rasa tidak percaya. Namun cuma ini yang sekarang yang bisa di lakukannya. Semoga pilihannya ini tidak akan di sesalinya kelak. Sekalipun dia harus meninggalkan keluarga dan tanah air. Sekarang keluarganya anak dan suami bukan orang tua atau saudara saudarinya. Setelah menikah wanita harus ikut suami.

Di dalam sujud Aini selalu memohon untuk di mantapkan hatinya semoga ini pilihan yang tepat. Demi anaknya. Sekalipun dia menghadapi kesulitan asalkan anaknya hidup normal. Ada orang tua.

📞"Sayang kamu urus semua dokument saya kirim uang untuk kamu dan anak kita ok"

Tiba tiba suami Aini mengirim sms singkat beserta uang. Antara percaya dengan tidak Aini tetap melakukannya. Sekalipun ibu Aini memohon mohon untuk membatalkan saja niat Aini. Tetapi Aini lebih memilih untuk pergi di samping tidak mahu membebankan keluarga sendiri dan mencoba menempuh kehidupan baru di negara suaminya.

********

Itu kejadian 10 tahun yang lalu. Dimana Aini terpaksa datang ke negara suaminya. Kalau dari segi kehidupan normal Alhamdulillah tidak ada yang kurang anak anak sekolah suami sejak menetap di negaranya hidup biasa saja.

Sederhana hidup normal rumah tangga yang banyak di impikan bahkan tidak semua orang merasakannya. Namun Aini merasakannya. Yang jadi biang kerok justru ipar dan wanita dari pihak suami yang kerjanya suka ikut campur.

Aduhhhh pokoknya nggak berguna. Dan itu pun malah mereka bangga. Malah menjadikan ke biasaan itu sebagai adat. Iya tidak semua keluarga sih tapi yang kerjanya mahu numpang enak itu yang bikin rumah tangga jadi bertengkar bukan karena suami kurang uang tetapi karena tuntutan adat kebiasaan orang orang di negara suami.

Yang biasanya abang tertua selalu di bebani adat sementara yang muda di anak emaskan. Terlebih kalau ngomongin jehez biasanya wanita menikah bawa isi rumah ke rumah lakinya. Nah ini yang selalu jadi tameng mereka kepada Aini. Sudahlah untuk makan dan biaya sekolah anak saja kurang eh....malah numpang makan ipar mertua bagaimana mahu tahan yah bertengkar. Itupun mereka tidak malu selalu numpang makan minum. Bukan sehari malah berbulan bulan juga pernah. Apa nggak bikin susah hidup Aini.

"Apa yang kamu bawa kesini emang kamu bawa sesuatu?"

Wuih...panas bertengkar di jawab Aini.

"Aku bukan orang bodoh sudah kutinggalkan negaraku ngapain aku bawa barang barang, kalau kalian mahu barang barang seharusnya kalian juga datang ke negara saya emang kalian punya duit?"

Begitu selalu alasannya jehez. Jehez pun bukan jaminan mereka baik. Padahal sejujurnya justru adat itu lah yang membuat hidup mereka tertekan. Bahkan saling menikam dari belakang. Pernah suatu kali iparnya melahirkan.

Tinggal di rumah Aini padahal dia kan ada keluarga lakinya trus ngapain kesini ya itu tadi, adat tadi kalau yang manis manis di telan sendiri nah kalau yang pahit pahit di kasih ke orang. Nah keluarga mertuanya juga nggak mahu di susahin ama dia makanya dia milih numpang di rumah Aini.

Dan mereka tau abangnya suami Aini pasti akan selalu siap di mintai tolong. Eh giliran Aini yang melahirkan mereka datang tapi bukan nolong malah menggolong makan tidur dan biayanya semua suami Aini mereka nggak bantuin kerja ngurus anak anak Aini.

"Hei kalian mikir pakai otak dikit napa aku sakit susah anak anak ku lapar kaliankan nggak ngasih apa apa? Trus kenapa kalian nyusahin aku dan suami. Suami juga punya tanggungan kalau suami berduit nggak masalah eh ini malah bukan nolongin nyusahin."

"Ini kan negara kami suka suka kamilah kau yang harus ikuti adat sini?"

"Hei bukan adat jadi masalah sifat numpang gratis itu yang masalah, kalian ini semua orang nggak berduit miskin orang tua kalian, mbok yah kalian itu nyadar diri berusaha ini bukan nya malah nyusahin. kalau abang kalian berduit aku nggak masalah ini abang mu sendiri untuk anak bini nggak cukup malah numpangin orang yang nyata nyata kalian sudah berkeluarga apa nggak malu? Iya bener ini negara kalian bukan negara saya kalau negara saya numpang hidup gratis bikin malu itu kalau kalian malah bangga."

Capek ngomongin mereka tapi lucunya mereka muka tembok semua nggak punya malu yang ada malah semakin bangga. Ini yah di negara ini anak perempuan begitu lahir orang tuanya malah sudah mulai nabung nanti kawin anaknya harus bawa barang barang. Yah seperti ipar ipar ini.

Namun mereka tetap bersikukuh adat itu harus dijalani melanggar bisa bahaya di kucilkan.

Terpopuler

Comments

Refnida Fitri

Refnida Fitri

ingat ingat awal datang si Aini anak penurut lama lama di kibulin setelah sadar Si aini berubah mbak harimau betina

2022-12-26

0

Authophille09

Authophille09

Holla kak👋 Scala dari "Cinta karena Perjodohan" mampir bawa paket lengkapnya loh🤗

2022-12-17

1

Anindya

Anindya

Aku juga udah mampir ya kak, semangat terus untuk kakaknya😊

2022-12-07

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!