Di kamar Raya merasa prustasi dengan keadaan nya sekarang. Dia rasanya ingin sekali mencakar wajah Yusra yang tampan tapi percuma saja tampan juga jika sikapnya sangat buruk.
Akhirnya Raya memutuskan untuk tidur saja karena kepalanya sangat sakit, memikirkan apa yang sedang dia alami sejak menikah dengan Yusra. Harusnya sebagai pengantin baru dia merasakan indahnya pengantin baru dan bulan madu tapi seperti nya itu tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya.
Sudah seminggu kemudian. Raya tidak lagi bertaya pada Yusra seperti yang ia lakukan kemarin kemarin karena rasanya percuma saja dia bertanya dan memberikan perhatian pada suaminya namun selalu di balas dengan rasa sakit dan kata kata kasar, biarlah toh Yusra juga seperti menikmati momen itu.
Di meja makan.
"Papa menelpon katanya dia ingin kita ke sana. " ujar Yusra dengan wajah datar.
"Apakah papa baik baik saja?." tanya Raya dengan rasa penuh khawatir.
Yusra hanya mengedikkan kedua bahunya acuh tak acuh. Padahal sebagai anak harusnya dia khawatir dengan keadaan sang papa karena di sana papanya hanya tinggal seorang diri.
"Kalau begitu ayo kita ke sana. Mas." ajak Raya.
"Aku banyak pekerjaan. Kamu saja yang kesana naik taxi, bilang padanya jika aku tidak bisa ikut karena sibuk. " setelah mengatakan itu Yusra meneguk air putih lalu pergi beranjak meninggalkan Raya seorang diri dengan tatapan sendu menatap punggung suaminya.
"Mau sampai kapan, pernikahan kita sudah dua minggu tapi sedikitpun kamu tidak menaruh perhatian padaku. Bahkan kamu malah seperti senang ketika aku mendiamimu mas. " lirih Raya.
Akhirnya Raya memutuskan untuk pergi ke rumah pak Yusman dengan memesan taxi online. Tak butuh waktu lama dia sampai di depan rumah sang mertua yang dulu adalah majikanya.
"Assalamu'alaikum." ujar Raya.
"Waalaikumsalam" jawab seorang perempuan yang sepertinya dia adalah perawat jika di lihat dari seragam nya.
"Pak Yusman nya ada, mbak?. " tanya Raya.
"Ini mbak Raya, ya? Silahkan masuk mbak, sudah di tunggu pak Yusman. "
Raya masuk dan melihat pak Yusman yang tersenyum kepadanya. Seperti nya pak Yusman memang sangat menunggu kehadiran Soraya, Soraya mencium tangan yang sudah mulai sedikit keriput itu.
"Bagaimana kabar pak Yusman." tanya Raya begitu jelas khawatir.
"Panggil aku papa, Raya. karena kamu adalah putriku juga ." pintanya. Dan Raya mengangguk patuh.
"Maafkan mas Yusra, ya. Pah, dia tidak bisa ikut karena pekerjaan sedang banyak. "
"Tidak apa apa. Papa mengerti kok, gimana apakah sudah ada tanda tanda?." tanyanya dengan senyum mengembang.
Bukan tidak tahu arah pembicaraan pak Yusman hanya saja Soraya sangat bingung bagaimana cara menjelaskan nya. Dia sangat takut jika dia menjelaskan hubunganya dengan Yusra tidak baik baik saja dan tidak seperti pasangan lainya.
"Kenapa kamu murung?. " tanya pak Yusman.
"Tidak apa apa. Pah, aku hanya sedih melihat keadaan papa. " jawabnya bohong padahal pak Yusman tahu keadaan anak dan menantunya karena bi Isah selalu mengadukan perihal rumah tangga mereka.
"Apakah Yusra, tidak bersikap baik padamu?."
"Ng... Mas Yusra baik kok, pah! Dia sangat perhatian dengan Raya. " Raya masih saja bohong.
"Tidak usah bohong, Raya. Papa tahu yang sebenarnya." dan itu membuat Raya menunduk sedih.
Pak Yusman menghela nafas berat. Dia mengusap kepala Raya dengan penuh sayang, kemudian mengeluarkan handphone untuk menghubungi Yusra.
...
Di tempat kerja Yusra sedang sibuk dia berhenti sejenak dan mengambil benda pipih itu melihat siapa yang menghubungi nya. Ketika tahu siapa yang menelpon Yusra langsung mengangkat nya.
"Ada apa pah. "
"....... "
"Hmm, ya. Aku akan segera kerumah. "
"...... "
"Ya, aku akan datang. Karena pekerjaanku sedikit lagi selesai." setelah mengatakan itu Yusra kembali melanjutkan pekerjaan nya.
"Sangat menyebalkan!." gumamnya.
Pukul lima sore Yusra sudah sampai ke kediaman pak Yusman, dia di sambut oleh Raya namun tetap saja dia menampilkan wajah datar.
"Pah, sehat. " sapa Yusra tak basa basi dia langsung duduk di sofa ruang tamu begitu tiba.
"Papa sehat. Tapi perasaan papa yang tidak sehat. " jawabnya dramatis.
Yusra menautkan kedua alisnya.
"Yus , apa kamu tidak ada niatan untuk berbulan madu? Kasian Raya, harusnya kan pengantin baru itu pergi bulan madu dan bersenang-senang tapi kamu malah sibuk dengan pekerjaan. " ujarnya.
"Untuk apa aku lakukan itu, bukankah sejak awal papa tahu kalau aku tidak akan pernah memperlakukan menantu papa seperti seorang istri! Karena bagiku dia itu hanya seorang pembantu, jadi papa jangan pernah menyuruhku untuk bulan madu ataupun hal lainnya, aku sudah menuruti kemauan papa. " terus terang saja Yusra di hadapan papanya dan juga Raya. Raya yang mendengar itu hanya menunduk dan mengepalkan tanganya kuat kuat.
"Yusra, papa sudah tua. Cobalah belajar untuk menerima pernikahan ini dan Soraya, papa juga ingin segera memiliki cucu. Kamu tahu jika waktu papa sudah tidak lama lagi." bujuknya.
"Cukup pah! Aku muak mendengar alasan papa yang satu itu, persetan dengan omongan dokter yang mengatakan jika umur papa tidak akan lama lagi! Memang mereka siapa? Mereka bukan Tuhan yang bisa menentukan hidup dan mati seseorang. "
Dada Yusra naik turun karena emosi yang tidak bisa dia tahan.
Raya hanya menduduk dan tidak mengerti dengan ucapan Yusra yang mengatakan jika waktu mertuanya tidak lama lagi , apa maksdunya.
"Yus, sebelum papa mati. Tolong kamu perlakukan Raya dengan baik, perlakukan lah Raya sebagaimana seorang istri tolong kamu coba buka hati kamu untuk menerima Raya. Papa mohon Yusra. "
Hening... Tidak ada kata kata yang keluar hanya ada helaan nafas saja.
"Papa tahu kamu membuat perjanjian bodoh kan dengan Raya." kata Yusman dan itu membuat Yusra menoleh pada Raya dia pikir jika Raya yang memberitahu Yusman.
"Kamu." ujar Yusra dengan suara tertahan sementara Raya dia menatap Yusra dan menggeleng karena dia sama sekali tidak mengatakan soal perjanjian itu.
"Papa tau semuanya, Yusra! Papa tahu, tidak perlu kamu merahasiakan nya lagi dengan papa, kamu sangat keterlaluan Yus." geram pak Yusman.
"Cih! Papa bilang aku keterlaluan? Justru papa yang keterlaluan karena papa dengan seenaknya menjodohkan ku dengan pembantu ini, dan papa memberikan aku pilihan seolah-olah aku harus bersedia dan setuju padahal papa tidak tahu apa yang aku rasakan papa egois! Papa hanya memikirkan perasaan papa sementara papa tidak pernah sekalipun memikirkan perasaanku. Apa papa tahu? Jika aku tidak bahagia dengan pernikahan ini pah aku benci." ujar Yusra meluapkan semua isi hatinya.
"Mas." lirih Raya dengan air mata yang sudah tak terbendung lagi.
"Diam kamu! Aku tak butuh kamu aku membenci kamu Soraya! Aku sangat membenci mu!." teriak Yusra.
"Sudah cukup Yusra!! " kali ini pak Yusman yang meneriaki Yusra. "Papa minta maaf, tidak seharusnya papa bertindak sesuka hati papa, maaf karena papa tidak mengerti dengan perasaan kamu tapi tolong Yus, ini untuk yang terakhir kalinya papa mohon! Tolong Terima pernikahan ini dan papa mohon sama kamu untuk memperlakukan Raya dengan baik, tolong batalkan surat perjanjian itu Yus. Papa mohon jangan pernah sekalipun kamu mempermainkan pernikahan. Yus, papa.... Akh. "
Pak Yusman tidak melanjutkan ucapanya karena dadanya terasa sakit, itu membuat Yusra dan Raya kaget.
"Papa!." ujar Raya sementara Yusra hanya diam saja karena emosinya masih belum reda. Raya panik dan memanggil perawat.
"Mbak.... Mbak tolong mbak." teriak Raya.
Akhirnya pak Yusman di bawa kerumah sakit pada malam itu dengan peralatan yang menempel di sekujur tubuhnya kata dokter denyut jantung nya melemah dan keadaannya kritis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments