Bab 2

Mulai malam ini aku dan mas Yusra tidur satu kamar dan untuk pertama kalinya dalam hidup aku tidur satu kamar dengan seorang pria yang tak lain adalah suamiku sendiri. Namun baru saja aku hendak naik ke atas kasur tapi suara mas Yusra menahanku dengan ucapannya.

"Kamu mau apa?! " tanyanya ketus.

"M-mau tidur mas" aku menjawab dengan gugup.

"Tidur di sofa sana, tidak sudi sekali tidur dengan mu" masih dengan bernada ketus mas Yusra menyuruhku tidur di sofa,

"I-iya mas"  aku langsung berjalan ke atas sofa dan ku lihat mas Yusra bangkit dari duduknya kemudian memberikan aku bantal dan selimut. Meski begitu ini lebih baik bagiku.

"Besok kita akan pindah rumah. Kita akan tinggal di rumah ku"

"Iya mas" jawabku sekenanya.

"Ingat ya Raya! Meski kita sudah menikah bagiku kamu hanya seorang pembantu! "  hatiku sakit sekali rasanya entah sudah berapa kalinya mas Yusra bicara seperti itu padaku, aku tahu pasti dia masih tidak bisa menerima ini tapi kenapa dia tidak menolak saja dari awal kenapa dia malah menyetujui nya.

"Iya mas Raya ngerti"  jawabku dengan pelan.

"Bagus kalo kamu ngerti dan jangan pernah kamu berharap aku akan cinta sama kamu ya. Selamanya kamu cuma istri di atas kertas! Aku tidak mau jika nanti teman temanku kerumah dan kau perkenalkan dirimu sebagai istri di hadapan mereka. "

"Maksud mas Yusra apa? Kenapa menyebut istri di atas kertas? Bukanya pernikahan kita ini sah di mata hukum dan agama"  aku tidak mengerti apa sebenarnya yang terjadi.

"Mimpi kamu! Ini kamu baca ini dan tandatangani ini" mas Yusra melemparkan sebuah kertas yang isinya jika aku menikah dengan dia hanya karena anak dan jika aku hamil lalu melahirkan aku harus pergi dari rumah dan tidak boleh membawa anakku nanti.

"Mas.. " lirih ku aku tidak bisa berkata apa apa jujur ini sangat menyakitkan bagiku kenapa mas Yusra mempermainkan pernikahan? Apakah dia tidak tahu jika pernikahan ini sakral dan sudah di saksikan oleh Allah dan para malaikat tapi kenapa mas Yusra begini. Aku hanya bisa terisak ketika aku membaca isi di dalam kertas itu.

"Aku tidak butuh tangismu Raya! Cepat tanda tangan ini dan ingat! Jangan sekalipun kamu beri tahu papa karena dia tidak tahu apa apa soal ini"  mas Yusra menatap ku penuh marah dengan mata yang tajam dan mau tak mau aku tandatangani kertas itu dengan tangan bergetas serta air mataku yang terus mengalir.

"Mas. Kenapa kamu setuju menikahi ku jika begini akhirnya? Lebih baik kita akhiri saja pernikahan ini aku tidak ingin seperti ini mas, ok jika kamu tidak menganggap ku sebagai istri mu tapi tidak bisakah batalkan saja surat ini" mohon ku.

"Tidak bisa! " bentak mas Yusra dan merebut kertas itu dan dia menyimpannya kemudian keluar dari kamar. Entahlah dia mau kemana malam begini aku ingin mencegahnya namun aku terjingkat kaget ketika mas Yusra membanting pintu.

Brakk!!

"Astagfirullah" aku mengelus dada dan membaringkan tubuh di sofa, entah takdir apa yang sedang menimpa ku belum sehari aku jadi istri tapi sudah banyak sekali air mata yang ku tumpah kan. Sepertinya hari hari yang akan ku jalani tidak akan berjalan dengan baik seperti yang ku bayangkan aku berharap aku bisa kuat dan tegar menghadapi sikap mas Yusra.

Entah ini sudah jam berapa aku membuka mata dari tidurku dan rasanya seluruh tubuhku remuk akibat tidur di atas sofa dan aku sangat terkejut ketika mas Yusra mencibir ku.

"Istri macam apa kamu heh! Jam segini baru bangun. Jangan mentang-mentang kamu sudah menikah denganku kamu jadi bermalas-malasan ya! " bentaknya aku kaget aku langsung duduk tegak dan menunduk ketika kena marah mas Yusra.

"Maaf mas. Raya kesiangan, Raya akan mandi dan menyiapkan sarapan" jawabku.

"Tidak perlu. Sebaiknya kamu mandi dan siap siap karena kita akan pindah! Kamu ini apa tidak dengar semalam aku berkata seperti itu hah! Dasar pemalas!"

Brak!!!

Lagi dan lagi mas Yusra marah marah dan berakhir membanting pintu yang membuat aku takut dan kaget. Aku berjalan menuju kamar mandi aku mandi tergesa gesa karena aku tidak mau kena omel mas Yusra.

"Lelet banget sih kamu! Lihat ini sudah jam berapa? Dasar pembantu! "

"Mas maaf ini aku udah cepet kok" jawabku menunduk.

"Halah banyak alasan, cepat kemas barangmu. Papa sudah menunggu di luar"

Aku membawa tas ransel ku yang isinya tak seberapa itu. Dan bertemu dengan pak Yusman yang kini sudah menjadi papa mertuaku, dia tersenyum menatapku dan mengelus kepalaku saat aku pamit padanya.

"Hati hati ya kalian. Sering sering main ke sini ya tengokin papa"  kata pak Yusman dia selalu tersenyum hangat. Dan rasanya aku tak tega meninggalkan dia begitu saja.

"Pah kami pamit ya" ujar mas Yusra dan juga aku. Usai bersalaman kami naik ke mobil dan meninggalkan pak Yusman seorang diri sembari melambai tangan pada kami.

Aku menghela nafas. Karena rasanya sesak sekali apa lagi ketika melihat wajah tegas mas Yusra aku sangat takut.

"Mas, kenapa kita tidak tinggal dengan papa saja? Aku takut penyakit papa kambuh sewaktu waktu" kataku memulai pembicaraan.

"Jangan besar kepala kamu! Ingat aku tidak menganggap kamu istri ku dan jangan so akrab denganku! "  mas Yusra mengardikku dengan ketusnya.

"Jika papa sakit tinggal bawa berobat, jangan so perhatian dengan keluargaku termasuk aku. Jadilah pembantu yang semestinya pembantu jangan berlagak jadi seorang istri dan menantu! "

Sabar Raya sabar. Orang sabar di sayang Tuhan dan aku hanya bisa menghela nafas tanganku meremas baju dengan kuat guna melampiaskan nyeri yang ada di ulu atiku karena perkataan mas Yusra.  Setelah empat puluh lima menit akhirnya aku dan mas Yusra sampai di kediaman mas Yusra dan di sana kami di sambut hangat oleh bik Isah. Aku dan bi Isah berpelukan karena sudah lama kami tak bertemu dia juga mengucapkan selamat atas pernikahan ku dengan mas Yusra.

Aku mengikuti kemana langkah mas Yusra di dalam rumah itu. Tapi langkah ku terhenti karena ucapan kasarnya itu,

"Mau kemana kamu? " katanya dengan alis terangkat.

"Mau ke kamar mas" jawabku takut.

"Cih! Jangan mimpi kamu! Kamu tidur di kamar tamu jangan harap ingin tidur di kamar ku, paham! " jawabnya.

"Tapi kenapa mas? Kita sudah menikah kenapa harus pisah kamar? Aku istri kamu"  ku beranikan diri berkata seperti itu.

"Istri di atas kertas jika kamu lupa! " kata mas Yusra dengan telujuk tepat di wajahku. Lagi air mataku turun.

***Hay. Selow update ya, karena aku sedang merevisi ulang ceritaku yang pertama dengan perubahan alur jadi.......

Selamat membaca dan jangan lupa berkomentar. Boleh kasih saran dan kritik asal jangan pedas pedas ya. Karena yang pedas cukup ketoprak yang karetnya dua ✌***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!