Pagi harinya seperti biasa ayu mulai membersihkan dirinya dan melaksanakan sholat subuh. Ayu tidak mau meninggalkan sedikitpun kewajibannya. Sehabis sholat ayu mengenakan pakaian seragamnya yang telah di berikan oleh luna kemarin.
Tepat jam 06.00 pagi ayu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kafe tempatnya bekerja, sebelum memulai aktivitas nya ayu mencari sarapan pagi terlebih dahulu. Ayu lagi pengen sarapan nasi uduk dengan telur belado tak lupa pula tempe orek-orek dan juga tumis kacang panjang. Membayangkan nya saja membuat air liurnya ayu mengalir bebas keluar.
Alhamdulillah nya banyak sekali pedagang kaki lima di sekitar kost-an ayu, jadi ayu tidak perlu repot-repot mencarinya.
"Bu, pesan nasi uduknya satu ya pake telor." Ucap ayu sama ibu penjual nasi uduk.
" Baik neng, mau makan disini atau di bungkus neng?" Tanya ibu penjual.
"Makan sini saja Bu." Jawab ayu sambil berjalan menuju salah satu kursi plastik yang tersedia.
"Minumnya apa neng?" Tanya ibu penjual nasi uduk
"Teh manis hangat saja Bu." Jawab ayu.
Ibu penjual nasi uduk langsung mengerjakan pesanan ayu, lalu memberikan piring yang sudah lengkap dengan nasi dan lauknya. Setelah menerima pesanan nya ayu langsung menyantap nya dengan lahap. Rasa nasi uduknya sangat gurih, baik santan dan bumbunya sangat pas di lidah ayu. Ibu penjual juga meletakkan teh manis hangat sesuai pesanan ayu.
Seusai menyantap makanan, ayu langsung meminum teh manis hangat nya. Setelah teh nya habis ayu langsung membayar semua tagihan.
"Berapa Bu semuanya?" Tanya ayu
"Delapan belas ribu rupiah neng?" Jawab ibu penjual
Ayu menyerahkan satu lembar uang berwarna hijau. Ibu penjual menerima nya lalu mengembalikan uang dua ribu rupiah ke tangan ayu.
"Terima kasih Bu." Ucap ayu
"Sama-sama neng."
Ayu melangkah kan kaki nya menuju cafe tempatnya bekerja, sesampainya di kafe ayu langsung meletakkan tasnya di loker penyimpanan serta menyiapkan dirinya untuk memulai bekerja. Salah satu karyawan membantu ayu memberitahukan apa saja bagian kerja yang akan ayu kerja kan.
Suasana kafe lumayan ramai di kala malam hari, sedangkan jam kerja ayu mulai dari pagi hingga sore. Tidak akan terlalu sulit untuk karyawan pemula seperti dirinya, dan ayu harus berusaha keras membiasakan dirinya.
Di awal-awal memulai kerja ayu sempat beberapa kali salah mengantar pesanan costumer, dan untung saja tidak sampai membuat ayu melakukan kesalahan yang sangat besar. Ayu berusaha untuk mencoba tidak melakukan kesalahan yang sama. Ayu berusaha memperbaiki kinerja kerjanya, dibantu oleh semua karyawan.
Hari-hari terus berlalu, tak terasa sudah hampir enam bulan ayu bekerja sebagai pelayan di kafe, selama enam bulan itu juga semua karyawan kafe akrab dengannya karena sifat ayu yang humoris dan juga gampang membaur. Ayu bukan karyawan yang suka mencari muka kepada atasannya, walaupun Luna merupakan sahabat ayu. Bukan berarti ayu mencari keuntungan yang lebih besar.
Selain bekerja sebagai pelayan kafe, ayu juga membantu sesama rekan kerjanya yang masih kuliah untuk mengetik makalah mereka sebagai pekerjaan sampingannya. Bahkan ayu membantu Luna untuk membuat proposal kerjasama untuk perkembangan kafe luna. Ayu yang terbilang jenius bisa dengan mudah melakukan semuanya dengan baik, bahkan secara tidak langsung ayu belajar pelajaran yang belum pernah dia pelajarin.
Selain membantu teman-teman nya di kafe, dan juga membantu Luna, ayu juga menerima pekerjaan mengetik dari orang lain, berkat omongan dari sesama karyawan tempatnya bekerja dengan teman mereka di kampus. Sehingga pundi-pundi uang terus mengalir masuk ke dalam rekeningnya.
Kerasnya hidup di ibu kota membuat ayu harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua kakak ayu yang berkuliah di kota yang sama tidak pernah sedikitpun datang menemuinya. Ayu juga tidak pernah mempermasalahkan, bagi ayu kebahagiaan lebih penting.
Ayu tetap mengirimkan uang untuk kedua orang tua, sesuai dengan kemampuannya. Walaupun sebenarnya ke-dua orangtuanya tidak membutuhkan uang dari ayu. Tetap saja ayu tidak ingin melupakan kewajibannya membahagiakan kedua orang tua nya.
Drrrrt
(Nduk, gimana kabar kamu?) Tanya ibu Aminah
(Alhamdulillah, keadaan ayu baik Bu) jawab ayu
(Nduk, kamu ada uang 10juta?) Tanya Bu Aminah
(10juta buat apa Bu?)tanya ayu bingung, bukan kah ibu dan bapaknya mempunyai banyak yang.
(Buat embak mu Ratna nduk)
(Maaf Bu, mbak ratna buat apa uang sebesar 10juta?) Tanya ayu ragu-ragu takut ibunya marah
(Mbak mu butuh uang buat jalan-jalan sama temen kuliah nya ke Bali. Ibu sama bapak lagi enggak punya uang, kemarin mas mu Yuda baru saja minta di belikan mobil buat alat transportasi buat kuliahnya. Apa kamu bisa bantu ibu nduk kirimin uang buat mbak mu Ratna.) Jawab ibu Aminah lancar tanpa memikirkan perasaan anaknya yang lain.
(Maaf, Bu. Ayu enggak punya uang sebanyak itu. Gaji ayu saja cuma 3juta, itu juga buat bayar kost dan juga kebutuhan hidup ayu selama disini.) Tolak ayu sopan.
(Ya sudah lah nduk nanti ibu sama bapak coba cari lagi.) Jawab Bu Aminah
Klik
Ayu memandangi telepon genggam nya dengan raut wajah kecewanya. Bukan ayu tidak mau membantu kedua orang tua nya, hanya saja jika itu untuk kebutuhan yang penting buat ibu dan bapaknua ayu tentu saja akan dengan senang hati untuk memberikan nya. Sedangkan ibu meminta uang hanya untuk acara liburan ke bali kakak perempuannya. Dan mereka juga sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk membelikan kakak laki-lakinya sebuah mobil.
Ayu tidak pernah habis berpikir bagaimana mungkin ke-dua saudaranya bisa semudah itu mengeluarkan uang yang cukup besar hanya untuk membeli mobil dan sekarang ingin liburan ke Bali. Sedangkan dirinya harus mati-matian berjuang, bekerja keras agar bisa mengumpulkan uang agar untuk bisa bertahan hidup di kota Jakarta.
Tidak pernahkah mereka berpikir untuk lebih mandiri dan tidak menyusahkan kedua orang tuanya. Tidak kah mereka sadar diri untuk tidak mengikuti gaya hidup hendonis nya. Bukankah seharusnya mereka belajar dengan tekun agar bisa menyelesaikan kuliahnya. Sudah berapa banyak uang yang telah ke-dua orangtuanya keluarkan untuk membiayai kuliah dan kebutuhan hidup mereka selama ini.
Ayu bahkan sebisa mungkin menahan dirinya untuk tidak ikut dengan pergaulan di kota besar, bahkan ayu rela mati-matian bergadang malam hari untuk bisa mendapatkan uang yang tidak seberapa.
Ayu tidak pernah sedikitpun meminta kepada ibu dan bapaknya, karena ayu sudah belajar dari pengalaman nya selama ini. Ayu tidak dendam, hanya saja ayu kecewa dengan kedua orangtuanya. Mereka baru menghubungi dirinya sekarang ini saat mbak ratna membutuhkan uang untuk liburan ke Bali. Tidak ada menanyakan kabar tentang dirinya selama ia berada di Jakarta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments