Bab 5 Lenyapkan gadis itu

Stella berdiri berhadapan dengan Vishal sangat dekat. Tangan mereka saling terpaut berpegangan dan mata saling bertatapan. Vishalaju selangkah hingga mereka sangat dekat dan dada Stella menyentuh badan Vishal.

Sedetik kemudian, Vishal melingkar kan tanganya pada pinggang Stella dan menarik cepat lalu menekan ke dirinya. Hingga nafas mereka terdengar sangat halus dan lembut seperti irama nada.

"Jika kau hamil, lalu apakah dia tahu aku adalah ayahnya?" Vishal ingin tahu siapa saja yang sudah tahu tentang kehamilan Stella.

"Tidak. Dia tidak tahu jika ini adalah anakmu. Kuasa hukumku mengurus perceraian kami. Aku lalu kemari dan memberitahu kan hal ini padamu. Tapi aku tidak menduga jika kau akan dijodohkan dengan gadis bermata biru itu,"

"Ohh, baiklah. Jadi hanya kau dan aku yang tahu hal ini. Dan soal Alice, dia menyelamatkan aku, dan karena itu kakinya cacat. Aku berjanji untuk menjaganya jika dia sadar dari koma. Aku tidak pernah membayangkan jika dia sadar dari koma bertepatan dengan kabar kehamilan mu,"

"Sekarang bagaimana?" Stella menatap penuh tanda tanya dalam hatinya apa yang akan dilakukan Vishal selanjutnya.

"Aku akan menikahi mu. Kau hamil anakku. Kita menikah secepatnya,"

"Bagaimana dengan janjimu pada gadis itu?"

"Aku akan menemui keluarganya. Aku akan menjaga nya dan maukah kau juga membantuku menjaganya?"

Bagaimana pun, Stella tidak sekejam itu mengubah takdir dan merebut jodoh orang lain. Dia menikah dengan Vishal bukan karena dia mencintai nya. Melainkan demi anak dalam kandungannya.

Stella juga tidak keberatan untuk bersama menjaga gadis bermata biru itu. Dia tidak akan cemburu karena belum ada cinta di hatinya untuk ayah dari bayi dalam rahimnya.

"Baiklah, aku akan menemui orang tuanya. Paman Samir adalah sahabat ayahku sejak lama. Jangan sampai ada salah paham diantara mereka karena keputusan ku,"

"Vishal, aku akan menjaga gadis itu bersamamu...." Stella tersenyum dan melepaskan tangan Vishal dari pinggangnya.

"Kita belum menikah, aku masih belum menjadi milikmu. Kita tidak boleh berpelukan seperti ini, nanti ada yang melihatnya,"

"Satu detik saja, biarkan aku memelukmu lagi,"

"Tapi...."

Vishal sudah menarik Stella kedalam pelukannya. Sejak pertama kali melihatnya, cinta sudah tumbuh dengan cepat di sanubarinya. Cinta pada pandangan pertama, kini wanita ini akan miliknya selamanya.

Betapa bahagia hatinya karena cintanya menjadi nyata. Harapan hidup bersamanya akan segera terlaksana setelah acara resmi pernikahan nya digelar.

Awalnya sempat merasa patah hati dan kecewa karena Stella adalah istri orang lain. Namun sekarang dia akan bercerai dan hanya menjadi miliknya seorang.

Stella berpamitan untuk ke kamarnya. Vishal memberikan kamar untuk Stella dekat dengan kantornya.

Vishal mengantarkan hingga Stella masuk kedalam dan beristirahat.

"Kau ingin diperiksa dokter?" Vishal menatap Stella sedikit cemas.

"Tidak, aku akan istirahat saja," Stella lalu berbaring, merasakan lelah yang luar biasa. Badannya juga lemas. Kepalanya pusing. Tapi karena tidak mau membuat panik semua orang, dia akan berbaring saja.

"Aku akan berbaring, mungkin seperti ini rasanya saat hamil trimester pertama. Aku tetap senang, akhirnya aku merasakannya. Nikmat menjadi seorang ibu, tidak semua wanita merasakan nikmatnya hamil dan menjadi ibu," Stella mengusap matanya yang membasah.

Teringat bagaimana dia dan suaminya begitu mendambakan seorang anak waktu hidup bersama. Suaminya sekarang punya anak dari wanita lain, dan dirinya juga mengandung benih orang lain.

Stella akhirnya terlelap, dan satu jam kemudian, Vishal masuk perlahan ke kamarnya. Berjalan mendekati Stella dan duduk disampingnya. Menatapnya lekat dan tersenyum melihat wajah polos Stella yang lelap. Dalam hati berkata, jika takdir telah membawanya kembali wanita yang dia cintai dengan jalan yang tidak di duga.

Siapa sangka satu benih yang tertanam akan langsung membuahkan hasil dan mengikat mereka dalam sebuah pernikahan dimasa depan.

Vishal membelai rambut Stella dengan lembut, membuatnya terusik dan menggeser kepalanya namun tidak bangun. Matanya masih terpejam. CEO malah tersenyum geli, melihat wajah polos Stella yang tetap cantik meskipun sedang tidur.

Sementara, Tuan Samir, ayahnya Alice marah besar. Dia menyuruh dua anak buahnya untuk menyelidiki Stella sebelum perkawinan dilangsungkan.

Dan jika mereka tetap menikah dan mencampakkan putrinya, maka dia tidak segan untuk melenyapkan Stella melalui tangan orang lain.

"Ceburkan dia ke laut, dan pastikan tidak ada yang melihatnya!" titah Tuan Samir ayah Alice yang tidak bisa melihat air mata putrinya mengalir dengan penuh kesedihan.

Alice sedang menangis dikamarnya ditemani ibunya yang sejak tadi menghiburnya.

"Alice, kau harus yakin dengan Daddymu. Daddy pasti akan membuat kau menikah dengan Vishal. Mommy akan mencari tahu siapa gadis itu. Kenapa tiba-tiba muncul disaat pertemuan dua keluarga,"

"Sudahlah Mom. Alice memang wanita cacat. Mungkin Vishal juga tidak bisa mencintai wanita cacat seperti aku. Aku bahkan tidak bisa berjalan dan harus menggunakan kursi roda," Alice membenamkan kepalanya ke bantal. Dia tertelungkup dan punggungnya bergerak karena isak tangisnya.

"Kau menjadi seperti ini juga demi menyelamatkan nyawanya. Jika saja kau tidak terjun waktu itu. Maka dia sudah tiada dimakan ikan hiu! Seperti inikah balasan mereka padamu? Mommy tidak terima. Mommy akan membuat kau menikah dengan Vishal bagaimana pun caranya,"

"Hiks...hiks..."

"Aku akan hidup sendirian seumur hidupku. Tidak akan ada pria yang mau menikah denganku....ini sudah menjadi takdirku..." Alice menangis dan mengutuk dirinya karena harus terbangun dari koma dalam keadaan cacat.

"Kenapa aku tidak tiada saja Mom. Untuk apa hidup seperti ini? Lebih baik aku tiada saja," Alice menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Sayang, jangan berkecil hati. Jangan menyerah. Ada alasan kenapa kau bangun dari koma saat kami sudah melakukan segala cara dan hampir menyerah. Pasti kau hidup untuk suatu alasan. Mommy harap kamu jangan sampai berkecil hati dan menyerah. Kau harus bahagia. Mommy akan mempertaruhkan segalanya demi kebahagiaan mu, okey.....jangan berkata jika hidupmu tak berarti lagi. Itu sangat menyakiti hati mommy. Kau sangat berarti untuk kami,"

Alice lalu membuka selimutnya dan memeluk mommynya.

Melihat airmata kesedihan di wajah mommynya, akhirnya Alice berhenti menangis.

"Dimana Daddy?"

Saat Alice bertanya seperti itu, Vishal berdiri dipintu. Dengan wajah duka dan sedih dia berjalan mendekati gadis cantik bermata biru yang tatapanya teduh dan lembut.

"Mom, bisa tinggalkan kami berdua..." Pinta Alice saat Vishal datang ke kamarnya.

Mommynya lalu mengangguk dan satu tangannya mengelus pipi putrinya dengan lembut.

"Baiklah..."

Vishal lalu duduk disamping Alice. Dengan salah tingkah dia mengusap air matanya.

"Kau menangis karena aku? Apakah aku yang membuat airmata ini?"

"Tidak," Alice menepis tangan Vishal yang mengusap pipinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!