Pagi hari tiba, mentari pagi mulai mengintip dari balik pepohonan, menyapa Isyah yang sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia harus berjalan kaki, menempuh jarak satu kilometer dari rumahnya, tapi ia sudah terbiasa. Ia bersungguh-sungguh bersekolah, matanya berbinar-binar dengan semangat, menunjukkan tekadnya untuk meraih cita-cita.
Isyah sudah rapi menggunakan seragam sekolah berwarna putih abu-abu, dan ia langsung keluar. Di luar, ia disambut oleh keluarga kecilnya yang sangat bahagia.
"Mak, Isyah langsung pergi aja ya?" ucap Isyah yang meminum air putih, dan ia langsung memakai sepatu sekolahnya.
"Eh, enggak sarapan dulu?" tanya Bu Jima pada anak gadisnya. Wajah Bu Jima menunjukkan kekhawatiran, alisnya bertaut.
"Enggak, Mak. Udah telat ni kalau sarapan dulu, " ucap Isyah yang berjalan menghampiri Bapaknya dan juga Ibunya yang ia panggil Emak.
"Pak, kalau Bapak pergi ke laut jangan lupa bawah obat masuk angin takutnya Bapak masuk angin, " ucap Isyah sambil mencium tangan Bapaknya dan juga Ibunya.
"Iya, kayaknya Bapak hari ini masih libur besok baru nginep di laut, kamu jaga Emak sama Kakak adikmu ya," pesan Pak Salam pada anak gadisnya.
"Fia juga ada, Pak." tambah Fia yang sedang menyantap sarapannya. Fia tersenyum manis, menunjukkan kegembiraannya.
"Nyia, juga ada kok, Pak." sambung Nyia yang tak mau kalah dengan Kakak-kakaknya. Nyia mengangguk dengan semangat, menunjukkan kegembiraannya.
"Iya, semuanya jagain Emak kok." ucap Bu Jima pada anak-anaknya. Bu Jima tersenyum hangat, menunjukkan rasa sayangnya.
"Assalamualaikum." ucap Isyah yang berlalu pergi meninggalkan rumahnya.
Isyah berjalan dengan perlahan, dan ia menghentikan langkahnya saat melihat Amit mengendarai motor sport.
"Kayaknya itu Bang Amit deh, kan semalam dia nganterin aku pakek motor sport itu," batin Isyah. Wajah Isyah menunjukkan rasa penasaran, matanya berbinar-binar.
Amit membuka helmnya, lalu ia memberikan satu helm pada Isyah.
"Jangan banyak bicara, ini semua adalah kemauan papa." ucap Amit dengan sangat cuek. Wajah Amit tampak datar, menunjukkan ketidaksukaannya.
Isyah tidak mengatakan apapun, ia langsung naik ke atas motor sport milik Amit lalu ia berpegangan pada jas Amit. Ia merasa sangat takut saat Amit melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
"Ya Allah, lindungilah hamba sampai di sekolah dengan selamat," batin Isyah. Wajah Isyah menunjukkan ketakutan, matanya terpejam erat.
Setelah sampai di sekolah, Isyah semua murid menatap ke arah Amit dengan tatapan tajam.
"Eh, lihat tu, Isa sama laki-laki dewasa kayaknya dia jadi simpanan deh." ucap salah satu murid yang terdengar jelas oleh Amit. Murid itu menyeringai, menunjukkan rasa mengejek.
"Sebaiknya, kau masuk dan aku pergi." ucap Amit yang mulai melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
Isyah berjalan melewati murid yang menatap tajam ke arahnya dan juga menjelekkan dirinya.
"Kayaknya dia udah gak tahan hidup susah, makanya jual diri!" cibir salah satu teman sekolahnya yang tidak menyukainya. Teman sekolahnya itu mengerutkan kening, menunjukkan rasa jijik.
"Ya Allah, sabar kan hamba jangan sampai hamba terpancing emosi," batin Isyah. Wajah Isyah menunjukkan kesedihan dan berusaha menahan emosinya.
...
Setelah jam makan siang, Amit akan menjemput Isyah. Ia akan bertemu dengan orang tua Isyah, ia juga akan datang bersama dengan Papanya. Namun, ia terlalu cepat menjemput Isyah sehingga ia menunggu di depan sekolah Isyah.
"Lama sekali, bisa-bisa orang mengira ku mencari daun muda. Dan membicarakan aku menggoyang anak di bawah umur lagi," batin Amit. Wajah Amit menunjukkan rasa jengkel, alisnya bertaut.
Tak berselang lama, akhirnya Isyah keluar dari kelasnya dan Amit langsung memanggilnya. Sehingga anak-anak murid langsung bergegas menghampiri mereka.
"Hay, sugar Deddy. Mau dong kayak Isyah." ucap salah satu murid disana dan mereka langsung tertawa-tawa. Murid itu menyeringai, menunjukkan rasa mengejek.
"Sa, cepat naik kita pergi sekarang sebelum banyak lagi yang menghina kita." ucap Amit yang naik ke atas motornya lalu Isyah juga naik.
Amit melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Setelah itu ia menghentikan lajunya.
"Sa, apa kau tidak sakit hati di fitnah seperti tadi oleh mereka?" tanya Amit sambil berbalik badan. Wajah Amit menunjukkan rasa penasaran.
"Enggk, biarkan saja yang terpenting itu semua bukan yang sebenarnya." jawab Isyah. Wajah Isyah menunjukkan ketenangan, matanya menatap lurus ke depan.
Amit terdiam dan langsung kembali melanjutkan perjalanan. Setelah sampai, mereka langsung turun dan Isyah membulat matanya.
"Bukankah itu mobil Aril, ngapain dia ada disini apa ... " batin Isyah. Wajah Isyah menunjukkan rasa penasaran.
Isyah bergegas masuk kedalam dan ia langsung berhenti saat melihat Bapaknya sedang mengobrol dengan Pak Ben dan juga Aril. Bahkan ada juga Ibunya disana.
"Duduk." ucap Pak Ben yang menepuk ruang kosong di sampingnya.
Isyah tersenyum dan langsung duduk di samping Pak Ben. Setelah itu Amit datang dan duduk di bangku kosong.
"Nak, Pak Ben ini sudah menceritakan semuanya pada Bapak dan beliau juga memberikan Bapak pekerjaan, yang layak dan juga tempat tinggal yang layak setelah kamu di jadikan anak angkatnya," jelas Pak Salam dengan sangat gembira. Wajah Pak Salam menunjukkan rasa bahagia, matanya berbinar-binar.
"Tapi, Pak. Bagaimana jika Isyah tidak betah disana?" tanya Isyah dengan sangat polos. Wajah Isyah menunjukkan rasa khawatir.
"Nak, Papa akan membuat mu seperti anak Papa sendiri mana tahu kamu bisa jadi menantu Papa." jelas Pak Ben sontak membuat semua orang terdiam. Wajah Pak Ben menunjukkan rasa antusias, alisnya terangkat.
"Bapak setuju, sekarang kamu kemas-kemas barang-barang kamu." pinta Pak Salam pada anaknya.
"Cepatlah, Nak. Papa tidak sabar membawamu pulang," ucap Pak Ben dengan sangat antusias.
Sedangkan Aril dan Amit hanya diam saja.
Isyah mulai berjalan menuju kamarnya. Disana sudah ada Kakak dan Adiknya. Isyah langsung memeluk kedua saudaranya dengan sangat haru.
"Kak, aku pasti akan datang selalu kalau kalian semua udah pindah ..." ucap Isyah dalam isak tangisnya.
"Kak, Nyia akan rindu Kakak ..." ucap Nyia dalam isak tangisnya yang memeluk dua saudaranya.
"Kalian jangan sedih, kita pasti sering ketemu sebab bapak akan pindah di samping rumahnya pak Ben itu, " jelas Fia, kakak tertua mereka yang sudah berusia 20 tahun. Fia mengelus punggung adik-adiknya, mencoba menenangkan mereka.
"Tapi, Nyia pasti rindu sebab kita bisa tidur bertiga dalam satu kamar," ungkap Nyia, adik terkecil yang baru berusia 12 tahun. Wajah Nyia menunjukkan rasa sedih, bibirnya bergetar.
"Kita pasti akan sering ketemu, " ucap Isyah yang mulai melepaskan pelukannya, lalu ia mulai mengemasi barang-barangnya kedalam tas miliknya.
"Sa, jangan lupa selalu telfon kami ya, walaupun kita akan tinggal bersebelahan tapi. Kita gak bisa kayak dulu lagi, " ucap Fia dengan sangat sedih sambil menatap ke arah Adiknya yang sedang berkemas.
"Iya, Kak Fi. Aku pasti telfon kok, mana mungkin aku lupa sama kalian." ucap Isyah yang sudah selesai mengemasi barang-barangnya.
...
Amit sangat menyukai Fia sejak mereka bertemu tadi. Bahkan Aril juga menyukai Fia, sebab Fia memiliki kulit putih dan wajah yang cantik. Bahkan Fia memiliki dagu yang panjang.
"Kenapa Kakaknya Isyah cantik, manis, ah, aku jadi penasaran sama dia," batin Amit. Wajah Amit menunjukkan rasa tertarik, matanya berbinar-binar.
"Aku akan mendekati Kakaknya Isyah, aku akan mendapatkan dia sebab dia wanita idaman ku," batin Aril. Wajah Aril menunjukkan rasa tertarik, bibirnya membentuk senyuman licik.
Isyah datang bersama dengan dua saudaranya dan ia memeluk Ibunya dengan sangat erat.
"Mak, jangan terlalu capek ingat Mak udah tua." pesan Isyah pada Ibunya sambil menahan sedih yang ia rasakan. Wajah Isyah menunjukkan rasa sayang dan keprihatinan.
"Iya, kamu juga jangan menyusahkan Pak Ben ya?" pesan Bu Jima pada anak gadisnya.
"Kalau sudah siap, kami permisi dulu ya, dan kalian bersiap-siap untuk pindah rumah dan bekerja di Swalayan milik saya." ucap Pak Ben yang bergegas bangun bersama dengan kedua anak laki-lakinya.
"Terimakasih, banyak. Pak. " ucap Pak Salam yang memeluk Pak Ben dengan sangat lembut.
Isyah bersama dengan Amit menaiki motor sport milik Amit. Sedangkan Pak Ben bersama dengan Aril, menaiki mobil. Semua barang-barang Isyah Pak Ben yang membawanya.
Sebab itu semua adalah permintaan dari Pak Ben sebab ia ingin mendekatkan Amit dan juga Isyah.
.
.
.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments