Flashback on ...
Mendaki gunung..
Lewati lembah..
Sungai mengalir indah bersamudra..
Bersama teman bertualang..
Kegiatan Pramuka Darling (Sadar Lingkungan) Everything! Di Jalur Pendakian Gunung Papandayan. Menjelajah sambil memunguti sampah.
Kaki mungilnya merengek meminta belas kasihan.
Kalau bukan karena wajib mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka, Bia tidak akan pernah mau apalagi harus satu regu dengan orang yang tidak dia suka.
"Kenapa berhenti? Katanya cewek tangguh, kuat, belum apa-apa sudah menyerah, dasar payah!" ucap Samy melengkungkan bibirnya.
Alima berkacak pinggang dengan kaki terbuka lebar, "Sorry ya, gue nggak akan pernah menyerah!" tegas Bia melanjutkan langkahnya.
Tinggal beberapa pos, Alima akhirnya mengibarkan bendera putihnya. Tidak mampu lagi menopang tubuhnya, dengan beban berat puluhan sampah yang ada di punggungnya membuatnya terpeleset dan jatuh dalam pelukan Samy. Keduanya bersitatap, dada bergemuruh riuh.
Wajahnya memerah saat tertangkap teman-teman lainnya.
Alima pun menjauhkan tubuhnya dari Samy.
Sampainya di puncak gunung. Samy menghampiri Alima yang tengah duduk termenung. Terlihat menekan telapak kakinya dengan jari sesekali meringis kesakitan.
"Lebih baik kamu urut dengan ini, mungkin saja bisa membaik," ucap Samy menyodorkan minyak urut pada Alima.
"Terima kasih, gue nggak butuh!" ucap Alima membuang muka.
"Segitunya nggak mau dibilang lemah, kalau nggak diobati bisa tetanus!" ucap Samy menakuti-nakuti.
Alima menoleh cepat, "Serius?" Matanya melebar, dan langsung mengambil minyak urut yang ada di tangan Samy.
"Lo tuh sebenernya niat nggak sih mau sembuh? pakai minyak urut aja nggak bisa, sini biar gue bantu!" ucap Samy meraih kaki Bia dan menaruhnya di atas pahanya.
"Ah, pelan-pelan dong!" rengek Alima.
"Sekarang coba lo buat jalan, pelan-pelan ya!"
"Oke, gue coba ya,"
Alima mencoba pelan-pelan berjalan, kerikil-kerikil kecil dan lahan basah menjadi rintangan untuk dirinya, sulit jika melatih kakinya di medan yang terjal.
Hal itu membuat dirinya kembali terpeleset. Untungnya ada Samy yang siap menangkap tubuhnya dari belakang.
"Sengaja ya terpeleset, biar bisa tatapan gini sama gue?" ucap Samy membuat Alima berjarak darinya satu meter.
Peristiwa di Puncak Gunung Papandayan, menjadi awal mula benih cinta di hati keduanya mulai tumbuh.
Hingga waktu yang menginginkan mereka berpisah.
Alima yang telah lulus lebih dulu, lalu Samy meratapi kesendirian.
Detik-detik separuh nyawaku menghilang,
Tak terbayang ditinggal yang tersayang.
Terus berjuang atau kubuang
Waktuku akan habis menunggumu pulang.
"Entah aku harus senang atau sedih, yang pasti aku sangat bahagia karena selangkah lagi kamu berhasil mewujudkan impian itu!" ucap Samy nyaris mengeluarkan bulir-bulir bening.
"Jangan cemas ya, karena aku masih menunggu kamu di sini!" lanjut Samy memegang erat tangan Alima.
Sepulang sekolah, niat Alima pergi ke rumah Samy terhalang saat memandang langit berwarna kelabu dan tertutup oleh awan hitam. Angin yang bertiup terasa kencang dan dingin. Tidak lama kemudian, turun hujan sangat deras.
Tiba-tiba petir menyambar disertai dengan kilatan cahaya yang menyilaukan, disusul dengan suara guruh yang menggelegar dan bergemuruh.
"Apalagi yang harus kamu tunggu, hujan atau kemelaratan?" ucap Ibunya.
"Jika ada kesempatan baik jangan disia-siakan Alima, Ibu hanya ingin melihat kamu berhasil!" lanjut Ibunya sembari mengelus rambut Alima.
Alima menoleh perlahan, "Alima janji sama Ibu untuk belajar lebih giat lagi, tapi tolong jangan pisahkan Alima dengan Samy Bu!"
"Hanya karena seorang laki-laki kamu berani melawan Ibu? Laki-laki seperti apa dia yang membiarkan orang yang dia cintai melakukan hal bodoh seperti ini?" bentak Ibunya membuat Alima terdiam.
Di satu sisi, Samy menundukkan wajahnya tidak berani mengangkat kepala saat Ayahnya berbicara.
Dia mencoba memperjuangkan cintanya tetapi hasilnya nihil.
Ayahnya memintanya untuk melupakan Alima, karena cinta yang mereka jalin hanyalah cinta monyet belaka.
Pagi hari berselimut kabut tebal, hawa dinginnya menusuk batin. Hujan kemarin sore menyisakan genangan.
Perpisahan bukanlah akhir sebuah perjalanan, tapi menjadi babak baru perjalanan yang lain.
Samy keluar rumah dengan sepeda Hybridnya menemui Alima. Kaki yang mengayuh cepat, sampainya di sana pagar rumah tertutup rapat.
"Permisi," ucap Samy turun dari sepedanya.
Tiga kali memanggil namanya, tetap tidak ada jawaban.
Hingga terdengar suara seseorang dari dalam, yang keluar menghampirinya.
"Mas Samy bukan?" tanya seorang wanita paruh baya.
"Iya Bu, Alima ada?"
Wanita paruh baya itu tidak menjawab pertanyaannya, tapi merogoh saku bajunya, memberikan secarik kertas pada Samy.
"Dari Mbak Alima, Mas Samy. Maaf saya harus pergi, karena masih banyak pekerjaan," ucap wanita paruh baya itu menutup pagar rumah sambil tersenyum.
Dengan hati-hati, Samy membuka sepucuk surat dari Alima.
"Mungkin saat kamu baca surat ini, aku sudah pergi jauh. Sam, terima kasih karena kamu selalu membuat hari-hari aku berwarna. Untuk cinta dan perhatian kamu selama ini.
Perlu kamu tahu, setelah aku pikir-pikir ternyata kita nggak cocok. Maaf, aku nggak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Rasanya hidup di dunia ini hanya sebentar kalau hanya bertahan pada satu orang saja. Aku harap kamu bisa menemukan cinta sejati yang mau menerima kamu ya. Alima Puspandari." Hati Samy tercabik-cabik setelah melihat surat yang dibuat Alima.
"Kenapa Alima, kenapa?" ucap Samy berteriak kalang kabut *******-***** surat dari Bia sampai tidak berbentuk.
***
"Buat kamu," ucap Samy sambil menyodorkan sekotak makanan di hadapan Alima yang sedang duduk.
Alima mendongak ke atas, "Terima kasih, aku udah kenyang,"
"Tapi kata petugas kamu lapar, jadi makanlah!"
"Udah nggak selera makan," Bia memalingkan wajahnya.
Samy pun menyerah dan duduk di sebelahnya, "Untuk menghadapi mereka, kamu juga butuh tenaga. Sayang loh kalau dibuang makanannya,"
"Taruh situ aja, nanti aku makan kok!"
Tugasnya sudah selesai, dia memutuskan kembali ke markas. Namun Alima menghentikannya.
"Sam, aku mau bicara sama kamu," ucap Alima lirih.
Samy menghela napasnya, kali ini mau mendengarkannya.
"Kamu percaya kan, kalau aku nggak mungkin melakukan perbuatan yang mereka tuduhkan?"
"Saya harap begitu, kamu nggak terlibat dalam kasus ini!"
"Oh iya, ada satu hal yang harus aku jelaskan sama kamu, biar nggak ada lagi kesalahpahaman di antara kita!"
Bang ! Bang ! bunyinya terdengar keras, mengguncang jiwa.
Kaki ini kian melejit menuju ke arah suara itu.
"Alima, jangan pergi!" teriak Samy dari jauh.
Suara itu berasal dari seberang jalan,
Seorang misterius bersenjata sedang baku tembak dengan polisi.
Alima yang tidak tahu ke mana akan pergi, berteriak histeris saat peluru itu meluncur ke sebuah balok kayu yang berada di dekatnya.
"Alima!" teriak Samy mendekap erat tubuhnya dan membawanya ke dalam.
"Saya mohon kamu tetap di sini, jangan ke mana-mana sebelum tempat ini aman, mengerti?" ucap Samy sambil mengatur napasnya yang terengah-engah.
Alima mengangguk, belum sempat mengingatkan untuk berhati-hati, Samy berlari membantu rekan-rekannya.
Boom !
Sosok misterius itu berhasil meloloskan diri dengan melayangkan bom molotov, beberapa orang terluka termasuk Samy yang terlempar sejauh 3 meter.
"Samy, get up!" ucap salah seorang petugas.
Mata Samy tertutup rapat, jantungnya berdetak lambat.
Mereka segera membawa Samy ke rumah sakit sebelum terlambat.
...~BERSAMBUNG~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments