Memulai Kembali

"Ini...tempatmu tinggal?"

Max menatap nanar bangunan tua yang katanya menjadi tempat tinggal Sierra selama ini.

"Iya. Err...maaf, aku nggak bisa ajak kak Max masuk ke dalam. Soalnya...ya...gitu...tempatnya nggak sebagus yang kakak bayangin. Sampai di sini aja aku turun, makasi banyak ya, kak. Buat semua yang kakak lakuin untukku. Aku janji akan membayar tagihannya begitu gajiku turun. Makasi banyak," ujar Sierra dalam satu tarikan nafas.

Sierra ingin cepat-cepat turun dari mobil Max yang telah mengantarkannya pulang dengan selamat. Well, sejujurnya Sierra tak ingin Max mengetahui hunian barunya yang sekarang.

Akan sangat memalukan bila Max mengetahui bagaimana kehidupannya yang sekarang dan Sierra tak pernah berharap Maximillan melihatnya yang sedang dalam kondisi terendah ini.

Untuk sesaat Max terlarut dalam dunianya sendiri. Dia memang tahu tentang bangkrutnya bisnis milik keluarga Sierra dulu, tapi Max tak pernah mengira bila itu akan berdampak cukup fatal pada finansial Sierra juga.

Dan lagi berita itu turun beberapa bulan pasca Sierra putus dengan adiknya. Pada waktu itu juga Max sangat sibuk dengan pelantikannya sebagai Kepala Direktur yang baru, jadi fokusnya tidak tertuju pada Sierra sama sekali.

Kini setelah Max melihat dengan mata kepalanya sendiri, rasa prihatin itu muncul dengan sendirinya. Sierra yang Max ketahui selalu mengenakan pakaian branded serta mempunyai fasilitas yang lengkap kini benar-benar tampak seperti gadis biasa pada umumnya.

"Kakak nggak perlu merasa kasihan sama aku."

Seolah dapat membaca pikiran Max, Sierra lebih dulu menegur.

"Daripada dulu, kehidupanku yang sekarang jauh lebih bahagia. Meski aku sering kehabisan uang, tapi aku lebih nyaman begini. Jadi karena itu, jangan memandangiku dengan tatapan belas kasihanmu itu. Aku muak."

Deg

Ucapan Sierra bagaikan belati yang menusuk ulu hati Max. Tatapan dingin namun tajam itu seolah memperingati Max untuk tidak memandangnya remeh.

Sierra yang sekarang, benar-benar berbeda dengan Sierra yang dulu pernah Max kenal. Tak ada senyum secerah mentari yang dulu menjadi daya tarik utama gadis itu. Tatapan kosong dalam sorot mata Sierra seakan menunjukkan seberapa beratnya kehidupan yang telah gadis itu lalui demi bertahan hidup.

Tapi menunjukkan rasa kasihan dan simpati hanya akan meremehkan harga diri Sierra, jadi Max akan berhenti melakukan itu.

"Maaf...aku cuma terlalu kaget aja. Aku tau perusahaan ayahmu yang lama itu udah bangkrut, tapi kudengar bisnis barunya mulai berkembang lagi. Jadi kupikir finansial keluargamu udah bangkit lagi.."

Oh...rupanya Max cukup up to date dengan kabar mengenai ayahnya itu. Sierra tak heran lagi, karena Max 'kan juga bergelut di bidang yang sama dengan ayahnya itu.

Sierra menggaruk belakang kepalanya, dia bingung harus menjelaskan mulai dari mana. Ini akan memakan waktu yang cukup lama bila dia menceritakan semuanya secara detail. Jadi Sierra akan menyingkatnya saja, "Ayah dan ibuku udah bercerai cukup lama, tepatnya setelah ayah bangkrut waktu itu. Dan ayah udah menikah lagi sama anak dari salah satu investornya dulu. Kakak nggak tau berita itu?"

"WHAT?!" Spontan Max berseru kaget.

"A-ayahmu nikah lagi?! Terus? Gimana kamu sama ibumu?!"

Kenapa Max baru mengetahui berita ini?! Kemana saja dia selama ini? Mengapa baru sekarang Max mendengar perceraian orang tua Sierra?

"Jadi kakak bener-bener nggak tau ya? Yah..wajar sih, ayah nyembunyiin pernikahan keduanya dari media, gatau alasannya apa. Terus aku sama ibu..."

Ahh..ibunya...Sierra hampir melupakan sosok yang telah meninggalkannya itu.

Membicarakan soal ibu, mood Sierra selalu down. "Aku...nggak tau dia ada di mana.." Meski berat, Sierra tetap memberitahu Max.

Entahlah, Sierra sendiri heran, kenapa dia bisa menceritakan persoalan hidupnya dengan begitu mudah di hadapan Max. Padahal ketika teman-teman kuliahnya bertanya, Sierra hanya memilih bungkam dan tak banyak bicara.

Semua informasi ini nyaris membuat kepala Max meledak detik ini juga. Apa apaan ini? Tadi Max baru mengetahui perceraian orang tua Sierra, lalu kini ibu Sierra menghilang entah ke mana?

Jadi selama ini, Sierra hidup dengan siapa?

Banyak pertanyaan tiba-tiba memenuhi otak Maximillan, akan tetapi pria itu tidak berani untuk bertanya begitu melihat ekspresi sendu yang Sierra tunjukkan.

"Ibuku...dia pergi gitu aja tanpa kabar apapun. Yah, aku masih beruntung bisa bertahan hidup dengan kekuatanku sendiri. Seperti yang kakak lihat, aku baik-baik aja sekarang." Sierra menampilkan senyuman terbaiknya agar Maximillan tidak mengkhawatirkan dirinya.

Sierra muak. Membicarakan orang tuanya hanya membuatnya kesal dan kecewa. Sierra tidak ingin mengingat kembali masa-masa kelabu yang dia hadapi dengan begitu sulit.

Meski Sierra tersenyum seakan-akan dia baik-baik saja, namun Sierra tidak bisa membohongi Max.

Melihat senyuman Sierra yang begitu dipaksakan membuat emosi Max semakin meluap-luap entah karena apa.

'Kenapa kamu maksain tersenyum? Apa kamu nggak mau aku bertanya lebih banyak tentang kehidupanmu selama ini?' Itu yang terbesit dalam benak Max.

Max yang tidak pernah sekalipun tertarik dengan kehidupan orang lain, mau susah ataupun senang, kini sepenuhnya tertarik pada kehidupan Sierra setelah mereka lost contact.

"Aku minta nomor telponmu," Max tahu Sierra tak akan bercerita banyak tentang hidupnya pada orang lain, sekalipun itu Max orangnya. Jadi yang bisa Max lakukan adalah tetap menjalin komunikasi yang baik dengan Sierra agar dia tidak ketinggalan jejak gadis itu lagi.

"Buat apa?"

Di lain sisi, Sierra pikir mereka tak akan pernah berjumpa lagi seterusnya. Tapi sepertinya Max masih ingin melakukan kontak dengannya.

Sierra jadi ragu, apakah ini benar untuk dilakukan atau tidak. Karena jujur, ketika Sierra memandang wajah Max, selalu terbesit wajah laki-laki s!alan yang telah melukai hatinya di masa lalu.

"Kita 'kan udah nggak ada kepentingan lagi selain ganti rugi biaya yang udah kamu keluarin hari ini. Setelah itu, ada baiknya kita jalani kehidupan masing-masing tanpa bersinggungan lagi.."

Sebenarnya hati Sierra sedikit berat melepas kepergian Max. Saat ini, orang yang paling dekat dengan dirinya mungkin hanya Max seorang. Semua teman serta saudara yang dulu berada di sisi Sierra, semuanya berbalik memunggunginya dan mencampakkannya setelah jatuhnya bisnis sang ayah.

Sierra tak lagi mempunyai teman untuk bercerita atau bersandar ketika dia lelah dan kecewa. Bahkan ibu yang seharusnya selalu berada di sisinya dan membimbingnya juga ikut meninggalkannya seorang diri.

Sierra benar-benar kesepian dan hampa. Dia bahkan takut berteman terlalu dekat karena trauma akan ditinggalkan lagi.

"Karena aku pengen dekat denganmu. Maaf kalau terkesan memaksa, tapi seenggaknya, izinkan aku menyimpan nomor telponmu untuk jaga-jaga."

Sorot mata Max yang tajam seakan menghipnotis Sierra dan meruntuhkan tekadnya yang kuat. Di saat seperti ini, Sierra kembali mengingat kebersamaan mereka berdua bersama dengan mantan kekasihnya yang s!alan itu.

"O-oke..ini nomorku, kakak bisa catat sendiri.."

Kenangan di masa lalu memang menyakitkan, namun Sierra tidak sepenuhnya membenci kenangan manis itu. Berkat kenangan-kenangan indah yang pernah dia ukir bersama sang mantan dan Max, dapat memberikan Sierra kekuatan untuk hidup lebih lama di dunia yang kejam ini.

'Apa ini akan baik-baik aja? Apa aku terlihat seperti mengharapkan sesuatu? Bagaimana pun juga, kak Max bukan orang asing yang nggak kukenal...bolehkan kalau kami tetap berteman?'

Sierra tidak meminta hal besar, dia hanya berharap Max bersedia menjadi temannya lagi. Atau sekedar kenalan juga tidak apa-apa. Dengan begitu, Sierra tidak merasa seorang diri lagi.

"Done. Ini, aku kasih nomor telponku juga ya? Kalau butuh sesuatu kamu bisa langsung hubungi aku ke nomor itu. Itu nomor pribadiku kok, nggak banyak orang yang tau nomor itu. Jadi kalau kamu hubungi aku, aku bisa langsung tau kalau itu kamu," ungkap Max, setelah menyodorkan secarik kartu nama khusus berlapiskan tulisan berwarna emas kepada Sierra.

Hebat...hanya dalam beberapa tahun, Maximillan sudah menjadi seorang pria yang mapan dan dewasa. Benar-benar berbeda dengan Maximillan sewaktu kuliah dulu. Hanya dengan melihat kartu nama milik Max sudah terasa sekali perbedaan dunia tempat mereka tinggal. Sierra tertawa miris, orang seperti Max tidak cocok berteman dengan orang miskin seperti dirinya. Sierra amat menyadari kesenjangan di antara mereka.

"Ma-makasi banyak..."

Namun hati Sierra lagi-lagi melemah. Sisi egoisnya tidak mau menyerahkan kartu nama itu pada si pemilik dan kembali pada misinya untuk berpura-pura tidak perduli terhadap pria itu.

"Sama-sama. Akan lebih menyenangkan kalau kita lebih sering berkomunikasi. Bukan sebagai mantan pacar adikku, tapi sebagai 'Sierra'. Karena aku pedulinya memang sama Sierra aja~"

Entah itu sebuah gurauan semata untuk mencairkan suasana canggung di antara mereka, atau memang Max benar-benar serius atas ucapannya. Apapun itu, Max berhasil menghibur hati Sierra yang sedang campur aduk.

"Kalau kakak maksa, akan kuusahain hubungi kakak. Tapi janji nggak akan marah karena terganggu ya? Soalnya aku bisa jadi agak cerewet kalau di chat."

Sierra sama sekali tidak tahu ekspresi apa yang gadis itu tunjukkan pada Max. Melihat semburat kemerahan menghiasi kedua pipi Sierra membuat wajah gadis itu semakin terlihat manis sekaligus imut di mata Max.

Meski wajah Sierra tidak secerah dulu ketika masih punya banyak uang, namun kecantikan gadis itu masih tidak pudar ataupun berkurang hanya karena warna kulitnya yang sedikit kecoklatan.

'Manis...masa gadis secantik ini disia-siakan gitu aja? Cuma orang bego yang ngelakuin itu demi jelmaan rubah yang licik. Ah~ bener...orang bego itu adalah adikku sendiri. Kalau Gideon tau aku kontakan lagi sama Sierra, reaksinya bakal gimana ya? Nggak seru kalau cuma Sierra doang yang terluka akibat kebodohan anak itu. Apa aku bantu Sierra buat balas dendam ke mereka?'

'...kayaknya bakal seru...tapi itu kalau Sierra menginginkannya juga sih. Lagian sekarang aku udah nemuin Sierra, masalah itu bisa diurus lain waktu. Sekarang aku mau fokus buat bantuin Sierra dulu deh, terutama finansial gadis itu...kira-kira apa yang bisa aku lakuin buat bantuin Sierra ya?'

Episodes
1 Berjumpa Lagi
2 Apa Alasannya?
3 Memulai Kembali
4 Luka Yang Belum Sembuh
5 Hubungan Yang Rumit
6 Siapa?
7 Pria Berbahaya
8 Ini Hanya Permulaan
9 Kekasih Si Playboy
10 Kenapa Denganmu?
11 Dilema
12 Miss You..
13 Kepergok
14 Mencurigakan
15 Bertemu Lagi
16 Semua Ini Melelahkan
17 Apakah Ini Akhir?
18 Akhirnya..
19 Insiden Berdarah
20 Kecurigaan
21 Karma?
22 The Urge
23 Mari Kita Sudahi
24 Jangan Pergi
25 Duo Bucin
26 Pilihan Yang Tepat
27 Mulai Posesif
28 Melebihi Ekspektasi
29 Mencari Tahu
30 Fakta Mengejutkan
31 Kedatangan Tamu Tak Diundang
32 Tetap Di Sisiku
33 Pernyataan Tiba-Tiba
34 Haruskah Terima?
35 Gerakan Bawah Tanah
36 Jawaban Sierra
37 Sisi Gelap Sierra
38 Nasehat Orang tua
39 Alasan Sebenarnya
40 Penantian Berbuah Indah
41 Hadiah Istimewa
42 Rencana Licik Gideon
43 Hadiah Kecil
44 Mengubah Sikap
45 Perasaan Bersalah Yang Terpendam
46 Perjalanan Cinta Yang Berliku
47 Penyesalan Yang Terlambat
48 Nostalgia Masa Lalu
49 Janji Bersama
50 Perang Gerilya
51 Nasib Yang Sama
52 Badai Setelah Pelangi
53 Tidak Bisa Dengan Kekuatan Sendiri
54 Dalang Dibalik Musibah
55 Pilihan Bodoh
56 Rencana Nyonya Alice
57 Bertemu Dengan Keluarga Calisto
58 Berdiri Dengan Kedua Kaki Sendiri
59 Desakan Menikah
60 Diterima Kembali
61 Menyusun Rencana
62 Serangan Dari Scarlett
63 Rahasia Dibalik Kedekatan
64 Curiga
65 Nostalgia
66 Persiapan Go Public
67 Tayangan Eksklusif
68 Cinta Atau Obsesi?
69 Berjumpa Banyak Orang
70 Memanen Penggemar
71 Gagal Lagi
72 Cerita Sesungguhnya
73 Rencana Yang Terhalang
74 Bukan Sembarang Orang Kampung
75 Perusak Suasana
76 Perlawanan
77 Pertengkaran Besar
78 Ayo, Pulang!
79 Ajakan Yang Tiba-Tiba
80 Satu Permintaan
81 Tangan Kosong
82 Untuk Terakhir Kali
83 Kesungguhan Max
84 Otw Sah
85 Musibah Datang Tak Terduga
86 Kamu Pasti Bisa, Sierra
87 Kritis
88 Kembali Ke Tanah Air
89 Hasutan Iblis
90 Koma
91 Menguak Kecurigaan
92 Menyusun Strategi
93 Memancing Target
94 Target Terkunci
95 Otak Utama Tertangkap
96 Diadili
97 Akhirnya
98 Suara Ibu
99 Penyesalan Seorang Ibu
100 Pesan Seorang Ibu
101 Bersama Mantan Calon Mertua
102 Munculnya Trauma
103 Keluar Rumah Sakit
104 Awal Perjuangan
105 Bertemu Ayah Sierra
106 Kursi Panas
107 Antisipasi
108 Rencana Rahasia
109 Konfrontasi
110 Demi Masa Depan
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Berjumpa Lagi
2
Apa Alasannya?
3
Memulai Kembali
4
Luka Yang Belum Sembuh
5
Hubungan Yang Rumit
6
Siapa?
7
Pria Berbahaya
8
Ini Hanya Permulaan
9
Kekasih Si Playboy
10
Kenapa Denganmu?
11
Dilema
12
Miss You..
13
Kepergok
14
Mencurigakan
15
Bertemu Lagi
16
Semua Ini Melelahkan
17
Apakah Ini Akhir?
18
Akhirnya..
19
Insiden Berdarah
20
Kecurigaan
21
Karma?
22
The Urge
23
Mari Kita Sudahi
24
Jangan Pergi
25
Duo Bucin
26
Pilihan Yang Tepat
27
Mulai Posesif
28
Melebihi Ekspektasi
29
Mencari Tahu
30
Fakta Mengejutkan
31
Kedatangan Tamu Tak Diundang
32
Tetap Di Sisiku
33
Pernyataan Tiba-Tiba
34
Haruskah Terima?
35
Gerakan Bawah Tanah
36
Jawaban Sierra
37
Sisi Gelap Sierra
38
Nasehat Orang tua
39
Alasan Sebenarnya
40
Penantian Berbuah Indah
41
Hadiah Istimewa
42
Rencana Licik Gideon
43
Hadiah Kecil
44
Mengubah Sikap
45
Perasaan Bersalah Yang Terpendam
46
Perjalanan Cinta Yang Berliku
47
Penyesalan Yang Terlambat
48
Nostalgia Masa Lalu
49
Janji Bersama
50
Perang Gerilya
51
Nasib Yang Sama
52
Badai Setelah Pelangi
53
Tidak Bisa Dengan Kekuatan Sendiri
54
Dalang Dibalik Musibah
55
Pilihan Bodoh
56
Rencana Nyonya Alice
57
Bertemu Dengan Keluarga Calisto
58
Berdiri Dengan Kedua Kaki Sendiri
59
Desakan Menikah
60
Diterima Kembali
61
Menyusun Rencana
62
Serangan Dari Scarlett
63
Rahasia Dibalik Kedekatan
64
Curiga
65
Nostalgia
66
Persiapan Go Public
67
Tayangan Eksklusif
68
Cinta Atau Obsesi?
69
Berjumpa Banyak Orang
70
Memanen Penggemar
71
Gagal Lagi
72
Cerita Sesungguhnya
73
Rencana Yang Terhalang
74
Bukan Sembarang Orang Kampung
75
Perusak Suasana
76
Perlawanan
77
Pertengkaran Besar
78
Ayo, Pulang!
79
Ajakan Yang Tiba-Tiba
80
Satu Permintaan
81
Tangan Kosong
82
Untuk Terakhir Kali
83
Kesungguhan Max
84
Otw Sah
85
Musibah Datang Tak Terduga
86
Kamu Pasti Bisa, Sierra
87
Kritis
88
Kembali Ke Tanah Air
89
Hasutan Iblis
90
Koma
91
Menguak Kecurigaan
92
Menyusun Strategi
93
Memancing Target
94
Target Terkunci
95
Otak Utama Tertangkap
96
Diadili
97
Akhirnya
98
Suara Ibu
99
Penyesalan Seorang Ibu
100
Pesan Seorang Ibu
101
Bersama Mantan Calon Mertua
102
Munculnya Trauma
103
Keluar Rumah Sakit
104
Awal Perjuangan
105
Bertemu Ayah Sierra
106
Kursi Panas
107
Antisipasi
108
Rencana Rahasia
109
Konfrontasi
110
Demi Masa Depan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!