Aku akan menjagamu

Malam harinya, saat Azka sudah tertidur. Nina pun mencoba memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Alvaro.

Alvaro yang kala itu sedang mempersiapkan bahan mengajar untuk esok hari ini pun terkejut dan akhirnya membukakan pintu kamarnya.

“Ada apa, Nin?” tanya Alvaro.

“Pak, maaf. Aku tiba-tiba kepikiran tentang masalah tadi siang. Apa gak apa-apa kalau kita memberitahukan soal status kita sama Pak Randy?” tanya Nina dengan ekspresi khawatir.

Alvaro pun tersenyum lalu menjawab, “Gak apa-apa, Nin. Kamu gak usah khawatir soal itu ya. O ya, apa kamu udah mengerjakan tugas yang aku kasih hari ini?”

Mendapatkan pertanyaan seperti itu, Nina pun menunduk sambil menggelengkan kepalanya.

“Apa ada yang gak kamu mengerti?” tanya Alvaro.

Nina pun mengangguk lalu berkata, “Semuanya Pak.”

Mendengar jawaban Nina, Alvaro pun langsung menepuk jidatnya lalu bertanya, “Kenapa bisa seperti itu? Apakah ada yang salah dengan cara aku menerangkannya?”

Nina pun menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Gak ada yang salah dengan cara Bapak menerangkan. Hanya saja, akunya saja yang selama ini gak terlalu fokus dengan pelajaran karena hampir tiap hari gak ada waktu untuk belajar.”

‘Deg’

Alvaro pun langsung mengelus-elus rambut Nina sambil berkata, “Udah gak apa-apa. Sekarang kamu udah tinggal bersamaku. Kamu bisa dengan leluasa untuk belajar kapan pun kamu mau. Ayo sekarang kita belajar. Aku akan membantumu.”

Alvaro pun langsung keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar Nina.

Jadilah malam itu mereka berdua belajar bersama.

***

Keesokan paginya, seperti biasa, mereka pun berangkat secara terpisah. Nina berangkat terlebih dahulu karena harus mengantarkan Azka ke tempat penitipan anak sedangkan Alvaro berangkat setengah jam setelah Nina.

Namun karena tiba-tiba saja Azka merajuk, membuat Nina pun menjadi terlambat ke sekolah.

Sementara itu, tampak terlihat di pintu gerbang berdiri sosok Alvaro yang sedang bertugas. Sambil berjalan mengendap-endap, Nina pun berharap bahwa suaminya itu mau meloloskannya.

Tapi siapa sangka, belum juga Nina melangkahkan kakinya masuk ke pintu gerbang, Alvaro sudah terlebih dahulu datang menghampirinya.

“Nin, kenapa bisa telat? Bukannya kamu berangkat lebih awal dariku?” tanya Alvaro bingung.

“Iya, Pak. Tadi gak tahu kenapa, tiba-tiba saja Azka merajuk dan sangat sulit sekali untuk di tinggal,” jelas Nina.

“Ya udah. Lebih baik kamu masuk ke ruang BK saja dulu. Supaya gak ada yang curiga,” ucap Alvaro dan Nina pun mengangguk lalu pergi meninggalkan Alvaro.

Alvaro yang melihat punggung Nina dari belakang ini pun merasa kasihan pada gadis yang sedang berjalan menjauh tersebut. Dalam hatinya dia bergumam, “Nin, mulai saat ini, ada aku yang akan menjagamu. Kamu gak usah menyimpan semuanya sendirian lagi.”

***

Di ruang BK, Pak Randy pun bingung melihat Nina yang tiba-tiba saja datang ke ruangannya dibuntuti Alvaro dibelakangnya.

Karena merasa bingung, dia pun menceletuk, “Eh eh eh.. kalian ada urusan apa lagi nih datang ke sini?! Jangan bilang kalau kalian akan pamer kemesraan di sini deh.”

Mendapatkan sambutan seperti itu pun, Nina langsung menoleh ke arah Alvaro dan Alvaro pun seakan bisa mengerti dengan apa yang di pikirkan Nina.

“Hei, Ran. Kita berdua mau mangkal di sini, Ok?!” ucap usil Alvaro.

“Nah kan. Mangkal. Lo kira ruang BK ini halte kali ya. Pakai acara mangkal segala,” ucap Randy sewot.

Mendengar ucapan Randy seperti ini, Alvaro pun langsung tertawa terbahak-bahak dan itu adalah kali pertama Nina melihat guru sekaligus suaminya itu tertawa lepas seperti itu.

“Lha lha lha.. dia malah ngakak. Woi.. serius dikit napa?!” protes Randy yang kemudian mengambil segelas kopinya untuk menenangkan emosinya.

Mendapatkan protes dari Randy seperti itu, Alvaro pun spontan langsung berkata, “Ok ok ok. Gue bakalan serius. Jadi begini. Nina tadi tidak sengaja datang telat karena Azka tiba-tiba saja merajuk saat dititipkan di tempat penitipan anak.”

Mendengar ucapan Alvaro tentang Azka dan penitipan anak, yang terlintas di pikiran Randy saat itu adalah seorang anak yang merupakan hasil dari hubungan Alvaro dan juga Nina.

Karena pikiran yang mengada-ada seperti ini, sehingga membuatnya menjadi tersedak saat minum kopi miliknya.

“Gila ya kalian berdua. Ternyata diam-diam selama ini kalian sudah punya anak,” ucap Randy.

Baik Alvaro maupun Nina, keduanya sama-sama saling menatap saat mendengar ucapan Randy yang sepertinya sudah salah paham terhadap mereka.

Dengan mengambil sebuah buku, Alvaro pun berjalan mendekati Randy dan kemudian langsung memukul pundak Randy dengan buku tersebut.

“Dasar pengurus BK oneng. Orang tuh di mana-mana tanya lebih jelas dulu baru menyimpulkan. Lha ini, belum jelas tapi udah main nyimpulin aja,” ucap Alvaro.

Setelah mendengar ucapan Alvaro seperti itu, Randy pun tersadar kalau rupanya tadi dia sudah salah paham terhadap Alvaro dan juga Nina.

“Lha terus si Azka itu siapa?” tanya Randy.

“Azka itu adikku Pak,” sahut Nina yang disertai gelengan kepala Alvaro.

Randy yang mengerti dengan maksud gelengan tersebut itu pun kemudian berkata, “Ya maaf.”

“Gak apa-apa kok Pak,” ucap Nina sambil tersenyum.

Setelah semuanya sudah jelas, ada satu hal yang masih tetap tidak di mengerti oleh Randy. Dengan wajah bingung, dia pun bertanya, “Lha terus ini kenapa kalian berdua masih ada di sini?”

“Kan tadi udah gue jawab, kita berdua di sini karena mau mangkal. Ya gak, Nin?” ucap Alvaro.

Melihat sikap Alvaro sedang mengusili Randy yang seperti ini, membuat Nina pun menjadi ingin tertawa. Namun dengan sekuat tenaga dia pun mencoba menahannya.

“Ah lo, Al. Suka-suka lo aja dah,” ucap Randy kesal.

***

Hari itu, setelah melewati rutinitas seperti biasanya, Nina pun langsung pulang. Namun sebelum itu, dia terlebih dahulu menjemput Azka di tempat penitipan anak.

Namun saat dia sampai di tempat tersebut, salah satu pegawai di sana pun langsung menghampiri Nina dengan sambil menggendong Azka.

Pegawai tersebut berkata, “Maaf, Mbak. Adiknya Mbak sepertinya sedang sakit.”

“Sakit?!” ucap Nina yang terkejut.

Dengan spontan dia pun langsung memegang tubuh Azka dan dapat dirasakan olehnya suhu tubuh Azka yang panas.

Tanpa menunggu lama, Nina pun langsung berpamitan pada petugas di sana dan dengan segera membawanya ke Rumah Sakit terdekat.

Sesampainya di Rumah Sakit, Dokter mengatakan kalau Azka harus di rawat dan ini tentunya akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Dalam termenungnya Nina, tiba-tiba saja Alvaro datang dengan nafas tersengal-sengal.

“Nin, kenapa kamu gak cepat kasih tahu aku tentang masalah ini? Lalu sekarang bagaimana keadaan Azka?” tanya Alvaro khawatir.

“Dia sedang mendapatkan pertolongan pertama. Namun pihak Rumah Sakit masih menunggu kepastian apakah Aska mau di rawat atau gak,” jelas Nina lirih menahan tangis.

Alvaro yang menyadari ada yang salah dengan suara Nina ini pun langsung memeluk Nina sambil berkata, “Nin, kamu boleh menjaga Adikmu. Tapi ijinkan aku untuk menjagamu juga ya?! Mulai saat ini, aku berharap, kamu jangan memikul semuanya sendirian. Lebih baik kamu ceritakan semuanya padaku juga karena biar bagaimana pun aku ini suamimu. Ok?!”

Mendengar ucapan Alvaro, Nina pun sontak langsung menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Alvaro.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!