Papa Alvaro

Malam harinya, Nina pun sedang menunggu Azka yang sedang tertidur lelap di rumah sakit. Raut wajahnya tampak terlihat lelah. Namun dengan sebisa mungkin untuk Nina tetap terjaga.

Di saat matanya sudah terasa sangat berat sekali, tiba-tiba saja Alvaro datang dengan membawa peralatan serta perlengkapan pakaian mereka.

“Kamu istirahat lah. Biar ganti aku yang menjaga Azka,” ucap Alvaro sambil membantu Nina berdiri.

“Apa Bapak gak apa-apa kalau begitu? Besok kan Bapak masih harus mengajar,” ucap Nina.

“Gak apa-apa, Nin. Sudah. Sana istirahat lah,” ucap Alvaro dan Kania pun mengangguk.

***

Keesokan paginya, Kania yang baru saja terbangun dari tidurnya ini pun langsung melihat kondisi Azka.

“Syukurlah sudah membaik,” ucap Nina setelah memegang kening Azka.

Di saat yang bersamaan...

“Kamu sudah bangun?” tanya Alvaro yang baru saja datang dengan membawa sebuah plastik berisi sebungkus makanan dan sebotol minuman.

Nina pun mengangguk dan bertanya, “Bapak mau berangkat ngajar?”

“Iya. Kamu cuci muka lha dulu, setelah itu sarapan,” ucap Alvaro sambil meletakkan plastik tersebut di atas lemari kecil di samping tempat tidur Azka.

Nina pun mengangguk lalu kemudian berkata, “Pak, aku ijin gak masuk ya.”

“Iya. Kamu tenang saja. Sudah sana,” ucap Alvaro.

***

Saat di sekolah..

Alvaro yang sedang terlihat lesu ini pun tiba-tiba di tepuk pundaknya oleh Randy.

“Al, lo kenapa?” tanya Randy.

Alvaro pun menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Azka sakit, Ran. Sekarang Nina sedang menemaninya di Rumah Sakit.”

“Sakit apa, Al?” tanya Randy.

“Sakit demam lumayan tinggi, Ran. Kemarin terakhir suhunya sampai 40° lebih,” jelas Alvaro.

“Terus sekarang bagaimana?” tanya Randy.

“Demamnya sudah turun, Ran. Tapi masih harus di pantau. Khawatir demamnya bakalan naik lagi,” jelas Alvaro.

“Oh.”

***

Siang harinya saat hendak pulang dari sekolah, Alvaro yang sedang berjalan berdua dengan Randy ini pun tiba-tiba terkejut dengan suara panggilan seseorang.

Mereka berdua pun menghentikan langkah mereka dan kemudian berbalik badan melihat ke arah seseorang yang telah memanggil mereka.

“Kalian mau ke mana?” tanya Rina.

“Kami mau ke Rumah Sakit,” sahut Randy.

“Rumah Sakit? Siapa yang sakit?” tanya Rina.

Tanpa menjawab pertanyaan Rina, Alvaro sudah terlebih dahulu berjalan dan disusul oleh Randy yang berteriak, “Tunggu, Al.”

Sesampainya di Rumah Sakit, Nina pun terkejut dan berkata, “Bapak sudah pulang?”

“Hem. Bagaimana keadaan Azka, Nin?” tanya Alvaro.

“Sudah jauh lebih baik, Pak. Demamnya juga sudah turun. Jika keadaannya seperti ini terus satu hari ini, besok Azka sudah diperbolehkan pulang,” jelas Nina.

“Syukurlah,” sahut Alvaro.

Dan di saat yang bersamaan..

“Ehm. Hai, Nin. Gimana adikmu?” tanya Randy sambil melihat ke arah Azka.

“Sudah jauh lebih baik, Pak. Bapak ikut juga ke sini? Terus ntar gimana sama tempat mangkal kita berdua, gak ada yang jagain donk,” goda Nina sambil dengan nada lesu yang dibuat-buat.

“Kalian ini ya?! Kalian kompak banget sih bully aku,” protes Randy dengan nada lebay.

“Hehehe.. becanda kok Pak. Biar gak tegang. Nanti kalau sampai tegangan tinggi, bisa-bisa semua orang yang di rumah sakit bisa gosong donk,” ucap Nina.

“Haissss,” desah Randy.

Di sisi lain..

“Ehm.”

Terdengar suara seorang wanita berdehem sehingga membuat Nina pun tersadar lalu melihat ke arah wanita tersebut kemudian melihat ke arah Alvaro.

“Oh. Nin, kamu gak kenal dengan Ibu ini?” tanya Randy dan Nina pun menggelengkan kepalanya.

“Dia ini guru sosiologi, Nin. Namanya Bu Rina,” ucap Randy memperkenalkan.

“Oh iya. Terima kasih Bu sudah mau datang menjenguk,” ucap Nina sopan.

“Hem. Aku cuma ngikutin Alvaro aja tadi,” sahut Rina.

Mendengar jawaban Rina, Nina pun langsung melihat ke arah Alvaro yang kala itu sedang duduk di sebelah Azka.

Kebetulan di saat yang bersamaan, Azka pun terbangun dan saat melihat Alvaro, dia langsung berkata, “Papa Papa Papa.. Azka tangen Papa. Azka mau puyang. Azka juda tangen Mama, Pa. Puyang yuk, Pa.” (Papa Papa Papa.. Azka kengen Papa. Azka mau pulang. Azka juga kangen Mama, Pa. Pulang yuk, Pa.)

Azka pun langsung bangun dan memeluk Alvaro.

“Iya, Az. Kamu besok udah boleh pulang kok. Tapi ada syaratnya, itu kalau kondisi Azka gak demam lagi,” ucap Alvaro.

“Beneran itu, Pa?” tanya Azka yang kemudian diangguki oleh Alvaro.

Rina yang melihat ini pun langsung berkata, “Al, kamu diem-diem ternyata udah punya anak dan juga istri ya?! Kenapa kamu gak bilang? Kenapa kamu biarkan aku berharap padamu selama ini?”

Nina yang melihat kejadian ini pun dalam seketika menjadi blank. Dia benar-benar tidak mengerti kenapa bisa sampai seperti ini.

Sedangkan Randy yang juga sama seperti Nina ini pun jadi bingung harus bersikap bagaimana.

Merasa tidak mendapatkan tanggapan dari Alvaro, Rina pun berkata, “Al, kenapa kamu diem aja hah?”

Di saat yang bersamaan, Azka berkata, “Papa.. Papa.. siapa Ante ini? Azka atut.” (Papa... Papa.. siapa Tante ini? Azka takut.)

Sambil mengelus-elus rambut Azka, Alvaro pun berkata, “Kamu jangan takut ya. Itu temannya Papa.”

Mendengar obrolan mereka, baik Nina mau pun Randy, mereka pun sama-sama saling melihat antara satu dengan lainnya.

Sementara itu, sesaat setelah memenangkan Azka, Alvaro pun berkata, “Cukup, Rin. Azka masih kecil. Sebagai guru, gak sepantasnya kamu bicara seperti itu di depan anak-anak.”

Mendapatkan teguran seperti itu dari Alvaro, Rina pun langsung pergi dengan wajah marah. Sedangkan Alvaro kembali berkata pada Azka, “Sudah. Jangan takut lagi. Tante tadi udah Papa marahin dan pergi.”

Randy yang mendengar ucapan demi ucapan Alvaro ini pun menjadi garuk-garuk kepala lalu bertanya pada Nina, “Nin, suamimu ini lagi kesambet ya? Kok bisa-bisanya ngikutin ucapan Adikmu yang memanggilnya dengan sebutan Papa.”

“Lha aku sendiri juga bingung Pak,” sahut Nina sambil memandangi Alvaro dan juga Azka.

“Al?!” ucap Randy.

“Nin, kamu sebagai Kakak masa’ gak mengerti dengan maksud Azka memanggilku Papa di depan Rina tadi?” ucap Alvaro yang membuat Nina melongo lalu melihat ke arah Randy.

“Azka sayang, TOS!...” ucap Alvaro yang kemudian mereka berdua pun Tos, “terima kasih sayang.”

Lagi-lagi Nina dan Randy dibuat tercengang oleh kelakuan mereka berdua.

“Jadi tadi tuh,...”

Randy pun tidak melanjutkan ucapannya karena Alvaro langsung menjawab, “Yup. Benar sekali.”

Mendengar ucapan Alvaro, Randy pun langsung menepuk jidatnya dan berkata, “Kalian memang pro. Gue salut.”

Sementara itu, Nina yang menyimak percakapan mereka tersebut pun langsung mengerti dan berkata, “Kalau begitu aku juga mau panggil Bapak Alvaro dengan sebutan Papa ah. Papa Al sayang.”

Alvaro yang di panggil seperti ini pun langsung bangun dan melangkah mendekati Kania lalu langsung menyentil kening Nina kemudian memeluknya sambil berkata, “Kamu ini ya. Bisa aja buat aku terbang melayang.”

Randy yang melihat adegan mesra ini pun menceletuk, “Woi, kalian berdua! Kasihanilah aku yang jomblo ini.”

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!