Larina menikmati teh hangatnya dengan gaya yang ellegant, berbeda dengan Adelia yang hanya duduk diam dihadapannya.
"Kau tak perlu tahu bagaimana aku bisa mengenalmu, yang jelas setiap pertemuan pasti memiliki maksud dan tujuan."
"Maksud anda nyonya? Maaf saya masih belum mengerti. Bagaimanapun juga tujuan saya kemari hanya untuk mengantarkan buket bunga itu."
Larina melirik sekilas kearah lili merah pesanannya. "Kau tak faham maksud bunga ini?"
Adelia menelan air liurnya dengan berat. "Apakah nyonya ini sedang menguji pengetahuan ku tentang bunga?" Batin Adelia, jujur saja dia tak pernah mau mengambil pusing mengartikan makna setiap bunga satu persatu. Hana lah yang menguasai itu semua, Adelia hanya bertugas untuk merangkai dan mengantarkannya kepada customer.
"Bunga lili menyampaikan pesan yang hangat dan mendalam. Sejatinya lili menjadi simbol kecantikan, keanggunan, kesetiaan pada pasangan, perbaikan, kesempatan baru, pembaruan, kemurnian jiwa, keberuntungan dan juga kesuburan."
Adelia mengangguk pelan, ya sekilas dia ingat jika Hana pernah mengatakan hal itu.
"Namun ada yang lebih penting dari itu semua." Larina kembali melanjutkan penjelasannya.
Adelia menatap seksama kearah Adelia, entah mengapa dia menjadi tertarik dengan pembahasan nyonya itu.
"Kau tahu bukan jika bunga lili memiliki warna yang beraneka ragam? Dan tentu saja setiap warna memiliki makna masing-masing. Lili putih misalnya, Lili putih identik dengan bunga pernikahan, warna putih yang menjadi lambang suci dan bersih sangat sesuai dengan kesakralan upacara pernikahan. Bunga lili putih bisa menjadi lambang persahabatan yang setia dan juga cinta yang suci, perasaan yang tulus, harapan untuk kehidupan baru yang lebih baik dan juga kemuliaan serta kemurnian."
Adelia mengangguk faham, pandangannya sekilas melirik kearah lili merah yang dibawanya.
"Bunga lili merah melambangkan doa dan harapan akan kekayaan berlimpah dan kemakmuran bagi si penerima. Warna merah identik dengan sumber kekuatan dan juga energi yang besar. Makna tersebut yang mendasari pemaknaan dari bunga lili merah sebagai lambang kekayaan dan juga kemakmuran."
Larina mengambil buket bunga yang terletak diatas meja itu, dan memberikannya kepada Adelia.
"Maksud anda nyonya?" Tanya Adelia gugup, dia tak mengerti maksud dan tujuan Larina mengembalikan bunga itu kepadanya.
"Aku akan memberikan bunga ini kepadamu."
"Terimakasih nyonya, tapi..."
Larina melirik tajam kearah Adelia. "Bukankah itu yang kau butuhkan?"
Lagi-lagi Adelia dibuat terkejut dengan ucapan Larina.
Larina mengambil sebuah map dari dalam tasnya, dan meletakkannya keatas meja.
"Kau sedang membutuhkan uang bukan?" Tanya Larina to the point, membuat bola mata Adelia terbuka lebar.
"Bagaimana mungkin nyonya ini bisa mengetahui semua tentang ku?" Tanya Adelia didalam hatinya.
"Aku bisa memberikan berapapun uang yang kau butuhkan, asalkan kau juga mau menandatangani kontrak perjanjian ini."
"Perjanjian?" Tanya Adelia gugup.
Larina mempersilahkan Adelia untuk membuka map itu, dan membaca isinya.
Alangkah terkejutnya Adelia, dia tak habis pikir, kenapa nyonya itu bisa melakukan hal tersebut.
"Maaf nyonya, prinsip saya sejak dulu tidak mau jadi orang ketiga. Saya seorang wanita dan tak ingin menyakiti hati wanita lain." Tegas Adelia, setelah membaca isi map itu.
"Siapa yang memintamu menjadi orang ketiga? Aku hanya ingin kau menjadi istri yang bisa memberikan cucu untukku."
Adelia semakin tak bisa mencerna ucapan Larina.
"Adelia, aku tahu kau adalah gadis baik. Maka dari itu aku memilihmu. Aku hanya ingin menjaga garis keturunan Kalandra."
"Tapi nyonya, putra nyonya sudah memiliki seorang istri."
"Mereka bukan suami istri!" Tegas Larina dengan nada penuh penekanan.
"Kau tak perlu tahu banyak hal, aku hanya ingin kau berpikir dan mengambil keputusan yang terbaik. Ingat Adelia kesempatan tak pernah datang lagi jika sudah dicampakkan. Aku ingin kau mengambil keputusan yang tepat."
Larina bangkit dari tempat duduknya, dan meninggalkan Adelia begitu saja.
Adelia bingung harus bagaimana, dia memang sedang butuh uang, namun perjanjian itu sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ada orang tua yang ingin mencari wanita lain untuk menikah dengan anaknya, dan memberikan cucu untuknya. Terlebih mereka belum saling mengenal.
Tidak! lebih tepatnya Adelia yang tak tahu pasti siapa wanita itu.
Suara lonceng diatas pintu berbunyi, Hana langsung melihat ke sumber suara. Adelia sudah kembali dengan wajah yang ditekuk.
"Kau sudah pulang? Kenapa bunga ini kau bawa lagi?" Tanya Hana yang heran dengan buket bunga yang berada ditangan Adelia.
Adelia menatap Hana, dia bimbang apakah harus menceritakannya kepada Hana atau tidak.
"Kau tau siapa yang memesan bunga ini Hana?" Tanya Adelia memastikan.
Hana menganggukkan kepalanya. "Tentu saja Lia, nyonya besar Kalandra yang memesannya."
"Kau mengenalnya?" Tanya Adelia lagi.
"Hey, siapa yang tidak mengenalnya dikota ini? Bahkan keluarga Kalandra terkenal hingga mancanegara."
"Oh ya?" Adelia seakan tak yakin, karena dia tak pernah mendengar tentang hal itu.
Bagaimana mungkin Adelia bisa mengetahui hal itu. Sejak kecil dia tak pernah perduli dengan kehidupan luar. Setiap hari tugasnya sepulang sekolah hanya belajar dan membantu ibunya membuat kueh.
Terlebih setelah kepergian orang tuanya, Adelia hanya sibuk bekerja untuk melunasi hutang peninggalan ayahnya.
Hana menarik nafasnya dalam bersiap untuk menyadarkan Adelia dari keluguannya.
"Keluarga Kalandra merupakan pengusaha yang sangat sukses. Mulai dari properti, pertambangan, hingga teknologi. Bahkan anak pertama mereka Eros Kalandra adalah pengusaha muda terbaik se Asia."
"Oh!" Adelia hanya menanggapinya dengan santai, dia tak tertarik dengan harga orang, baginya itu bukanlah urusan pribadinya.
"Dan betapa beruntungnya Audreymayna!" Lanjut Hana lagi.
"Siapa?" Tanya Adelia yang seakan familiar dengan nama itu.
"Audreymayna! Model papan atas yang terkenal dengan kecantikan paripurna dan hati selembut bidadari. Dia adalah gadis beruntung yang dipersunting Eros Kalandra, namun sampai sekarang mereka belum memiliki keturunan. Aku dengar keluarga besar Kalandra mempermasalahkan hal itu, karena mereka membutuhkan penerus perusahaan."
"Bukankah nama itu...." Adelia sedikit ragu, dimana dia mendengar nama itu.
Suara Bell pintu kembali terdengar, mengalihkan pandangan Hana dan Adelia.
"Ku pikir pelanggan, ternyata kau Zain. Ada apa?" Tanya Hana ketus, jujur dia tak suka jika Zain menghampiri Adelia, karena jika ibu Zain mengetahuinya, pasti Adelia lagi yang kena sasaran amarahnya.
"Aku ingin bertemu Adelia." Jawab Zain terus terang dan langsung menghampiri Adelia.
Hana memilih bangkit dari tempat duduknya, dan meninggalkan mereka berdua.
"Apakah kau sibuk hari ini?" Tanya Zain dengan nada penuh harap.
"Hmmm, seperti yang kau lihat, aku tidak ada kegiatan sekarang." Jawab Adelia.
Sebenarnya Zain tahu jika Adelia telah kehilangan pekerjaannya. Maka dari itu dia mencari kesempatan untuk menemui gadis itu.
"Baguslah! Itu artinya kita bisa jalan-jalan dan makan malam bersama hari ini."
"Hmmm?" Gumam Adelia tak yakin.
Zain menghela nafas kesal. "Kau pasti lupa, jika memiliki janji untuk makan malam bersama ku."
"Akh maaf Zain, aku tidak bermaksud seperti itu." Ucap Adelia merasa bersalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Eva Rubani
lanjut
2023-05-29
0