Namaku Marvel Geraldi, aku adalah seorang guru di sebuah sekolah menengah atas di kota tempat tinggal ku. Di sekolah itu aku mengajarkan mata pelajaran bahasa Inggris dan juga berpetan sebagai wakil kepala sekolah.
Suatu hari saat sedang berjalan-jalan di taman sekolah di saat jam istirahat, aku melihat ada sekelompok murid yang sedang berbincang-bincang.
Aku mengambil tempat yang dekat dari kelompok murid itu, entah kenapa aku penasaran tentang apa yang sedang mereka bicarakan.
Aku mendengar seorang siswa yang bernama Dea sedang menceritakan kisah hidupnya. Aku yang biasanya tak suka menguping pembicaraan orang semakin penasaran dengan murid yang bernama Dea.
Pada awalnya aku berpikir bahwa Dea ini adalah orang yang rapuh namun ternyata aku salah menduga. Setelah ia menceritakan apa yang sudah ia alami selama hidupnya ia tak sedih namun ia justru tersenyum dan mensyukuri segala yang terjadi baik atau buruknya.
Aku merasa malu mendengarnya, aku yang selalu kurang bersyukur dengan apa yang aku miliki.
''Ngapain kamu disini?'' Tanya Selvy, dia adalah mantan kekasih ku dan juga guru di sekolah ini.
Aku pernah menjalin hubungan dengannya, cukup lama kami menjalin hubungan bahkan aku sudah melamarnya, namun ia menolak lamaran ku saat itu karena ternyata ia juga memiliki seorang kekasih yang mempunyai pekerjaan yang lebih baik dari ku. Ia mencampakkan dan menghina ku di depan orang-orang dan kekasihnya itu, ia memilih kekasihnya yang seorang pemilik pabrik, namun setelah ia di putuskan oleh kekasihnya ia menginginkan kami bersatu kembali.
''Cuma sedang duduk-duduk saja menikmati udara segar'' jawab ku cuek, bukan tanpa sebab aku bersikap dingin padanya, aku tak ingin memberikan celah padanya untuk dekat dengan ku lagi.
''Vel, aku mau ngomong''
''Ngomong saja''
''Aku mau kita mulai lagi hubungan kita dari awal, aku minta maaf karena dulu aku sudah ninggalin kamu''
''Aku rasa sudah tidak ada yang perlu di bicarakan, juga tak ada lagi yang harus dimulai karena hubungan kita sudah berakhir''
''Tak bisakah kita mulai lagi dari awal?''
''Tidak''
''Tapi kenapa Vel? Bukankah kamu cinta sama aku? Atau sudah ada orang lain yang kamu cintai?''
''Benar aku sudah mencintai orang lain, orang yang tidak akan meninggalkan aku demi orang yang lebih kaya'' ujar ku meninggalkan Selvy disana.
Aku memilih berpindah tempat duduk yang hanya bisa di duduki oleh satu orang. Saat aku melihat ke tempat sekelompok siswa tadi duduk, aku melihat hanya tersisa 3 orang saja disana.
Yang seorang membelakangi ku sambil membaca buku dan yang dua orang lainnya menghadap ke arahku.
''De, tugas yang akan kita kumpul besok udah kamu kerjain belum?'' Tanya seorang murid pada murid lain yang bernama Dea.
Aku belum melihat wajah siswi yang bernama Dea itu dan entah kenapa juga aku sangat penasaran dengannya.
''Belum masih ada satu tugas lagi yang belum selesai'' jawabnya.
''Kamu mending tinggal satu yang belum kelar, lah kita berdua belum selesai-selesai'' ujar siswi yang satu lagi.
''Hy Darmi, Sukma, Dea kalian lagi ngapain?'' Ujar seorang siswa laki-laki yang berjalan dari belakang ku menuju ke arah mereka.
''Hy Gema'' ujar siswi yang duduk membelakangi ku.
Ia menoleh ke arah ku menyapa temannya yang berjalan dari belakang ku.
''Hy De'' ujar Gema.
''Siang pak'' ujar Dea tersenyum saat menyadari kehadiran ku.
''Siang juga'' jawab ku.
''Kamu sangat manis Dea'' gumam ku.
Ku akui dia sangat manis, melihatnya tersenyum membuat ku sangat senang, rasanya aku ingin menghentikan waktu saat ini agar aku bisa terus melihatnya tersenyum.
Mereka berempat berbincang-bincang dan aku terus memperhatikan Dea, rasanya aku ingin terus melihatnya.
''Ayo lagi ngapain?'' Tanya Boy mengagetkan ku.
''Ngak ngapa-ngapain bro, cuma lagi duduk-duduk saja''
''Jangan bohong, aku perhatikan dari tadi kamu terus natap ke arah sana'' Boy menunjuk ke arah Dea dan teman-temannya.
''Hehehe tahu aja kamu''
''Liatin apaan sih?''
''Lagi liat bidadari''
''Kamu ngak lagi sakit kan? Mana ada bidadari disini''
''Ada tuh satu disana, namanya Dea''
''Masa sih? Aku penasaran''
''Iya benar, kalau ngak percaya liat aja sendiri, tuh orangnya yang pake baju olahraga yang duduk membelakangi kita, mungkin ngak sih Boy, aku jatuh cinta?'' Tanya ku yang membuat Boy menertawakan ku.
''Hahaha, serius kamu jatuh cinta sama siswi kita?''
''Aku serius Boy, baru kali ini loh aku merasakan hal lain saat sedang melihat perempuan, jantung ku rasanya berdetak lebih cepat dan ada kebahagiaan yang aku rasakan kala melihatnya''
''Kamu ngak lagi sakit kan? Sejak kapan kamu suka dengan anak-anak''
''Aku ngak sakit Boy, justru aku merasa sangat sehat, bantu aku buat dekat dengan Dea ya?''
''Serius kamu? Kita ini udah dewasa loh bukan waktunya lagi buat main-main menjalani hubungan''
''Serius Boy, bahkan jika bisa aku ingin segera melamarnya''
''Gila lu.., kayaknya lu.. benar-benar lagi sakit''
''Udah aku bilang aku ngak sakit, cuma sedang jatuh cinta'' ujar ku tersenyum memandang Dea yang sedang tertawa bersama teman-temannya.
''Aku pengen liat mana sih siswi yang bisa bikin kamu jatuh hati'' ujar boy sambil terkekeh.
''Dea...'' teriak boy.
Mendengar namanya di panggil Dea berbalik dan sambil tersenyum sehingga menampakkan kedua lesung pipinya.
''Iya pak''
''Kamu dicari pak Marvel'' ujar Boy yang membuat ku salah tingkah.
''Ada apa pak?'' Tanya Dea.
''Ngak ada apa-apa Dea, maaf sudah mengganggu kalian'' ujar ku.
''Tidak apa-apa pak'' ujar Dea kemudian berbalik kembali.
''Nah, ini baru aku yakin jika kamu memang sedang jatuh cinta, tak sangaka aku kamu bisa jatuh cinta pada murid sendiri. Tapi ya aku juga akan jatuh cinta jika orangnya seperti Dea, sangat manis bikin gemas pengen aku cium''
''Eh... main cium-cium aja awas kamu''
''Iya.. iya maaf bos hahahaha''
''Bantu aku bisa dekat dengannya Boy''
''Iya nanti aku bantu''
Tak lama Dea dan teman-temannya kembali ke kelas saat melewati tempat kami duduk tak lupa ia tersenyum membuat ku semakin jatuh hati.
''Liat deh, sepertinya ada yang di sukai sama pak Marvel'' ujar salah satu teman Dea saat melewati kami.
''Ia tuh, aku lihat dari tadi pak Marvel terus natap kamu loh De'' ujar Gema.
''Apa sih kalian, ngak ada yang begitu-brgituan'' ujar Dea.
Aku semakin gemas di buatnya, 'seperti inikah rasanya jatuh cinta pada anak-anak remaja?' batin ku.
''Nah..nah.. kamu kenapa senyum-senyum begitu'' ujar Boy.
''Ngak apa-apa'' ujar ku ikut pergi dari taman itu kembali ke ruang guru.
Senyum tak pernah hilang dari wajah ku sepanjang hari itu, bahkan saat aku ingin tidur aku masih terbayang-bayang wajah Dea saat tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments